Tak terasa sudah 3 bulan Namira tinggal di rumah bu Ajeng. Usia kehamilannya kini menginjak 21 minggu. Bahagia? Tentu saja itulah yang kini Namira rasakan.
Dia sangat bahagia sekali menjalani hari-harinya, merasakan tumbuh kembang janin dalam kandungannya.
Kini perut yang tadinya rata sudah tampak membesar rasanya tak sabar menunggu kehadiran sang anak 15 minggu lagi.Selama kehamilannya ini Namira tak merasakan yang namanya ngidam seperti kebanyakan orang, morning sicknees yang dirasakannya hanya sampai trisemester pertama kini justru nafsu makannya meningkat.
Selama tinggal dirumah bu Ajeng, Namira sering membantu masak membereskan rumah dan sesekali membuat kue untuk cemilan. Menurut Bu Ajeng kue yang dibuat Namira rasanya sangat enak. Akhirnya Namira berfikir untuk mengontrak rumah dan toko sebagai tempat usaha membuat kue, untungnya dia masih punya tabungan ketika bekerja dulu untuk memulai semuanya dari awal membuka usaha dan setidaknya mengontrak rumah karena jika harus membeli sudah dapat dipastikan uangnya tak akan cukup.
Tak lama lagi Namira akan melahirkan dan dia tak mau jika harus terus menumpang di rumah bu Ajeng, walaupun beliau sudah menganggap Namira seperti anaknya sendiri tapi Namira tak mau terus merepotkan dan lagi dia harus punya penghasilan untuk biaya hidupnya dan sang anak nanti, tak mungkin dia akan begini-begini saja.
Namira meminta tolong kepada kang Arif tetangga sebelah untuk mencarikan tempat yang bisa disewa dan berjualan karena kang Arif orang sini pasti sudah tahu tempat dan banyak kenalannya sedangkan Namira merasa masih baru ditempat itu, lagi pula dia jarang pergi kemana-mana kecuali ke rumah sakit untuk memeriksa kehamilannya.
Sekarang ini bu Ajeng sedang sibuk ke sawah menanam benih padi, Namira sangat ingin membantu tapi bu Ajeng melarangnya.
Disaat Namira kekeh ingin membantu, maka bu Ajeng akan langsung melarang sehingga Namira hanya diijinkan ikut ke sawah dan melihat dari pinggir dekat pohon pisang.
Terkadang Namira merasa sungkan karena diperlakukan sangat baik oleh Bu Ajeng, dia tak enak hati dan malu karena sudah menumpang tapi hanya membantu pekerjaan sekedarnya saja seperti sekarang ini, dia diam duduk hanya melihat dari pinggir tanpa ikut membantu turun ke sawah.
"Bu Rara mau coba nanam juga ya, boleh ya?"
"Tidak. Sudah duduk saja atuh neng ini mah biar ibu saja." Kata bu Ajeng.
"Bukannya pekerjaan jika dikerjakan bersama itu lebih ringan bu?" Tutur Namira agar bisa diijinkan ikut membantu.
"Ya sudah bantu ibu nanti kalau anakmu sudah lahir ya?" Kata bu Ajeng sambil tersenyum.
Seperti itulah bu Ajeng setiap harinya, protektif sekali pada Namira tak boleh ini jangan itu. Tapi walaupun begitu Namira tahu itu adalah bentuk kasih sayangn untuknya juga anak yang ada dalam kandungannya.
Suasana sawah siang ini begitu hidup. Banyak orang-orang yang sedang menanam benih padi sambil mengobrol yang diselingi candaan membuat Namira sesekali ikut tertawa, mungkin dengan begitu tak akan terasa pekerjaan cepat selesai. Namira senang selama tinggal disana, tetangga semua baik padanya meski mereka tahu dia tengah mengandung tanpa adanya suami saat ini.
"Eh neng Rara teh ikut ke sawah? Panas atuh neng." Kata kang Arif.
"Iya kang. Gak apa-apa ini kan ada pohon pisang jadi enggak begitu panas. Oh ya kang, akang sudah dapat rumah dan toko yang bisa dikontrak?"
"Iya atuh kalau gitu. Sudah dapat neng di depan pinggir jalan setelah pertigaan itu, kayaknya bakalan rame neng buat jualan." Jelas kang Arif.
"Alhamdulillah. Bisa tolong antarkan aku besok kang?" Tanya Namira.
"Iya neng bisa. Kalau gitu saya pamit ya neng mau pulang." Pamit kang Arif.
"Iya silahkan. Terimakasih ya kang" kata Namira.
Sungguh senang rasanya namira mendengar kang Arif sudah mendapatkan tempat yang bisa di sewa.
Mengenai keputusannya ini Namira sudah bercerita pada ibu dan Nia. Awalnya mereka tak setuju jika Namira harus pindah, tapi setelah Namira bilang ingin mandiri dan ingin membuka usaha untuk menyambung hidup kedepannya barulah mereka setuju.
🍂🍂🍂🍂
Di lain tempat ada seseorang yang sudah beberapa bulan ini mencari tahu tentang Namira, ya dia adalah Aldi. Aldi mencari tahu dari biodatanya ketika melamar kerja di kantor miliknya. Dia mendapatkan alamat tempat tinggal Namira, dan ternyata baru ia ketahui jika Namira tinggal berdua dengan Nia Kania yang juga bekerja satu profesi dengan Namira.
Ketika jam pulang usai, Aldi mengikuti Nia untuk memastikan keberadaan Namira, tapi sudah satu minggu ini mengikutinya tak sekali pun dia melihat keberadaan Namira.
Karena tak kunjung melihat keberadaan Namira dan Aldi yang di sibukkan dengan pekerjaan akhirnya dia menyuruh orang untuk memantau dan mencari informasi keberadaan Namira tapi sampai sekarang hasilnya nihil.Jangan lupa vote comment & follow ya gaes...
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident (End)
General FictionSeorang perempuan yang bekerja sebagai office girl di salah satu perusahaan terkenal terlah terenggut kehormatannya oleh bosnya sendiri.