Part 9

36.2K 1.7K 15
                                    

"Jadi? Bagaimana maukah kamu menikah denganku?" Tanya pak Al.
Bingung. Aku harus menjawab apa?
________

PoV Namira

"Saya...."
"Rara.. ibu tahu anak ibu salah, tapi ibu mohon nak ingat anak yang sedang kau kandung. Tak lama lagi Rara melahirkan anak itu pasti membutuhkan sosok seorang ayah kan?" Tanya bu Desi. Kulihat tatapannya memohon agar aku mau menerima pak Aldi.

Aku bingung, satu sisi anakku pasti membutuhkan ayahnya tapi disisi lain aku masih ragu pada pak Aldi. Melihat tatapan bu Desi yang seperti itu haruskah aku terima? Aku menoleh menatap ibu, ibu menganggukkan kepalanya.

"Namira..." Kata pak Aldi.

"Y-ya pak." Kataku, aku menganggukkan kepalaku. Ibu, bu Desi dan pak Aldi tersenyum bahagia mendengar jawabanku.

"Terimakasih.. terimakasih Namira." Kata pak Aldi tulus. Aku hanya menganggukkan kepalaku.

"Kalau gitu... Ini Al, kamu pakaikan cincin ini ke Rara. Anggap saja sebagai pertunangan kalian." Kata bu Desi melepaskan cincin yang dipakainya lalu diberikan pada pak Aldi. Dan pak Aldi memakaikannya padaku.

"Untuk pernikahannya kita tunggu Rara melahirkan ya?" Tanya bu Desi yang dijawab anggukan olehku pak Aldi dan ibu.
"Dan Namira, mulai sekarang kamu jangan panggil ibu lagi ya, tapi mama dan jangan memanggil Aldi pak, dia kan calon suamimu ya sayang?" Kata bu Desi.
"I-iya ma."
"Nah gitu dong." Kata bu Desi sambil memelukku.
"Lalu aku...?" Tanya pak Aldi.
"Aku harus panggil apa pada pak Aldi? Kakak? Tapi masa iya manggil kakak." Kataku dalam hati.
"Em.. mas. Mas Aldi." Kataku ragu, aku tak tahu apa pak Aldi mau aku panggil mas.
"Aku suka kamu memanggilku mas." Kata pak Aldi tersenyum.

Yasudah mama sama Al pamit pulang dulu ya Ra jeng." Kata mama.
"Iya ma hati-hati."
"Aku pulang dulu Namira."
"Iya pak eh mas."

🍂🍂🍂🍂

PoV Aldi

Akhirnya, setelah sekian lama aku menemukan Namira dan aku tak sabar menunggu kelahiran anak kami.

'mas'

Namira memanggilku mas. Hah rasanya hari ini aku sangat-sangat bahagia. Tak lama lagi akan ada seseorang yang akan memanggilku ayah dan setelah itu aku akan menikah dengan Namira.

Keesokan harinya...

Setelah bangun tidur aku langsung mandi dan bergegas untuk menemui Namira, kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 06.15

"Al, sarapan dulu. Mau kemana sih masih pagi juga, tumben udah rapi gitu." Kata mama.
"Al mau ketemu Rara ma."
"Sarapan dulu sini temenin mama. Masih pagi loh ini masa mau bertamu sepagi ini."
"Kan aku mau ketemu calon istri ma, boleh dong pagi-pagi gini."
"Al, walaupun mau ketemu calon istri yang bener aja ini terlalu pagi Al yang ada kamu ganggu orang tahu."
"Ish mama, bukannya ngedukung malah gitu." Kataku cemberut lalu duduk sarapan bersama mama. Ku lirik mama malah tersenyum melihatku yang merajuk.

Setelah selesai sarapan aku segera pergi menemui Namira.

Tok... Tok... Tok...

"Iya seben.. tar. Eh mas." Kata Namira, mungkin dia kaget melihatku datang.
"Boleh aku masuk?"
"I iya boleh mas."
"Ibu kemana Ra?"
"Lagi ke sawah mas. Mas ada apa ya datang pagi-pagi gini?"
"Mau ketemu kamu. Kenapa, gak boleh ya?"
"Bu bukan gitu mas."
"Hahaha iya aku ngerti kok. Kamu kaget kan aku kesini?"
"Iya mas."
"Ra sudah berapa minggu usia kandungannya?"
"23 minggu mas." Jawabnya.
"Oh gitu, gak kerasa udah mau lahir ya? Oh ya kapan cek up?"
"Iya mas. Hari sabtu minggu depan."
"Boleh aku ikut? Aku ingin melihat perkembangannya Ra."
"Boleh mas."
"Yasudah nanti aku jemput ya?"
Namira menganggukkan kepalanya tanda ia setuju. Ku lihat dia mengelus-elus perutnya sambil tersenyum. "Apakah bayinya bergerak, menendang? Bagaimana rasanya? Aku ingin merasakannya juga." Kataku dalam hati.

"Ra, em... Boleh tidak aku pegang perut kamu?" Tanyaku. Ku lihat Namira seperti sedang berfikir.
"Ah tak apa Ra jika tak boleh." Kataku sambil tersenyum. Aku mengerti Namira pasti tak mau.
"Em... Boleh kok mas." Katanya. Ku tahu ada keraguan dibalik ucapannya itu. Tapi jika dia bilang boleh itu berarti kesempatan buatku.

Ku ulurkan tanganku mengelus perutnya.
Hah!! Aku kaget senang dan terharu. Aku merasakannya. Anakku bergerak.

"Namira. Dia.. dia.. aku merasakannya Namira." Kataku senang.

Bersambung...

*Maaf ya part ini pendek sekali hehee.. 😁😁

Married by Accident (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang