"Ayo anak anak, baris yang rapi!" teriak seorang guru yang sedang berdiri dipodium panggung.
Lapangan sekolah mulai dipadati oleh para siswa siswi kelas sepuluh yang sudah membawa peralatan camping nya masing masing. MOS sudah berjalan berminggu minggu sebelumnya, seharusnya seusai MOS anak kelas sepuluh sudah melakukan kegiatan ini.
"Heh baris yang rapi, guru keliling!" teriakan para ketua kelas terdengar bersahutan berusaha merapikan barisan kelas miliknya masing masing.
"Ssst, Za!" desis Alana.
"Apa?" cicitnya pelan.
"Bus berapa lo ? Gue denger denger diacak kelasnya."
"Emang iya ? Kata siapa lo ? Gue bus tiga, gue kira IPA 3 juga bus 3." jelasnya.
"Terus IPS 3, nasibnya gimana ? S3 gitu maksudnya?" jawab Alana lebih pelan dari biasanya.
"Pasti ga nyimak mading pengumuman nih." kata Kania.
"Udah diem, Bu Hendri keliling tuh!" ujar Alana, membubarkan percakapan tersebut.
Melihat barisan kelas sepuluh sudah rapi dan mulai hening, Ibu kepala sekolah mulai mengajukan suaranya.
"Pagi anak anak!" sapa Bu Mega yang menjabat sebagai kepala sekolah SMA Garuda.
"Pagi buu." jawab mereka serentak.
"Untuk para guru yang saya hormati dan anak anak yang saya banggakan. Berdasarkan keputusan minggu lalu bahwa hari ini akan diadakan camping bersama, mari kita berdoa agar diberikan keselamatan dan kelancaran untuk melakukan aktivitas ini. Berdoa mulai."
Kepala sekolah yang sering dipanggil Bu Mega sekaligus orang yang akan menjadi Kakak pembina pramuka di perkemahan nanti itu mulai menundukkan wajahnya, diikuti seluruh siswa siswi kelas sepuluh.
"Berdoa selesai." ucapnya seusai merunduk.
"Runtutan acara akan dibacakan oleh Pak Hermawan, silahkan pak." jelasnya
Orang yang dipanggil Hermawan itu segera berjalan kearah podium panggung, benar dia adalah orang tua Aji.
"Pagi anak anak." sapanya.
"Pagi pak."
"Semangat sekali pagi ini. Baik, saya akan membacakan runtutan acara camping hari ini."
Setelah selesai membaca runtutan acara, Pak Hermawan mulai berbicara lagi.
"Waktunya untuk berangkat. Barisan sebelah kanan akan keluar duluan, bawa barang kalian masing masing dan jangan sampai tertinggal. Sekian, selamat berkemah anak anak!" tambahnya sebelum mulai turun dari podium.
"Gue duduk dimana ya ? emm nomer 16 ?" ujar Moza yang kini sudah memijakkan kakinya di bus yang akan mengantarnya.
"Enam belas, enam belas dimana sih?!" ujarnya berkali kali. Matanya sibuk menelusuri arah kanan dan kiri.
Melihat kursi bernomor 16 disebelah kanan, langsung saja ia mendaratkan pantatnya di kursi tersebut. "Nah disini." ujar Moza yang sudah menemukan seat nya.
"Barang udah, bantal, hp, cas, pasak. Nah udah semua. Akhirnya kemah juga, aaaa udah gasabar!" ucapnya sambil menyenderkan kepalanya kearah jendela bus, mulai memejamkan kedua manik matanya.
"Hai, ketemu lagi kita." sapa seorang pria, membuat gadis itu terbangun.
Zaikal langsung duduk dikursi sebelah Moza, melihat respons perempuan yang duduk disebelahnya dan menatap dirinya dengan tatapan mengusir itu, ia mulai kembali berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
M O Z A I K
Teen Fiction❝Kita itu bagaikan pecahan, Disatukan namun tak rekat.❞ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀ ⠀ ⠀ ོ ῾ ᵎ⌇ ⁺◦☁️✧. 2 0 - 0 2 - 2 0 2 0 #5 3 - in senang...