"Tinggal berapa menit lagi?" pertanyaan ke dua puluh kalinya. Alana, gadis itu sangat cocok menyandang predikat miss bawel.
Namun gadis keju itu tetap diam dan fokus terhadap pelajaran.
"Za, lo tau gak? kemarin katanya sih katanya Bu Sofi jadian sama Pak Danu." ujarnya mulai menggosip. Sang lawan bicara hanya diam, tetapi Alana tidak pantang menyerah.
"Katanya lagi Pak Danu guna gunain Bu Sofi biar su--" belum selesai ia berbicara, Moza langsung mendelik sinis kearahnya.
Buru buru Alana menutup mulutnya dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Moza mendekatkan mulutnya pada telinga Alana.
"Pantes gaada yang mau sama lo, lo ganggu banget tau ga." sarkas Moza.
"Ih jahat, Moza jahat." rutuk Alana pelan sambil memukul lengannya.
"Bercanda. Ntar baper lagi terus pundung, terus curhat di diary. Kuno tau ga." kini ganti Moza yang mulai berbicara.
Kring kring kring
"Baik anak anak, selamat siang. Jangan lupa kerjakan halaman 267 berserta caranya. Kumpulkan besok pagi di meja saya. Siang." ucap guru berpostur tinggi itu.
Sambil membereskan buku dan memasukkan peralatan sekolahnya kedalam tas. Dilihatnya Alana yang sedang menerima panggilan dari ayahnya dan Kania yang sudah dapat apel pulang sekolah dari Kak Andre.
"Duh, gue bareng siapa nih." batin Moza.
Menurutnya terus terusan menebeng orang adalah hal yang terlalu merepotkan. Sekali, dua kali tak apa. Jika dia tidak bisa naik motor? bagaimana bisa ia berhenti meminta orang untuk mengantarnya pulang.
Mama dan Papanya jarang pulang kerumah. Pekan liburan saja mereka baru pulang, lalu dua hari setelahnya mereka akan kembali lagi bekerja.
"Za, hari ini pulang sama siapa?" tanya Alana seusai telfon.
"Gatau." jawab Moza sambil menggedikan bahunya.
"Bareng aja sama Zaikal." sahut Kania yang tengah duduk, menunggu kakak kelas pujaan hatinya yang tengah mengambil kendaraan.
"Gamau." ujarnya singkat.
"Punya pacar ga dimanfaatin." celoteh Alana.
"Cowok cowok. Tolong jangan ada yang mau sama Alana, ntar dimanfaatin sama dia!" beo Kania ke seluruh penjuru kelas.
Semua siswa laki laki langsung berhambur keluar kelas.
"Dih dasar. Kampret lo, turun kan pamor gue." rutuk Alana kesal yang masih berdiri sambil bersedekap.
Tampak seorang lelaki yang tengah mengendarai motor dan ber helm bogo menghampiri ketiga gadis itu.
"Za, pulang bareng gue yuk!" teriak laki laki itu, perlahan ia membuka kaca helmnya. Tadinya Moza ingin menjawab, setelah tau laki laki itu adalah Zaikal. Ia hanya terdiam.
"Dia gamau sama lo." ujar Alana sambil berteriak.
"Kata siapa?" tanya lelaki itu.
"Dia sendiri. Ya gak, Za?" kata Alana sambil menyenggol lengan Alana.
"Udah, mau aja. Gausah malu malu." ujar Kania menggoda.
"Gamau, ah." jawabnya, lalu mulai berjalan keluar sendiri.
Kini langit berwarna cerah setengah mendung, menghiasi seluk beluk ibu kota. Langkah demi langkah Moza berjalan menuju tempat tinggalnya. Dentuman suara mesin motor masih setia menemani Moza dari belakang.
"Lo ngapain sih ngikutin gue terus?!" ujar Moza.
"Kenapa emangnya? gue cuma mau jagain lo sampai rumah dengan selamat." jawab Zaikal enteng.
"Gausah, gaperlu." sarkas Moza lagi. Kekeh tak ingin berbalik badan.
Langkah demi langkah, tak terasa keduanya sudah sampai. Tanpa mengucapkan salam atau sekedar mengucapkan hati hati, Moza langsung saja masuk kedalam rumahnya.
Angin berhembus kian kencang. Kedua manik matanya tengah bergerak kekanan dan kekiri melihat keluar jendela. Terdengar suara bergemuruh berasal dari angkasa. Sebentar lagi air mata malaikat akan turun.
Moza bergegas turun menghampiri lelaki itu yang masih duduk di motor hitamnya.
"Kenapa sih lo masih disini?" teriak gadis itu yang tengah berdiri di ambang pintu
"Jawaban kemarin, alasannya ga tepat." jawab lelaki itu.
"Gue gamau, Zak." Angin bergemuruh kian kencang, suara kilatan cahaya itu terdengar menggelegar. Titik titik air mulai turun.
"Rasya. Dia mantan gebetan lo kan?!" ujarnya sambil menahan hawa dingin yang mulai merasuk ke dalam tubuh.
"Emang gue duluan yang deketin dia, tapi--" jelas Zaikal mulai maju kedepan.
"Kenapa lo gabisa terima gue." tambah Zaikal masih bersahutan dengan derai hujan.
"Kita itu bagaikan pecahan yang disatukan namun tak rekat, Zak. Gue ga nyangka, gue kecewa sama lo."
***
BTW GIMANA NIH PART ' MOZAIK ' NYA ?
SIAP SIAP MENUJU PART TERAKHIR YA !
MAAF KALO MASI ADA KEKURANGAN, JELEK, DAN SALAH KATA. INI ADALAH CERITA AUTHOR YANG PERTAMA
DUKUNG YA KALO SUKA BIAR AUTHOR TAMBAH SEMANGAT BIKIN CERITANYA.
APA YANG AKAN TERJADI PADA MOZA DAN ZAIKAL SELANJUTNYA ?
KUDU PASTI PAKE BANGET VOTE , COMMENT, CERITA ' MOZAIK ' INI
BIAR AUTHOR TAMBAH SEMANGAT JUGA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR YA! ^^
EH IYA JANGAN LUPA ADD KE LIBRARY KALIAN JUGA
***
SALAM HANGAT AUTHOR ^-^
(Emotnya punten, sok imut hehe. Habis ini part terakhir ya manteman. Merayakan hari terakhir try out ke 4 author nih, makannya semangat!)-Februari 29, 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
M O Z A I K
Teen Fiction❝Kita itu bagaikan pecahan, Disatukan namun tak rekat.❞ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀ ⠀ ⠀ ོ ῾ ᵎ⌇ ⁺◦☁️✧. 2 0 - 0 2 - 2 0 2 0 #5 3 - in senang...