10. JADIAN ?

50 20 5
                                    

"Rasya!" suara bariton seorang lelaki yang memanggilnya itu sukses membuat si empu nama balik badan. Lelaki itu menghampirinya, merangkulnya dan menggandengnya.

Merasa nyaman dengan perlakuan Zaikal, Rasya mencium pipinya. Lelaki itu hanya mendelik, namun tak melakukan penolakan apapun terhadap perlakuan gadis itu.

"Gue mau bikin Moza lebih sakit lagi. Kita lewatin kelasnya, kalo bisa lo cium pipi gue di hadapannya." jelas Zaikal dan mulai membawa Rasya melewati kelas X-IPA 3, kelas Moza.

Moza sedang mengobrol bersama teman temannya. Hanya mendengarkan dan tak ingin menanggapi, dia hanya diam. Dilihatnya ada seorang laki laki dan perempuan yang sedang melewati arah gerombolannya.

"Nanti anterin gue pulang ya."

"Sekalian gue juga pengen ngajakin lo nonton." jawab lelaki itu.

"Iya, makasih Zaikal." ujar Rasya dan mulai mencium pipi kiri Zaikal.

Moza hanya bisa diam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ada rasa tak suka dalam dirinya ketika melihat Zaikal berjalan bersama perempuan lain. Tidak mungkin jika dirinya mulai menyukai lelaki model Zaikal.

"Gue gamungkin suka sama dia." batinnya sejenak.

"Semoga aja enggak." sahut Alana yang mulai duduk didepannya.

"Cewek disamping Zaikal tadi, bukannya temen lo ? kalo ga salah sih yang lo kenalin di pantai waktu kita liburan di rumah oma nya Alana ? menurut feeling gue tuh cewek deh yang udah bikin lo sama Zaikal jadi gini, dasar kambing hitam." omel Kania.

"Hust, Kania ! lo gapunya bukti apa apa main nuduh aja." jawab Moza tak setuju dengan pendapat Kania.

"Emang gue belum dapet bukti, tapi ntar liat aja, Za."

"Semoga bukan." batin Moza dalam hati.

***

Rasya dan Zaikal berhenti di taman sekolah mereka. "Rasya mulai sekarang kita balikan." ujar Zaikal dengan nada biasa, tidak ada nada serius bahkan perlakuan romantis darinya.

Raut wajah Rasya memerah, jantungnya berdegup kencang. "DENGAN SE6NANG HATI, GUE TERIMA LO ZAK. GUE UDAH NUNGGU LO DARI LAMA!" Namun Zaikal mulai berjalan mendahuluinya.

"Sayang, tunggu dulu ih!" teriak Rasya, berusaha memanggil pria yang sudah mulai menjauh dari tempat ia berdiri.

Zaikal berhenti didepan motornya, memakai helmnya dan berhenti sejenak. "Cepetan naik atau lo pulang sendiri." ucapnya dingin.

"Kok ga romantis sih ? sama perempuan lain aja manis banget."

"Gue takut dikecewain." jawab lelaki itu.

"Gue yakin gue bisa bikin lo bahagia."

"Dan kalo lo milih gue lagi, artinya gue yang terbaik buat lo kan?" jawab Rasya dengan sumringah.

Bukannya menjawab pertanyaan Rasya, namun lelaki itu malah menyuruh dirinya untuk segera memakai helm yang diberinya. "Cepetan naik." Rasya mengangguk semangat dan mulai duduk dibelakang jok motor hitam milik Zaikal itu.

Zaikal tak mengatakan apapun. Bukannya berusaha mengajak ngobrol pacar barunya itu, tetapi ia malah diam saja.

"Sayang, kenapa sih diem aja." ujar Rasya sambil memeluk pinggang lelakinya.

M O Z A I KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang