13

27 2 0
                                    

Hanif pun pergi dari tempat peristirahatan terakhir bidadari kecilnya itu. Dia akhirnya sedikit tenang dari semua yang ada dipikiran.

Dari sekian banyak orang yang ada di sampingnya hanya ada 2 orang bidadari yang mampu menenangkan, yaitu adik dan Ica.

Ya, mereka berdua sangat Hanif sayang. Kalau ada orang menyakiti, itu akan menjadi musuhnya seumur hidup. Begitu pula Harun, kakaknya yang sudah membunuh bidadari kecilnya.

"Ingat ya, Run. Gue peringatkan lagi sama lo. Lo bakal nyesel dulu udah berani nusuk bidadari kecil gue," ucapnya sendiri.

Banyak hal yang harusnya Hanif ceritakan terhadap Ica. Namun, dia tak berani mengatakan sekarang. Untuk itu akan ada saatnya dia menceritakan seluruh kehidupannya.

💫💫💫

"Duh, kok Bang Hanif gak ada kabar ya!" Ica khawatir dengan keadaan sang pacar.

"Elah, kemarin nyakitin sekarang mikirin. Mau Lo apa sih, Cacamarica," sindir Hana yang membuat bibir Ica maju 5 cm.

Namun, emang bener apa yang Hana bilang jika dia mungkin nyakitin hati Hanif yang benar-benar yakin kalau kemarin Ica bakal langsung menerima.

Tapi Ica justru menunda. Itu sedikit buat kecewa bagi Hanif. Sudahlah, intinya nanti Ica bakal langsung menerima.

"Lo bisa gak sih kalau masuk kamar orang ketuk dulu," kata Ica sinis.

"Gak bisa."

"Terus apa gunanya ada pintu?" kesal Ica.

"Kok Lo ngegas sih? Santai kali hahahah."

Ica hanya mengelus dada. Kakaknya ini sudah membuat dia naik darah. Kalau bukan kakaknya sudah dibuang ke kali tuh mulut.

Sabar. Hanya itu yang dilakukan. Sudah terlalu sering Hana masuk tanpa izin cuma kalau berantem yang ada nenek lampir dateng entar ribet lagi.

"Lo keluar coba, Kak!" usir Ica.

Hana malah tidur di kasur. Begitu santai kelakuan dia. Jadi buat esmosi Ica saja.

"Lo budeg apa pura-pura budeg?"

"Ada yang ngomong, tapi ga ada orangnya," ucap Hana santai.

"Maksud Lo, gue setan?" tanya Ica menggebu-gebu.

"Lo sendiri ya yang ngomong bukan gue."

Ica mengepal jari tangannya. Serasa ingin sekali memukul Hana, tapi ingat satu hal kalau dia kakaknya.

Dengan tabah tak ikhlas, Ica pun membiarkan Hana tidur di kasurnya.

Termenung kembali. Itu yang sekarang Ica sering lakukan. Mengapa kekasihnya itu tak memberi kabar sedikit pun. Ini buat dirinya tak tenang.

Wajar saja jika Ica sangat khawatir terhadapnya karena dirinya itu terlalu cinta kepada pria tampan manis, kekasihnya.

Dan seperti yang dia katakan kemarin bahwa dia harus yakinkan hati untuk menetapkan seumur hidupnya bersama Hanif, yaitu dengan istikharah.

Ya, setiap malam Ica lakukan shalat itu. Sampai matanya kini menjadi panda. Kurang tidur tepatnya.

"Anjir, Lo malah bengong. Udah baek gue temenin, eh Lo malah cuekin gue," ucap Hana membangunkan tubuhnya.

"Ca, kalau Lo beneran suka dan cinta ya udah langsung aja nerima gak usah pake istikharahan lagi coba," lanjut Hana.

"Kak, Lo itu ya. Nikah bukan perihal berkali-kali kayak pacaran. Bisa putus terus nyambung lagi. Ini nikah woy! Cuma sekali seumur hidup. Ya walau gue emang udah sangat cinta sama Bang Hanif, tapi tetep kita harus minta restu juga sama Allah." Kata-kata Ica buat bungkam Hana. Tak menyangka adiknya ini bisa dewasa.

"Karena hanya Allah yang tau apakah Bang Hanif bener jodoh gue atau bukan," lanjut Ica.

Hana bengong. Matanya tak sanggup melihat bagaimana adiknya ini sangat dewasa.

Hana harus memberi tau semuanya kalau Cacamarica bisa ngomong bener. Biar mereka tau, si jelek kesayangan ini udah berubah. Gak kayak dulu lagi.

Hana keluar tiba-tiba dari kamar Ica. Ica tak menggubris, dibiarkan saja kakaknya itu keluar.

"Emakkkkkkkk," teriak Hana.

"...."

~Tbc

Yuhuuuuu udah part 13 aje nih hehehe
Maaf ye agak lama updatenya
Maklum Dhi lagi banyak kegiatan
Iya, mikirin dia yang tak kunjung datang-datang 😂😂😂

Bumi dan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang