PoV NamiraSudah sembilan hari tak ada mas Aldi menemui ku, bahkan kabar tentangnya tak ku dapati.
Mungkin memang benar mas Aldi sudah tak mau menikah dengan ku. Kini aku menjalani hari-hari seperti biasanya, memikirkan mas membuatku sakit kepala. Jangan tanya apa aku sakit hati. Jawabannya kan sudah jelas.
"Kamu juga rindu pada ayahmu ya nak?" Kataku sambil mengelus perut yang sudah tampak besar dari bulan lalu.Siang ini mama datang menemui ku. Mama? Masihkah aku harus memanggil mama disaat seseorang yang membuatku harus memanggil beliau mama tidak jelas kabarnya?
"Sayang, sini duduk sama mama." Kata mama mengajakku duduk bareng ketika berkunjung ke toko kueku.
"Kamu kenapa Ra? Kok diam aja?" Tanya mama.
"Ah enggak kok ma. Hehe perasaan mama aja mungkin." Kataku.
"Hem.. iya kali ya. Tapi Rara bener gak apa-apa kan? Mama lihat kayaknya agak kurusan deh." Kata mama memperhatikan ku.
"Hehee iya ma kurusan dikit. Lagi kurang nafsu makan." Kataku nyengir.
"Ya ampun.. ya udah yuk mama anter ke dokter Ra." Kata mama khawatir.
"Enggak perlu ma. Gak apa-apa kok. Lagian besok jadwalnya Rara periksa, jadi besok aja sekalian ma." Kataku sambil tersenyum.
"Benarkah? Jam berapa Ra? Mama temenin ya?" Kata mama antusias.
"Jam sembilan pagi ma."
"Yasudah besok mama jemput kamu ya Ra."
"Iya ma."Keesokan harinya....
Aku menunggu mama menjemput ku. Ku lirik jam tangan sudah menunjukkan jam setengah sembilan tapi mama belum juga datang.
Setelah setengah jam menunggu tiba-tiba ada mobil hitam berhenti di depan rumahku lalu orang yang mengemudikan mobil tersebut keluar.
"Mas Aldi." Gumam ku.
PoV Aldi
Enam hari di Aceh, aku segera menyelesaikan tugasku secepat mungkin. Besok adalah jadwal Namira periksa kandungan dan aku tak mau melewatkan itu.
Pukul 11 malam pekerjaanku baru selesai. Aku meminta Andre untuk mengatur jadwal kepulangan ku besok pagi.
Setelah sampai di Bandung aku langsung ke rumah mama. Mama bilang, kemarin mama sudah janji akan menemani Namira periksa kandungan tapi mama lupa sebelumnya sudah punya janji dengan temannya jadi mama memintaku menemani Namira yang langsung aku jawab dengan anggukan semangat. 'Mama tak tahu jika aku sudah berjanji lebih dulu akan menemani Namira' kataku dalam hati.
Kata mama Namira periksa jam sembilan, sedangkan sekarang sudah jam delapan. Aku pamit pada mama lalu memacu mobil dengan kecepatan yang agak tinggi, aku harus segera sampai sebelum jam sembilan.
Begitu sampai di depan rumahnya, ku lihat Namira sedang duduk, aku tahu dia pasti sedang menunggu mama. "Namira.. kenapa dia agak kurus sekarang?" Kataku dalam hati.
"Namira." Panggilku.
"Mas Aldi." Katanya terkejut.
"Mari masuk. Sekarang sudah hampir jam sembilan." Kataku.
"Iya mas. Terimakasih." Katanya ketika aku membukakan pintu untuknya.Aku fokus mengendarai mobil dan Namira menatap lurus jalanan. Tak ada percakapan diantara kami.
Tak terasa setelah menempuh waktu satu setengah jam sampailah di rumah sakit. Setelah mendaftar, mengambil nomor antrian aku dan Namira duduk menunggu panggilan.
Seumur hidupku 27 tahun, baru kali ini aku duduk mengantri menunggu panggilan untuk mengantar pemeriksaan kandungan. Aku sudah sangat tak sabar ingin cepat-cepat melihat anakku.
Ku lihat banyak yang sedang mengantri. Ada yang perutnya menonjol tapi tidak sebesar Namira dan ada juga yang sudah sangat besar mungkin sebentar lagi akan melahirkan.
Aku membayangkan jika perut Namira sebesar itu, pasti Namira akan kesusahan untuk berjalan. Aku tersenyum menatap Namira, tapi dia hanya tersenyum tipis melihatku lalu mengalihkan pandangannya dariku.
Tiba saatnya giliran Namira. Aku ikut kedalam, lalu dokter menyuruh Namira berbaring untuk melakukan usg. Ku lihat Namira seperti resah, oh aku tahu dia pasti canggung karena ada aku saat dokter menyuruh menaikkan sedikit bajunya.
Aku pura-pura menelpon lalu berjalan dan membalikkan badanku kearah pintu. Dia tidak terbiasa, aku mengerti itu.
Setelah menunggu Namira dipersilahkan untuk duduk, lalu aku menghampirinya duduk bersama.
"Ini foto hasil usg nya. Bayinya sehat dan perkembangannya bagus. Tapi ingat jangan stres dan banyak pikiran ya" Kata dokter sambil menuliskan resep.
"Em.. dok, boleh saya minta foto usgnya dua?" Tanyaku.
"Oh iya boleh, sebentar." Kata dokter Dewi pergi ke tempat tadi usg dilakukan.
"Ini fotonya. Dan ini resep vitaminnya." Kata dokter Dewi
"Iya dok. Terimakasih." Kata ku dan Namira lalu kami pergi untuk menebus resepnya."Namira, sebelum pulang bagaimana kalau kita makan dulu?" Kataku.
"Iya mas boleh." Kata Namira.Setelah menebus resep tadi aku langsung pergi ke restoran karena aku hanya sarapan roti, sekarang sudah lapar dan ternyata memang sudah waktunya makan siang sekarang.
Begitu sampai kami memesan spageti dan orange juice, setelah makanan dan minuman sudah datang aku langsung memakannya. Ku lihat Namira yang sesekali mencuri pandang padaku.
"Ra, kenapa?" Tanyaku.
"Eng.. enggak mas. Gak kenapa-kenapa kok." Jawabnya gugup. Ku lihat seperti ada kerinduan kekecewaan dan banyak tanya dari tatapannya itu.
"Namira, kamu gak mau tanya kenapa selama sembilan hari ini mas tak ada menemui namira?" Kataku.
"Em...." Katanya kikuk sambil mendongakkan kepalanya.
"Mas baru pulang dari Aceh Ra, ada pekerjaan disana yang harus ditangani langsung oleh mas. Maaf ya tak memberi kabar. Bahkan untuk meminta nomor ponselmu saja mas lupa. Sekali lagi mas minta maaf ya Ra." Kataku tulus menjelaskan yang terjadi. Aku benar-benar merasa bersalah, terlebih dengan kecerobohan ku ini yang sekarang justru membuatnya sedih, kulihat ada genangan air dimatanya.
"Mas minta maaf Ra. Mas benar-benar minta maaf. Mas janji gak akan katak gini lagi. Maaf ya?"
Kataku yang dibalas anggukan olehnya.
"Makasih sayang." Kataku senang sembari memegang tangannya.
"Iya mas." Jawabnya tersenyum."Em... Mas..." Katanya ragu.
"Iya kenapa Ra?"
"Rara... Em... Rara pengen itu mas..."
"Itu? Itu apa?" Tanyaku tak mengerti.
"Rara pengen es krim. Pulang dari sini beli ya." Katanya menundukkan kepala sambil menunjukkan apa yang diingikannya.
"Oh es krim. Hanya es krim, ku kira 'itu' tuh apa." Pikirku.Seperti kata Namira tadi, dia ingin es krim. Aku mengantarnya ke minimarket lalu Namira langsung memakan es krim tersebut begitu masuk kedalam mobil.
"Makannya pelan-pelan Ra. Nih belepotan, kayak anak kecil tau." Candaku sambil mengelap lelehan es krim didagunya.
"Terimakasih mas." Katanya. Kulihat pipinya merah merona. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Namira.. Namira.. tingkahnya membuat mood ku meningkat untuk menjalani hari.Di perjalanan, ku lihat Namira sudah memejamkan matanya. Mungkin dia lelah dan kekenyangan setelah makan spageti tadi lalu makan es krim. Begitu sampai di depan rumahnya, aku membangunkannya walaupun tak tega tapi mau bagaimana lagi andai kami sudah menikah pasti aku akan menggendongnya lalu menidurkannya dikamar.
"Ra.. Namira.. bangun dulu Ra.." kataku sambil menepuk-nepuk pipinya.
"Eum..." Namira hanya menggeliat ketika merasa tidurnya diganggu.
"Ra.. bangun Ra..."
"Em.. kenapa mas?" Tanyanya.
"Udah sampai Ra. Bangun dulu nanti lanjut tidur lagi kalau udah masuk rumah ya." Kataku.
"Maaf mas, aku ketiduran." Katanya.
"Iya gak apa-apa. Masuk gih lanjut lagi tidurnya. Mas juga mau langsung pulang." Kataku.
"Iya mas. Terimakasih sudah mengantar."
"Iya sama-sama sayang." Kataku yang langsung disuguhi pipinya yang memerah. Setelah memastikannya masuk rumah aku langsung menjalankan mobilku pulang.Jangan lupa vote, comment, and follow ya.. 😀😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident (End)
General FictionSeorang perempuan yang bekerja sebagai office girl di salah satu perusahaan terkenal terlah terenggut kehormatannya oleh bosnya sendiri.