9. MEMBENTANG JAUH

42 20 5
                                    

"Semua terasa salah, bahkan sebuah rasa yang tengah kuberikan padamu pun juga salah." -Zaikal Aditama

***

Senin. Hari ini adalah hari dimana Zaikal akan menembak gadis yang ia suka, Airani Moza. Namun semuanya hanya angan asa yang takkan pernah terjadi dalam kehidupannya. Ia takkan pernah mengira bahwa semuanya akan menjadi seperti ini.

"Zak, gamau kekantin?" tanya gadis yang mengajaknya bicara kemarin, Rasya. Namun hanya dibalas gelengan olehnya.

"Gue temenin ya, duduk disini. Eh gajadi, lo tunggu disini dulu aja ya, gue keluar sebentar beli makan buat lo. Tunggu ya Zaikal." ucapnya dan mulai berlari kecil meninggalkan kelas.

Jawaban Moza semalam terus memenuhi isi kepalanya. Bagaimana bisa gadis itu berkata bahwa dia lah orang yang mencelakainya saat penjelajahan kemarin, padahal dia adalah orang pertama yang mengobati luka bahkan menggendong gadis itu agar tidak kesusahan berjalan.

"Masih mikir kejadian kemarin ?" tanya seseorang disebelahnya, Adam.

"Dikit kayanya gue mau balikan sama Rara aja." jawab Zaikal singkat.

"Gabisa gitu dong. Dari dulu lo pasti ngerti kan kalo gue, Juan sama Aji gapernah suka sama tuh cewe."

"Ya terus gue harus gimana, Dam?" tanya Zaikal pasrah.

"Cari tau dulu kebenarannya. Gue yakin Moza cewe baik baik, apalagi sampe jelek jelekin lo dibelakang. Bukan dia banget, Zak." usul Adam menasehati sahabatnya itu.

"Kalo dia cewe baik baik, kenapa dia bilang kalo dia gasuka sama sifat gue mana pake embel embel kalo gue celakain dia lagi."

"Selalu ada sebab dibalik ini semua, Zak." ujarnya sambil menepuk bahu lelaki itu pelan.

"Inget kita gapernah setuju kalo lo sama dia." tambahnya.

"Zaikal, Rara dateng. Makan yang banyak ya!" teriak Rara atau yang sering disebut sebagai Rasya. Jarang ada orang yang memanggilnya Rara kecuali kalau orang itu memang sudah benar benar berarti di hidupnya.

Setelah memberikan beberapa bungkus kue dan semangkuk bakso, gadis itu menoleh kearah Adam. "Eh Adam maaf ya gabawain buat Adam, nih beli aja sendiri." ujar Rasya sambil memberikan selembar kertas berwarna merah muda.

Brakk!

Suara meja yang sempat Adam pukul terdengar, menggema ke seluruh isi ruangan. Adam yang tak terima dengan perlakuan Rasya pun segera berdiri dan meninggalkan keduanya.

"Kenapa sih temen temen kamu gaada yang suka sama aku?" tanya Rasya.

"Mungkin mereka butuh waktu buat nerima lo." jelas Zaikal yang sudah mulai menyeruput kuah baksonya.

"Btw thanks, lo udah perhatian sama gue." ujar Zaikal yang dibalas senyuman lebar oleh Rasya.

"Sama sama, sayang."

***

Rasanya Moza ingin memutar balikkan waktu, berharap bahwa kejadian semalam tak pernah terjadi di kehidupannya. Tapi bagaimanapun semuanya sudah terjadi dan takkan pernah bisa di reka ulang lagi. Sekarang yang harus dilakukan olehnya yaitu menjelaskan tentang kesalah pahaman yang terjadi kemarin.

Namun Moza berpikir sejenak untuk apa ia menjelaskan ini semua kepada Zaikal, terlebih lagi lelaki itu bukan siapa siapa di hidupnya. Entah kenapa Moza terus uring uringan.

"Gue harus ketemu sama Zaikal." ucapnya lalu bergegas pergi menuju koridor sekolah. Kedua sahabatnya hanya menatapnya bingung dan mulai mengejar dirinya.

"Nanti gue nebeng pulang, boleh kan?" tanya seseorang yang tengah berdiri disamping Zaikal. Mata Moza terus mengamati wajah gadis itu. Benar saja ia adalah Rara, teman Moza sewaktu SMP.

Kedua manik mata Zaikal bertemu dengan kedua manik mata Moza, mereka saling menatap tapi enggan menyapa. Justru Zaikal semakin kuat merangkul Rasya.

"Zaikal ih kok bengong sih, jawab dong." ujar Rasya.

"Pasti boleh, gausah nanya." jawab Zaikal dengan senyum sinis yang kini sudah ia tunjukkan, terutama untuk Moza.

Setelah susah payah mengejar Moza, sahabat Moza hanya bisa berdiri dibelakang Moza ikut menyaksikan kejadian itu. Keduanya langsung menarik tangan Moza dan mengajaknya pergi, menjauh.

"Siapa yang suruh buat jelasin semuanya sama Zaikal, hm?!" tanya Kania dengan kedua tangannya yang sudah bersedekap sejak tadi.

"Gue gabisa terus terusan diem dan biarin dia gatau sama apa yang terjadi. Dia bakal terus terusan benci sama gue. Gue gabisa kaya gini terus!" ujar gadis itu.

"Moza, jangan bilang lo mulai suka sama Zaikal."

"Engga, gue cuma mau ngelurusin perkara ini doang. Ntar gue di cap buruk lagi." jelasnya.

"Yakin lo gasuka?" tanya Kania.

"Seriusan enggak."

"Dengan semua perlakuan yang ia lakuin ke lo?"

"Gak." jawab Moza yakin.

"Yaudah, awas aja kalo kemakan omongan lo sendiri." ledek Alana.

Sebenarnya Moza tak mengerti. Jika Zaikal bukan siapa siapa didalam hidupnya, kenapa dia selalu tidak tenang dan berusaha ingin memberi tahu dan meluruskan kesalah pahaman yang telah terjadi. Ia tak ingin Zaikal membencinya, ia ingin semuanya kembali seperti dulu.

***

BTW GIMANA NIH PART ' MEMBENTANG JAUH ' NYA ?

MAAF KALO MASI ADA KEKURANGAN, JELEK, DAN SALAH KATA. INI ADALAH CERITA AUTHOR YANG PERTAMA

DUKUNG YA KALO SUKA BIAR AUTHOR TAMBAH SEMANGAT BIKIN CERITANYA.

APA YANG AKAN TERJADI PADA MOZA DAN ZAIKAL SELANJUTNYA ?

KUDU PASTI PAKE BANGET VOTE , COMMENT, CERITA ' MOZAIK ' INI

BIAR AUTHOR TAMBAH SEMANGAT JUGA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR YA! ^^

EH IYA JANGAN LUPA ADD KE LIBRARY KALIAN JUGA

***

SALAM HANGAT AUTHOR
(Punten mau update telat terus, abis yang vote sama lihat pada berkurang terus jadi kurang ada semangat buat update juga. Minggu minggu ini author lagi sibuk banyak nugas dan persiapan menjalani try out kota beberapa hari lagi. Doain ya!)

-Januari 15, 2020

M O Z A I KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang