Part 7

40.2K 2K 2
                                    

PoV Aldi

Setelah tahu keberadaan Namira ku putuskan untuk menemuinya siang ini.

Aku harus tahu kenapa dia menghindari ku dan kenapa kemarin ketika bertemu di terkejut melihatku?

Aku yakin dengan dia menghindari ku sudah pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku.

Begitu sampai di toko kuenya aku melihat Namira sedang duduk sembari mengelap peluh di keningnya, entah sejak kapan menurutku itu menambah aura kecantikannya.

Ah kenapa aku ini? Apa aku sudah mulai menyukainya? Gila rasanya aku terus memikirkan dia dari kemarin.

Aku tahu pasti dia lelah walaupun dibantu oleh empat orang pekerja tapi jika sedang banyak pesanan akan keteteran apalagi dalam kondisi hamil seperti itu. Ku langkahkan kakiku menghampirinya.

"Namira." Aku memanggil namanya.

🍂🍂🍂🍂

PoV Namira

"Namira."

Suara itu. Rasanya aku mengenal suara itu. Aku menghadap menuju sumber suara yang tadi memanggilku.

Pak Aldi.. itu pak Aldi. Aku terperangah tak percaya, kenapa pak Aldi ada disini? Aku berdiri dan membalikkan badan, aku harus pergi sekarang. Tapi sebelum sempat pergi pak Aldi memegang tanganku.

"Namira tunggu. Saya ingin bicara sama kamu." Pinta pak Aldi.
"Tolong lepaskan. Maaf pak, sepertinya tak ada yang harus kita bicarakan." Kataku berusaha melepaskan pegangan tangannya.
"Tolong Namira, saya perlu bicara sama kamu sebentar saja. Saya janji tak akan lama."
"Baiklah." Kataku.
"Namira bayi yang sedang kau kandung itu anakku kan? Aku ayahnya. Kau ingat kejadian beberapa bulan lalu dikantor?"
"Dari mana pak Aldi tahu bayi ini adalah anaknya? Kenapa tak mencari perempuan lain? Karyawannya kan banyak, kenapa tidak berfikir pada orang lain?" Kataku dalam hati.
"Aku tahu kau ingat. Tak mungkin kau melupakan kejadian itu, iya kan?" Kata pak Aldi membuyarkan lamunanku.
"Saya tidak mengerti maksud bapak."
"Saya tahu kamu mengerti apa yang saya tanyakan. Saya akan bertanggung jawab. Dengan kamu menghindari saya seperti ini saya tahu itu ada hubungannya dengan kandungan kamu" Kata pak Aldi.
"Tidak!! Tidak pak, bapak tidak perlu bertanggung jawab. Saya bisa membesarkan anak saya sendiri, bapak tidak perlu bertanggung jawab!" Kataku tegas dengan mata memerah menahan tangis.

Aku berdiri lalu berlari langsung memasuki ruangan yang memang khusus tempatku beristirahat jika sedang di toko.

"Untuk apa pak Aldi datang lagi kesini? Harus bagaimana aku menghadapinya?" Kataku dalam hati. 
Aku tak mau pak Aldi mengambil anakku. Aku yang mengandung menyayanginya sepenuh hati, aku tak mau jika harus dipisahkan dari anakku.
"Kamu akan selalu bersama bunda nak." Kataku sambil mengelus perut.

"Namira... Namira... buka pintunya Namira. Kita harus bicara." Pak Aldi terus menggedor-gedor ingin dibukakan pintu sambil memanggil namaku.

"Tidak, aku tidak mau keluar." Kataku dalam hati.

Aku merogoh saku bajuku mencari telepon genggam milikku.

"Halo, mbak Ina tolong usir pria yang ada didepan ruang istirahatku. Aku hiks sangat terganggu oleh kehadirannya hiks. Aku mohon mbak hiks hiks." Kataku sambil terisak.

🍂🍂🍂🍂

Tak lama setelah panggilan terputus terdengar suara Ina di depan pintu meminta Aldi untuk segera pergi.

"Maaf mas, tolong pergi dari sini sekarang juga. Mas sangat mengganggu." Ujar Ina sambil menarik tangan Aldi.
"

Tidak. Saya harus bicara dengan Namira sekarang." Kekeh Aldi.
"Tolong mas, jika mas tak pergi sekarang juga saya akan melaporkan mas karena mengganggu ketenangan disini terlebih pemilik toko ini."  Ina sama kekehnya dengan Aldi. Bagaimana tidak, lelaki ini sangat mengganggu Namira sekali.
"Tolong mbak saya harus bicara sama Namira."
"Bapak pergi sekarang atau saya..."
Belum selesai dengan kalimatnya, tiba-tiba Aldi memotong ucapan Ina.
"Baik. Saya akan pergi sekarang. Tapi besok saya akan datang lagi." Kata Aldi dengan penuh penekanan diakhir kalimatnya.

Tok... Tok... Tok...

"Ra.. buka. Ini mbak." Kata Ina.
"Iya mbak." Tak lama Namira langsung membuka pintu menemui Ina.

"Mbak." Namira langsung memeluk Ina. Selain Nia ibu dan bu Desi yang tahu, Ina juga tahu yang menimpa padanya.
Ina membalas pelukan Namira lalu mengusap air matanya, meenenangkan Namira agar tidak menangis lagi.
"aku bersyukur ada diantara orang yang sangat baik padaku." Batin Namira.

🍂🍂🍂🍂


Argh..

Aldi memukul stir kemudi.
"Kenapa Namira malah menghindariku? Apa salahku? Apa dia marah karena kejadian waktu itu? Tapi kenapa malah menghindari ku? Kenapa tidak datang dan meminta pertanggungjawabannya?"

jangan lupa voment ya, hehee ... 😁😁

Married by Accident (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang