~Rumah Ica~
"Maaf, jika kami telat," ucap Ayah Hanif.
"Tidak apa. Ya sudah langsung inti saja," kata Babeh melirik putri jeleknya itu.
Hanif yang sedari tadi gemetar hanya mampu diam sambil sesekali melirik wanitanya ini.
Tangannya dingin. Bibirnya seakan membeku. Telinganya pun bersiap-siap menerima berita kebahagiaan.
"Setelah beberapa hari ini Ica istikharah, Ica akan memutuskan untuk ...."
"Tunggu," potong Hanif. Membuat seisi rumah melirik dirinya.
"Ada yang ingin Hanif bilang kembali, kalau Hanif bakal meminta Ica bukan hanya melamar saja, tetapi untuk menjadi pasangan seutuhnya."
"Nikah?" tanya Sandi datang tiba-tiba dan tanpa diundang.
Hanif mengangguk. Pertanda benar perkataannya. Iya, Hanif ingin segera menikah dengan Ica. Bukan, bukan karena ingin buru-buru hanya saja ia tak mau bidadarinya ini pergi meninggalkan.
"Kalau begitu, itu lebih bagus," ucap Babeh.
Ica yang mendengar pernyataan Hanif ini, membuat takut. Takut kalau kita belum siap.
Pernikahan itu bukan untuk main-main, tapi seumur hidup. Dan Ica merasa, ia belum siap sepenuhnya untuk menjalani rumah tangga.
"Bagaimana, Ca?"
"Cepet woy jawab!" paksa Hana.
Mata elang Ica menatap kejam ke Hana. Kakaknya ini selalu saja membuat kesal setiap waktunya. Untung saja ada keluarga dari Hanif jadi masih bisa untuk menahan.
"Hm ... bismillah. Ica menerima lamaran Bang Hanif dan mau menikah dengannya." Senyum Hanif mengembang bagaikan bunga yang mekar.
Ica pun bertekad bahwa apa yang dia lakukan itu baik untuk ke depannya. Walau memang berat, tapi Ica yakin pasti bisa melewati.
"Lalu, bagaimana dengan Bang Sandi dan Kak Hana? Kalian harus dilompati dulu sama aku." Menjulurkan lidah di kedua kakaknya.
"Santai. Gue tahun depan nyusul," ucap Sandi.
Terlihat dari wajah mereka yang benar-benar bahagia dengan adanya cinta bersatu.
Putra-putri mereka akan menikah. Menikah menjalani kehidupan baru.
Hanif yang sedari tadi tidak berhenti tersenyum membuat Ica semakin yakin akan kesenangannya karena Ica.
Melamar, menikah, berumah tangga, memiliki kehidupan bahagia dan memiliki anak-anak, itu adalah mimpi Ica.
Semuanya akan terjadi sebentar lagi. Iya, hanya menunggu beberapa bulan. Sebentar lagi.
Akhirnya bidadari ini berada di pelukan
Untuk mendapatkan kebahagiaan
Serta kesedihan bersama
Mata ini seakan terlupa
Atas senyuman yang membuatku resah
Iya, kamu bidadari
Terima kasih atas jawabannya
Semoga kebersamaan bisa menjadi kesatuan
Antara hatimu dan hatikuBidadariku, Ica
Gemetar gawai Ica. Tak kuasa menahan tawa atau sedih? Tindakan Hanif sungguh menyayat hati. Lucu, tapi penuh pesona.
Abang tau, apa yang membuat aku menerima?
Yaitu karena kamu setia
Memberikan cinta apa adanya
Tanpa melihat dari fisiknyaIca kembali mengirim pesan. Tentu, melihat Hanif yang begitu bahagia akan membuat Ica bahagia pula. Hanya saja ....
"Ayo makan!" ajak emak.
"Sudah, tidak usah repot-repot. Kami ingin segera pulang karena ada urusan kembali." Ayah Hanif menolak secara halus, tapi Ica tau kalau ini bukan levelnya mereka.
Hanya saja ini yang selalu Ica pikirkan. Keluarganya sederhana sedangkan mereka luar biasa ditambah lagi perihal masalah Hanif yang Ica tidak mengetahui sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi dan Bulan
Teen Fiction"Mulai hari ini, Adek jadi pacar Abang." Sebuah kalimat terlontar saja dari pria tampan. Menatap wanita pujaan yang disayang dan selalu dinanti kehadirannya. "Bang, maaf sebelumnya. Adek ini kan jauh dari kata sempurna sedangkan Abang itu lebih dar...