"Diem aja gamau makan. Kenapa ga enak ya?" ujar Zaikal yang tak pernah luput memandang perempuan didepannya.
"Gue masih gangerti. Kenapa sih lo bawa gue kesini pake acara beginian." tanya perempuan yang bernama lengkap Airani Moza itu.
"Minta maaf."
"Oh kalo itu gabakal gue maafin sih." terbesit sesuatu yang jahil di pikirannya.
"Yah, masa ga dimaafin sih. Bahkan semua yang udah gue lakuin?" kata Zaikal dengan nada tinggi dan tempo yang agak dicepatkan.
"Bercanda ih. Dimaafin kok, kalo lo maafin gue juga." ujarnya.
"Gue yang minta maaf."
"Gue lah."
"Yaudah sih kenapa ribut gini." ujar Moza menyudahi pertengkaran singkat itu.
"Makan, Za." peringat Zaikal kembali.
"Iya, ini makan nih. Kamu ga makan?" ucapnya lalu memgambil sesendok makanan dan mengarahkannya tepat di mulut Zaikal.
"Za, gue mau ngomong serius. Boleh?"
"Gaboleh. Makan dulu baru ngomong. Gabaik makan sambil ngomong." sergahnya.
"Ya tapi kan aku ga makan, kamu yang makan." jawab lelaki itu, kesal.
Terkadang gadis itu terlihat sangat cuek, menyebalkan, dan ketus. Dilain sisi dia begitu tulus, apa adanya, dan polos.
"Aku pesenin!" kedua tangan Moza melambai lambai mengisyaratkan kepada pelayan, bahwa ia ingin menambah makanan lagi.
"Ntar yang bayarin ini semua kan gue, duit gue ngepress nih." ujar Zaikal sok panas dingin.
"Ih Zaikal, gimana sih! gitu sok sok an mau bayarin sama beliin baju." jawab Moza ketus.
"Tapi bercanda, peace." jawabnya sambil tertawa menunjukkan kedua jarinya.
"Kebiasaan banget sih lo! jahil!" bentak Moza. Berpasang pasang mata tertuju pada mereka. Entah sejak kapan keduanya menjadi pusat tontonan para pengunjung malam ini.
Zaikal memukul pelan lengan gadis itu, "Sst, Za." bisiknya.
Diikuti Moza yang bibirnya mulai umak umik mengisyaratkan sesuatu.
"Hah apa apa?" ujar Zaikal pelan, sangat pelan.
"Kok gue sih." jawab Moza dengan nada yang sama.
"Kan emang lo yang teriak teriak. Kenapa jadi gue ?" ucap Zaikal tak terima.
"GUE TERUS YANG SALAH!" bentak Moza sambil memukul meja dan berdiri.
Para pengunjung tak luput mengalihkan pandangan mereka. Kini Moza kian berulah. Teriakannya menganggu seisi ruangan disitu.
"Aduh, Za. Turun dong. Malu nih." tutur Zaikal.
"Eh iya, astaga. Bar bar banget gue." sadar Moza lalu kembali duduk di bangkunya.
"Malu maluin aja lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
M O Z A I K
Teen Fiction❝Kita itu bagaikan pecahan, Disatukan namun tak rekat.❞ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀ ⠀ ⠀ ོ ῾ ᵎ⌇ ⁺◦☁️✧. 2 0 - 0 2 - 2 0 2 0 #5 3 - in senang...