1

290 20 8
                                    

"Mulai hari ini, Adek jadi pacar Abang."

Sebuah kalimat terlontar saja dari pria tampan. Menatap wanita pujaan yang disayang dan selalu dinanti kehadirannya.

"Bang, maaf sebelumnya. Adek ini kan jauh dari kata sempurna sedangkan Abang itu lebih dari sempurna." Menunduk rasa ingin menerima, tapi kenyataan dia hanya wanita biasa.

"Sempurna atau tidaknya wanita itu bukan dilihat dari wajahnya, tapi dari hati dan sikapnya. Dan semuanya ada pada diri Adek. Maka dari itu, Abang sangat sayang dan cinta sama Adek." Penjelasan Hanif ini membuat Ica tenang.

Hanif Yasser Syathibi, pria tampan yang sangat mencintai seorang wanita biasa. Hobi membuat baper Ica hingga terbang hatinya.

Mata Hanif memiliki ketertarikan khusus yang membuat wanita pada jatuh hati. Bukan hanya itu, poninya yang dibiarkan tergerai sangat menyita perhatian seluruh wanita.

"Makasih, Bang," ucap Ica, sang wanita pujaan.

"Alhamdulillah, Adek mau jadi pacar Abang."

"Hm kalau gak mau juga nanti dipaksa, kan?" Ica cemberut melirik Hanif.

"Hehehe."

Hari pertama jadian. Tentu akan menjadi hal yang sangat spesial. Tentu dengan buih-buih cinta yang tumbuh dari hati mereka.

Haisha Hanum Hanania nama lengkap dari seorang wanita yang biasa. Namun, memiliki keuntungan yang besar dapat menjadi pacar seorang pria tampan. Ica, biasa orang-orang memanggilnya.

Pertama yang membuat Ica sangat tidak menyangka adalah ketika pria tampan —Hanif— menyukai dirinya. Bukan apa-apa, dia hanya merasa tak pantas saja bisa berpasangan dengan Hanif.

"Bang, kita mau ke mana?" tanya Ica melihat arah jalan yang tak tau mau ke mana.

"Ada deh." Hanif tersenyum.

"Yah, Adek kan mau tau." Ica memajukan mulutnya.

"Eh eh eh lucu banget ya kamu kalau gitu. Hahaha," gemas Hanif mencubit pipi Ica.

Merah merana tepatnya. Iya, pipi Ica tak bisa dikontrol rasa malunya. Dia begitu bahagia bisa bersama dengan pria tampan yang setahun lalu bertemu dengannya.

Tatapan mata mereka pun bertemu. Saling memberi rasa cinta. Tanpa disadari, Hanif sedang berkendara.

"Bang!" teriak Ica.

"Iya, Dek," jawab Hanif yang tetap memandang Ica.

"Eh Abang ish itu, awas di depan." Ica makin panik dan dengan sigap dia meluruskan kepala Hanif.

"Astagfirullah."

~Tbc~

Jia maaf sedikit
Semoga suka dengan cerita abstrak ini😁

Bumi dan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang