Hari ini bu Desi mengajak Aldi ke toko kue langganannya."Ma, aku gak usah ikut deh. Mending dirumah mama yang bikin atau minta tolong mang Ujang yang beli kesana." Bujuk Aldi. Karena memang saat dirumah mamanya Aldi sangat malas untuk pergi kemana-mana, hanya diam saja dirumah dan terbebas dari pekerjaan itu yang Aldi inginkan.
"Mama enggak mau tahu. Pokoknya kamu ikut sama mama. Kamu tuh ya bukannya dengan senang hati ngajakin mama pergi eh ini diajakin malah gak mau. Gimana sih Al?" Tanya bu Desi yang kesal pada melihat anaknya malas diajak pergi.
"Tapi ma...."
"Udah deh Al gak usah tapi segala, kelamaan tau gak. Udah yuk ikut. Mama suka kuenya kamu juga harus coba. Sekalian mama mau ketemu Rara, entah kenapa rasanya seneng aja bareng sama dia."
Awalnya Aldi memang menolak tapi apalah daya terus saja dipaksa. Bu Desi lalu mengajak Aldi pergi, karena Aldi harus tahu rasa kue yang enak itu, jika sudah begitu Aldi tak bisa apa-apa selain menuruti kemauan sang mama. Toh percuma menolak kalau akhirnya dipaksa.Setelah sampai di toko kue itu Bu Desi langsung memesan berbagai kue, begitu pesanan datang Aldi langsung memakannya.
"Maaf mbak, saya mau bertemu dengan pemilik toko kue ini bisa tidak ya?"
"Ada apa ya bu?" Tanya pelayan yang mengantarkan kue pesanan Bu Desi.
"Ah tidak ada, saya hanya ingin bertemu." Kata Bu Desi.
Sepertinya pelayan itu menemui pemilik toko kue ini, Namira. Karena setelah berbicara dengan Bu Desi dia langsung pergi.Menunggu kedatangan pemilik toko kue, Aldi dan dan bu Desi menikmati kue yang memang rasanya enak dan ternyata cocok dilidah Aldi dan dia suka rasanya.
🍂🍂🍂🍂
"Ra, maaf. Itu ada yang ingin bertemu di depan." Ucap Dian menghentikan Namira yang sedang menghias kue.
"Siapa ya mbak?"
"Yah.. aku lupa enggak nanya siapa namanya." Jawab Desi sambil menepuk keningnya.
"Tapi yang pasti ibu-ibu Ra. Kalau enggak salah itu ibu yang nganterin kamu habis belanja itu deh." Sambung Desi.
"Oh baiklah. Kalau gitu aku kesana sekarang." Kata Namira yang langsung diacungi jempol oleh Desi.
"Rara."
Namira mencari orang yang memanggilnya, ternyata itu bu Desi yang datang ke tokonya. Namira tersenyum lalu menghampirinya.
"Tunggu, kenapa ada seorang lelaki bersama bu Desi?" Batin Namira.
"Bu."
Betapa terkejutnya Namira, lelaki yang bersama bu Desi adalah Aldi, mantan atasannya pemilik kantor tempat dia kerja dulu di Jakarta. Bagaimana bisa seperti ini? Itulah yang ada salah benak Namira.
Pergi bukanlah solusi yang tepat, bu Desi pasti curiga dan bertanya-tanya. Namira begitu khawatir saat ini, bagaimana kalau Aldi membahas bayi yang sedang dikandungnya.
Sedangkan Aldi, mendengar ada yang memanggil ibunya langsung saja mendongakkan kepala. Di sampingnya ada seorang perempuan memakai dress selutut warna peach badannya yang sekarang lebih berisi dari yang terakhir dia lihat, dan perutnya yang sudah sedikit membuncit.
Namira, ya dia Namira. Satu kata yang hadir dipikiran Aldi, "cantik. Oh bukan, bukan cantik tapi sangat cantik. Dan kenapa aku baru sadar sekarang?" Batinnya.
"Hai Ra, sini sayang. Ibu suka kue di tokomu, dan kebetulan anak ibu sedang berkunjung jadi ibu ajak saja kesini. Oh ya kenalin dia putra ibu." Kata Bu Desi sembari menuntun Namira duduk di sampingnya, dan itu membuat Namira harus berhadapan dengan Aldi.
Terkejut, tentu saja. Namira tidak menyangka ternyata lelaki didepannya ini adalah anak bu Desi, ayah dari janin yang sedang dikandungnya.
Aldi mengulurkan tangan untuk berkenalan, seakan-akan dia tak mengenal Namira.
"Aldi" Namira yang terkejut pun hanya diam mematung tak membalas uluran tangan Aldi.
"Ra" panggil Bu Desi yang menyadarkan Namira dari lamunannya, membalas uluran tangan Aldi dengan ragu.
"Namira" Namira mengenalkan diri, dan hanya beberapa detik saja jabatan tangan itu segera dia lepaskan.
Namira tak menghiraukan Aldi, dia mengobrol banyak dengan Bu Desi. Dan Bu Desi memuji Namira, seorang perempuan cantik masih muda dan mandiri. Setelah itu barulah Bu Desi termasuk Aldi tahu bahwa Namira sudah tak punya orang tua.
Lama mengobrol yang kadang diselingi candaan itu, entah sejak kapan Aldi jadi suka melihatnya, apalagi saat pipinya menarik bibirnya yang tipis menciptakan sebuah lengkungan yang indah.
Aldi melihat Namira yang sesekali tangannya mengusap perut yang mulai membuncit itu.
"Ah rasanya aku pun ingin mengusap perut itu dan membisikkan kata-kata sayang untuk malaikat kecil yang sedang tumbuh didalam sana." Batinnya.Aldi harus menahan diri untuk tak menanyakan tentang kehamilannya disaat bersama dengan sang mama, takut jika hal itu dibahas sekarang akan membuat keributan ditempat itu dan lagi ini adalah pertemuan pertamanya dengan Namira setelah sekian lama.
Aldi sangat yakin sekali bayi dalam kandungan Namira itu anaknya. Tapi yang dia heran kenapa Namira malah menghindar, bukannya meminta pertanggung jawaban darinya dan itu rasanya aneh sekali.
Setelah dua jam puas mengobrol dan kue yang dipesan habis tak tersisa Aldi mengajak bu Desi pulang, tak enak semakin banyak pengunjung yang yang datang tapi pemilik tokonya diajak ngobrol terus.
Aldi sangat bersyukur akhirnya setelah sekian lama mencari keberadaan Namira kini dia menemukannya.
"Pantas saja orang suruhan ku tak menemukannya, ternyata Namira pergi ke Bandung.
Sekarang biarlah dulu seperti orang yang tak kenal, besok aku akan datang lagi menemuinya tentu saja tanpa mama." Dalam hatinya Aldi tertawaSetelah Bu Desi dan Aldi pergi, Namira menghembuskan nafas berat, dia tak menyangka akan bertemu Aldi. Dia pergi dari Jakarta ke Bandung untuk menghindari Aldi tapi justru tadi malah bertemu dengannya.
Jangan lupa klik ⭐ comment dan follow ya gaes.. 😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident (End)
General FictionSeorang perempuan yang bekerja sebagai office girl di salah satu perusahaan terkenal terlah terenggut kehormatannya oleh bosnya sendiri.