Part 11

33.1K 1.4K 8
                                    


PoV Namira

Setelah selesai makan siomay kami  duduk dan mengobrol sembari memperhatikan sekitar tak terasa sekarang sudah menunjukkan jam 10 pagi. Akupun mengajak mas Aldi pulang.

"Mas, pulang yuk. Aku mau beberes nanti mau pamit sama ibu. Aku akan kembali ke rumahku dan lagi udah lama gak ke toko kue"
"Yasudah yuk."

Kami jalan beriringan, mas Aldi membukakan pintu mobil untukku, mas Aldi pun naik dan melajukan mobil.

Aku mengusap perutku, "nak, kamu seneng ya main ke alun-alun sambil makan siomay ditemani ayahmu? Mengapa sejak ada ayahmu jadi ingin dekat-dekat dengannya hem? Padahal biasanya kau hanya dengan bunda tak seperti sekarang ini sayang. Kenapa..." Kataku dalam hati.

"Namira terimakasih. Aku sangat-sangat bahagia sekarang. Sekali lagi terimakasih ya sayang" Kata mas Aldi memegang tangan kananku dengan tangan kirinya.

Mas Aldi tiba-tiba menyentuh tanganku, dan apa tadi?
'Sayang.'

Kenapa setiap mas Aldi mengatakan kata itu rasanya jantungku berdebar lebih cepat? Dan tak tahukah mas Aldi sentuhan sederhananya itu mampu membuat sekujur tubuhku terasa panas dan aku yakin pasti wajahku sudah seperti kepiting rebus sekarang ini.

"I-iya mas." Kataku. Ku lihat mas Aldi melirik ke arahku. Oh tidak! Jangan sampai mas Aldi melihat wajahku yang sudah memerah ini. Aku mengalihkan pandanganku ke samping menatap jalan.

Setelah sampai di rumah ibu, mas Aldi langsung pamit pulang.

"Ra, ibu nanti pulang jam berapa?"
"Biasanya sebelum dzuhur udah sampai rumah mas."
"Yasudah nanti kalau ibu udah pulang kabarin mas ya, nanti mas jemput anterin kamu pulang ke rumah."
"Terimakasih mas. Aku naik taksi aja, kemarin juga kesini naik taksi."
"Enggak. Pokoknya nanti mas jemput."
"Mas, kalau kamu jemput aku terus anterin aku ke rumah kamu kesannya kayak supir loh."
"Ya gak apa-apa. Mas rela kok jadi supir pribadinya kamu. Antar jemput kamu kemanapun kamu mau."
"Pokoknya nanti mas jemput kesini habis dzuhur ya? Inget jangan pergi dulu, tungguin mas." Sambungnya.
"Iya mas. Baiklah aku akan menunggu." Rasanya percuma mencari-cari alasan untuk menolak, mas Aldi pasti tak akan mau kalah.

"Sayang ayah pulang dulu ya? Baik-baik diperut bunda, jangan nakal ya." Tiba-tiba mas Aldi berjongkok dan kepalanya di depan perutku, berbicara pada anak yang sedang ku kandung.

"Aku pulang dulu ya. Assalamu'alaikum."
"Iya mas. Wa'alaikumussalam. Hati-hati, jangan ngebut-ngebut."

🍂🍂🍂🍂

PoV Aldi

Setelah asik di taman, Namira mengajak pulang karena ingin beberes dan akan pamit pada ibu kembali ke rumahnya.

Tak ada perbincangan begitu mobil sudah melaju. Lalu aku aku memegang tangannya dan mengucapkan terimakasih. Ku lihat dia menegang, mungkin dia kaget tiba-tiba aku menyentuh tangannya.

Senyumku semakin lebar ketika aku melihat pipinya merah merona, dan aku akan sering-sering memanggilnya sayang. Aku suka melihat wajahnya yang merona seperti itu.

Begitu sampai di rumah ku lihat mama sedang membaca majalah lalu melihatku yang baru datang.

"Assalamu'alaikum mamanya Al."
"Wa'alaikumussalam Al. Baru pulang kamu?"
"Iya ma. Hehehee"
"Kenapa kamu? Senyum-senyum begitu? Habis ngapain aja kamu? Gak yang aneh-aneh kan?"
"Enggak. Aku lagi seneng aja.
Ngapain apa sih maksud mama? Al gak ngerti."
"Ya itu kamu. Habis ketemu Rara kan? Kamu gak ngelakuin yang aneh-aneh kan? Mama sih percaya sama Rara, tapi kamu.."
"Mama apaan sih? Yang anak mama itu aku loh. Kok sama anak sendiri curigaan begitu? Aku tuh seneng banget tadi aku pegang perutnya Namira dan aku merasakan pergerakan anakku di perutnya. Terus untuk pertama kalinya Namira ngidam dan aku ada bersama menemaninya. Seneng ma, aku seneng banget."
"Benarkah? Mama ikut senang kalau begitu Al." Kata mama.
"Lagian ya ma, aku gak mungkin ngelakuin hal yang enggak-enggak, baru aja deket sama namira ntar yang ada dia malah ngejauh lagi gimana coba? Dan lagi aku ingin memperbaiki diri ma, aku sudah mau punya anak masa gini-gini aja. Aku sudah bertaubat ma, jadi mama tenang aja, ok" kataku tersenyum."
"Harus. Kamu harus berubah Al. Benar katamu, masa udah mau punya anak gitu."
"Oh ya Al, apa kamu sudah mulai mencintai Rara?" Sambung mama
"Sepertinya begitu ma." Kataku sambil tersenyum.
"Baguslah kalau begitu. Mama gak mau ya Al kalau kamu menikah hanya karena ada anak diantara kalian. Rara itu anak yang baik dia juga sopan awas aja kalau sampai kamu menyia-nyiakan dia" Kata mama lalu pergi meninggalkanku sendiri.
"Iya iya.. ish mama ini selalu saja begitu sama anak sendiri"

Namira...

Ah baru saja sebentar tak bertemu kenapa aku sudah rindu padamu??

Tiba-tiba ponselku berdering. Tertera nama Andre yang memanggil.

"Halo pak bos, email yang ku kirim sudah kau belum dibaca?."
"Wa'alaikumussalam ndre"
"Heheee assalamu'alaikum pak Aldi, apa kabar?"
"Baik. Kamu? Maaf aku belum sempet buka email yang kau kirim. Akan ku buka sekarang."
"Aku juga baik. Oh ya jangan lupa tiga hari lagi ke Aceh lihat proyek disana selama 1 minggu."
"Iya.. iya ndre. Sudah dulu ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."

Setelah selesai berkutat dengan pekerjaan aku melirik jam yang menempel di dinding, ternyata sekarang sudah menunjukkan jam 11.40.

Aku membereskan pekerjaanku lalu pamit pada mama akan mengantar Namira pulang.

"Ketemu Rara lagi Al?" Tanya mama.
"Iya ma. Rara tadi bilang mau kembali ke rumahnya aku gak mau kalau dia harus nunggu capek-capek nunggu taksi, mending aku anterin aja."
"Oh ya mah Al tiga hari lagi mau lihat proyek di Aceh. Jadi besok Al akan kembali ke Jakarta." Sambung ku.
"Iyalah kamu harus anterin.
Lama gak Al disana?"
"Seminggu ma. Hari rabu minggu depan Al pulang. Ma Al pergi dulu ya ke rumah ibu." Kataku.
"Eh main Selong aja..
Sholat dulu Al.. tuh lihat jam, sebentar lagi dzuhur." kata mama sambil menunjuk ke arah jam.
"Iya ma, nanti di masjid sekalian jalan."
"Oh ya sudah. Hati-hati bawa mobilnya Al." Kata mama.

Di tengah perjalanan aku mendengar adzan sudah berkumandang. Aku menepikan mobil untuk menunaikan kewajibanku. Setelah selesai aku segera memacu mobil dengan kecepatan sedang dan sampailah aku sekarang di depan rumah ibu.

Setelah mengucapkan salam dan mengetuk pintu, ibu membukakan pintu untukku lalu mempersilahkan ku masuk dan duduk.

Aku menanyakan keberadaan Namira karena aku tak melihatnya.
Ibu bilang Namira sedang shalat.
Tak lama Namira keluar kamar dan ibu mengajak kami makan siang bersama.

"Bu Rara pamit. Insha Allah Rara kesini lagi kapan-kapan." Kata Namira
"Iya, hati-hati ya neng disana." Kata ibu sambil memeluk Namira.
"Iya bu."
"Nak Al hati-hati ya bawa mobilnya." Kata ibu mengurai pelukannya dengan Namira.
"Iya bu pasti." Kataku.
"Assalamu'alaikum." Ucapku bersamaan dengan Namira.
"Wa'alaikumussalam."

Setelah mobil melaju dan sampai di halaman rumah Namira, tak ada percakapan sedikitpun diantara kami. Tapi yang ku lihat sepertinya dia sedang melamun entah memikirkan apa.

Jan lupa vote & Coment'y ya 😊😉

Married by Accident (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang