13. MENGHILANG

55 13 8
                                        

"Gimana ? sukses, Za?" introgasi Alana dengan cepat.

Namun perempuan yang tengah di introgasi olehnya itu hanya menggeleng.

"Gimana bisa, gimana ceritanya?" rasa ingin tahu Kania membara.

"Ya, gue udah jelasin semuanya. Tentang salah paham juga. Tapi dia bilang, dia gapercaya. Terus pergi gitu aja ninggalin gue."

"Lo gabisa diginiin terus, Za! Zaikal emang kelewatan." kata Kania dengan emosi yang menggebu gebu.

"Udahlah gausah dipikir." jawab Moza sekenanya.

"Gausah dipikir gimana sih? lo mau kaya gini terus? di cap buruk gegara jelek jelekin Zaikal dibelakang gitu. Lo mau?!" jelas Kania dengan nada yang tidak biasa.

"Udahlah, Kan. Jangan terlalu keras sama Moza. Kasian dia." bela Alana.

"Gimana Aji udah dapet info belum?" lanjut Alana.

Perempuan itu menggeleng pelan sebelum berkata, "Sampai sekarang, belum."

"Kayaknya kita sendiri yang harus cari tahu siapa yang udah adu domba lo." ujar Alana sambil mengarahkan pandangannya pada Moza.

Moza hanya diam, bingung harus memulai ini semua darimana. Benar, ia sangat pasrah.

"Ayo dong senyum!" kata Alana yang juga ikut tersenyum.

Lengkungan itu tampak di bibir Moza. Lalu meredup setelahnya.

"Ntar malem cafe-in aja gimana?" usul Kania, berusaha membuat sahabatnya itu lupa akan masalah yang dihadapinya sekarang. Meskipun sejenak.

"BOLEH BANGET!" jawab Alana dengan mata yang berbinar setelah mendengarnya.

Moza tertawa kecil, "Boleh." jawabnya.

"Dimana? Jam berapa?" tanya Kania memastikan, ia sangat menantikannya.

"Ngikut." ujar Moza.

"Malem deh. Kasian gue, udah susah susah skincare an juga. Masa iya mau panas panasan." rutuk Alana.

"Alay." ledek Kania.

Senang rasanya melihat kedua sahabatnya  selalu ada disisinya, apapun masalah yang sedang dihadapinya. Mereka selalu ada.

"Jangan senyum senyum sendiri kaya orang gila deh,Za." teriak keduanya.

Walaupun mereka emang nyebelin, tapi mereka yang selalu ada disisinya.

***

"Turun." titah Kania. Lalu diikuti keduanya.

Wajah Alana berseri seri, ia senang karena kembali lagi ke cafe ini.

"Lo kenapa sih?" tanya Kania.

"Kebelet, gue ke toilet dulu ya!" teriak Moza yang sudah berlari menuju toilet. Padahal mereka baru berjalan beberapa langkah untuk masuk ke cafe itu.

"Ada ada aja, yaudah yuk!" ajak Alana untuk masuk.

"Gue pesenin sekalian ya, Za!" teriak Kania. Namun tak ada balasan dari lawan bicaranya.

M O Z A I KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang