18. LEMBARAN BARU

50 8 4
                                    

"Selalu ada hal yang tak bisa dimiliki dan bisa dimiliki, contohnya hati." -Zaikal Aditama.

***

Kedua insan ciptaan tuhan kini terlihat tengah berjalan bersama. Jari jemari Zaikal mengenggam erat milik Moza, bagaikan ranting yang enggan kehilangan daunnya.

"Zak, lepasin dong." eluh Moza yang tengah bersikeras melepaskan genggamannya.

"Yaelah, Za. Kenapa sih?" jawab Zaikal masih menyatukan jari jemari mereka.

"Gue kan udah bilang lepas." lalu melepas tangan lelaki itu kasar dan pergi meninggalkannya sendiri.

Dari mata ke mata. Mulut ke mulut. Banyak siswa dan siswi yang tengah merumorkan mereka berdua tengah berpacaran atau hanya saling suka antara keduanya.

Sayangnya, Moza kurang nyaman dengan keadaan ini. Buru buru Alana dan Kania menghampirinya. Mengucapkan selamat pada dirinya.

"Ututu si keju, selamat ya akhirnya lo ga ngenes lagi kaya kemarin kemarin." ujar Kania yang tengah asyik menyesap minuman berwarna putih tulang itu.

"Maksud lo berdua apaan?" jawab Moza tak mengerti.

"Aduh pake ditutupin segala, kita udah tau kali. Kenapa gamau dimintain PJ ya ? jarang jarang Za, lo beliin kita berdua." omel Alana sedari tadi, berharap sahabatnya satu ini segera sadar dari sifat pelitnya.

"Ya ya ya. Yaudah ayo ke kantin." ajak Moza pada keduanya.

Banyak siswa siswi berlalu lalang dan tak lupa memberikan sapaan bahkan sekedar memberikan senyuman pada Moza.

"Dunia serasa terbalik tau gak. Kapan itu gue dihujat. Sekarang dibaikin, dipuji puji." rutuk Moza.

"Euy sabar atuh. Semuanya teh butuh proses." tutur Kania.

"Iya euy gitu euy. Kumaha kunaon kumon." diikuti Alana.

"Bahasa apaan tuh kumon?" ujar keduanya sambil menghadap Alana.

Bukannya menjawab pertanyaan tersebut, Alana malah cengar cengir seperti orang cengo. "Jawab atuh."

"Ah kumon? kaya bahasa sunda gitu loh. Kalo abis nanya kumaha kunaon harus pake kumon gitu." jelas Alana sangat percaya diri.

"Emang iya, Kan?" tanya Moza menghadap kearah Kania.

"Nggak deh perasaan. Baru tau sekarang gue mah. Belajar dari mana lo, Lan?"

"Ada lah banyak. Gue tuh ga cuma belajar satu buku. Tapi satu rak, satu perpustakaan gue baca semua. Nama nama penjaga perpusnya juga." jawabnya masih dengan cengar cengir andalannya.

"Ye lo mah. Gue timpuk juga nih." ujar Kania kesal.

Moza lagi lagi hanya tertawa melihatnya. "Udah udah dimakan dulu keburu dingin ntar."

"Siap ndan!"

***

Ada tiga gadis yang tengah melewati mereka. Satunya berwajah datar, benar dia adalah Moza. Sedangkan yang dua lagi tengah teriak teriak dan senyum senyum tak jelas.

"Kok sepet gitu mukanya neng?" ledek Juan yang jelas jelas tengah ditujukkan kepada Moza.

"Berisik lo!" jawab Moza secepat kilat. Kedua manik matanya seolah mengeluarkan pancaran cahaya, pupil matanya berubah berlambangkan petir. Atmosfer di area gazebo kini semakin mencekam.

"Waduh, galak banget mbaknya." ujar Juan lagi yang tak punya rasa takut.

"Muka atau kanebo kering, sepet amat. Jaaaa!" ucap Aji menambahkan.

Namun ketiganya malah pergi begitu saja meninggalkan mereka.

"Dasar cewek! diajak bercanda aja gabisa. Malah tambah sinis aja tuh muka. Emang ya cowo serba salah!" teriak Aji tak terima pada ketiganya.

"Curhat Ji?"

"Nggak, iya dikit." jawabnya dengan polos.

"Eh, semalem lo beneran nembak si Moza?" introgasi Adam dengan cepat begitu melihat gadis itu.

"Emang dee gelem karo kon?" ledek Juan yang terkekeh sambil bersedekap.

"Berisik lo anak orang lagi berangan-angan nih." ledek Juan menghadap kearah temannya, Zaikal.

"Gedek gue lama lama denger omongan lo semua." ujar Zaikal yang setelah itu kembali hanyut dalam pikirannya lagi.

"Yaudah gue diem. Eh tapi kan aing punya mulut Mas Ikal!" rutuk Aji yang riwuh sendiri.

"Ikal, teh saha?" kata Adam kepo.

"Abang Zaikal!" jawab Aji, sukses membuat dunia menggelegar karena teriakannya.

"Yaallah. Kupingku iso budeg ngene carane!" balas Juan dengan bahasa andalannya ketika pulang kampung.

"Berisik, Ji. Lo ga liat apa kelas kelas didepan lo lagi ada pelajaran?!" tutur Adam.

Sedetik kemudian raut wajah Aji berubah. Yang mulanya berseri seri menjadi biasa, datar.

"Ya sowry, bwang Dam. Jangan angry gitu." sesal Aji yang tak luput merundukkan wajahnya.

"Gue ga marah, cuma ngingetin. Ji." jawab Adam kemudian dengan nada biasa.

"Zak, kenapa sih? diem diem bae." ujar Juan tiba tiba mengakhiri percakapan antara keduanya.

Kemudian Adam berbalik menghadap seorang lelaki yang tengah membelakanginya itu. "Gue perhatiin, kenapa dia biasa aja ngeliat lo?" ujar Adam tengah bertanya tanya.

"Gue gatau." jawab Zaikal.

***

BTW GIMANA NIH PART ' LEMBARAN BARU ' NYA ?

MAAF YA TERNYATA AUTHOR GABISA DOUBLE UP HEHE UDAH CAPEK BANGET KEMARIN MALEM

MATA RASANYA UDAH MAU NUTUP AJA HADUH

MAAF KALO MASI ADA KEKURANGAN, JELEK, DAN SALAH KATA. INI ADALAH CERITA AUTHOR YANG PERTAMA

DUKUNG YA KALO SUKA BIAR AUTHOR TAMBAH SEMANGAT BIKIN CERITANYA.

APA YANG AKAN TERJADI PADA MOZA DAN ZAIKAL SELANJUTNYA ?

KUDU PASTI PAKE BANGET VOTE , COMMENT, CERITA ' MOZAIK ' INI

BIAR AUTHOR TAMBAH SEMANGAT JUGA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR YA! ^^

EH IYA JANGAN LUPA ADD KE LIBRARY KALIAN JUGA

***

SALAM HANGAT AUTHOR
(Maaf ya berhari hari kemarin ga up. Author gaada mood hehe.)

-Februari 26, 2020

M O Z A I KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang