15. PROTECT HER

44 12 5
                                    

Kejadian semalam masih membekas dikepala Moza. Semuanya terasa seperti mimpi buruk. Tangannya bergerak, mendapati sesuatu yang tengah tertidur pulas dipinggir ranjang. Jari jarinya sudah menggapai puncak kepala seseorang yang semalam memeluknya erat bahkan berkata tak ingin kehilangan dirinya.

Entah sejak kapan, namun dengan melihat Zaikal yang terlihat lil bit messy seperti sekarang. Sukses membuat Moza tersenyum senang karenanya. Bahkan lelaki itu masih setia memakai jaket bergambar tengkorak dibelakangnya.

"Kenapa ngeliatin mulu, terpesona sama kegantengan gue?" desis Zaikal, masih dengan posisi yang sama.

"Pede banget sih." jawab Moza, segera mengalihkan pandangannya.

"Masa sih." ledek Zaikal tak percaya, lalu segera bangun dari tidurnya. Zaikal menatap gadis itu lekat lekat.

"Jangan gitu dong. Gue kan jadi takut." ujarnya.

"Takut kenapa?" ujar Moza.

"Takut kalo lo punya penyakit jantung."

"Apa hubungannya sama penyakit jantung?" tanya Moza yang tak kunjung mengerti.

"Coba deh lo ngaca, pipi lo semerah apa. Gue yakin tuh jantung lagi jedag jedug ga normal kan?!" ledeknya.

"Ih udah dibilangin jangan kepedean. Pede amat sih lo!" ujar Moza kesal.

Lelaki itu tertawa renyah, "Lo aja kali yang gengsi." kedua bola mata Zaikal bertemu dengan kedua bola mata milik Moza. Waktu serasa berhenti, detik detik pun melambat.

"A-ah, iya. Lo kenapa bolos sekolah? khawatir ya sama gue?" ucap Moza memecah keheningan antara keduanya.

"Tadi gue denger ada yang bilang. Jadi orang jangan kepedean. Siapa sih?" jawab Zaikal, mulai menggoda gadis itu lagi.

Walaupun yang dikatakan Moza seratus persen benar,tetapi tetap saja Zaikal adalah lelaki yang bergengsi tinggi sampai ia enggan mengakuinya.

"Zaikal ih! seriusan" bentak Moza.

"Serius? ke KUA sekarang aja gimana?" ajaknya.

Lagi lagi Zaikal tertawa dengan puas melihat pipi Moza yang terlihat seperti kepiting rebus.

"Gak, bercanda. Gue cuma mau jagain lo aja dari Rasya. Gaboleh emang?" jelas lelaki itu mulai serius.

"O-oh, thanks ya." ucap Moza, lalu dijawab anggukan kecil oleh Zaikal.

"Kamu udah ga marah lagi kan sama aku?" tanya Moza memastikan.

Zaikal pun tersenyum tulus, "Ngapain marah sama kamu?" kini ganti dirinya lah yang balik bertanya.

"Oh iya. Bubur lo, Za. Masih anget loh, sayang kalo ga dimakan. Nih makan dulu." ucap Zaikal yang sedang membuka sebungkus kardus sterofoam berwarna putih itu.

"Aaaak." mulut Moza terbuka dengan lebarnya.

"Makan sendiri, udah gede. Jangan manja." ujar Zaikal sambil memberikan sendok pada gadis itu.

Tok ... tok ... tok

Kriett

"Aaa Mozaa!" teriak Alana dari ujung pintu kamar.

M O Z A I KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang