Hari yang ditunggu tiba. Ketika dua keluarga berkumpul menjadi satu di rumah wanita. Tentu, ini adalah momentum yang penting. Bukan hanya buat Hanif, tapi tentu buat seluruh lelaki yang ingin menyatakan cinta dengan serius di hadapan orang tuanya.
Satu hal yang harus kalian tau, sulit bagi Hanif untuk menyakinkan kembali orang tuanya.
~6 jam yang lalu~
[Bun, nanti pulang kerjanya sore ya!] Jauh suara di sana dari genggaman gawai Hanif.
[Maaf, Nak. Bisakah ditunda lain waktu saja?]
"Ah, mulai lagi ini drama bunda," ucap Hanif.
[Tidak bisa! Pokoknya bunda harus datang malam ini juga! Titik gak ada koma!]
[Tapi Nak. Bunda ada kerjaan yang tidak bisa ditinggal]
"Alasan." Hanif tersenyum sinis. Bagaimana mungkin bundanya berubah keputusan ketika sudah harinya.
[Ingat janji, Bunda! Aku tunggu di rumah!]
Belum saja bundanya itu menjawab, Hanif telah mematikan telepon itu. Rasanya kesal dengan bundanya. Mungkin ayahnya tidak sama dengan wanita itu.
[Halo, Ayah]
[Jangan lupa nanti malam akan ada pertemuan dengan keluarga Ica!][Ah iya. Ayah tidak lupa. Hanya saja klien ayah ingin bertemu malam ini. Jadi ....]
[Aku tidak menerima penolakan. Pokoknya ayah harus datang malam ini]
Ditutup kembali sambungan telepon itu. Ternyata sama. Mereka sama. Memikirkan pekerjaan daripada anaknya. Janji pun diingkar.
Padahal, Hanif tidak menginginkan apapun selain orang tuanya datang untuk melihat anaknya melamar orang.
Hanif hanya Ingin rasanya mereka mementingkan kasih sayang daripada uang. Ingin pula mementingkan kebersamaan daripada klien. Ingin pula mementingkan anaknya daripada materinya.
Sayang, keluarga Hanif tak begitu. Dari mulai buyutnya hingga ke ayahnya, sama saja. Iya, hanya Oma yang berbeda.
Oma adalah satu dari sekian banyak keluarga Hanif yang mementingkan kasih sayang dari segalanya. Hanya dia. Satu-satunya.
Makanya, Hanif selalu saja tak bisa menolak atau apapun terhadap Oma. Kenapa? Ya dari kecil yang merawat dan membesarkan, Oma. Yang memberikan kasih sayang, Oma. Yang memberikan sejuta pengalaman, Oma. Yang tau segalanya tentang Hanif, Oma. Hanya Oma yang mengerti.
[Halo, Sus. Boleh saya berbicara dengan pasien nomer kamar 24?]
[Baik, tunggu sebentar]
[Hm, siapa?]
Terdengar suara pelan dari seseorang yang membuat hidup Hanif berantakan.
[Ga penting. Gue hanya mau bilang tunggu pembalasan atas apa yang lo lakukan dulu!]
[Memangnya aku berbuat
salah apa?][Dasar bedebah! Lo bisa lupa atas apa yang lo lakuin terhadap adik gue!]
"Sialan, Gila tetep gila. Bedebah itu mengapa selalu lupa? Atau dia pura-pura lupa?" gerutunya.
[Aku gak salah apa-apa. Ahhhhhhhhhh]
Ditutup langsung telepon itu. Hanif benar-benar akan membuat dia tambah gila.
"Syukurin, Lo akan tau apa akibatnya berani membunuh adik kesayangan gue," gerutunya dengan senyum sinis.
Mungkin kali ini Hanif kejam, tapi harus dilakukan agar bedebah sialan itu bisa sadar.
Bicara tentang keluarga, tentu Hanif sangat iri terhadap Ica. Keluarga sederhana, tapi memiliki sejuta kasih sayang dari setiap orangnya.
"Andai keluarga gue kayak keluarga Ica. Gak bakalan ada yang namanya kebencian di antara kita. Ditambah lagi melihat senyum adik gue yang manis itu. Pasti akan tentram hidup ini." Kali ini Hanif benar-benar takut kalau ayah dan bundanya tidak datang.
Berharap agar kekhawatiran ini bisa hilang dengan mendengar jawaban dari Ica. Hanif hanya mau itu.
Bunda dan ayah bukan menjadi prioritas utama, tapi Ica lah yang menjadi utama dalam kehidupan pria tampan ini.
Kadang kehidupan tidak seperti yang kita bayangkan. Semuanya hanya rahasia Tuhan, tapi yang paling harus kita syukuri adalah bisa bertemu dengan orang yang mampu membuat kita sadar adanya kasih sayang.
~Rumah Ica~
"Maaf, jika kami telat," ucap Ayah Hanif.
"Tidak apa. Ya sudah langsung inti saja," kata Babeh melirik putri jeleknya itu.
Hanif yang sedari tadi gemetar hanya mampu diam sambil sesekali melirik wanitanya ini.
Tangannya dingin. Bibirnya seakan membeku. Telinganya pun bersiap-siap menerima berita kebahagiaan.
"Setelah beberapa hari ini Ica istikharah, Ica akan memutuskan untuk ...."
"Tunggu," potong Hanif. Membuat seisi rumah melirik dirinya.
"Ada yang ingin Hanif bilang kembali, kalau Hanif bakal ......"
~Tbc~
Uhuy, gimana hari ini?
Sehat semua, kan?
Kalau Dhi mah Alhamdulillah sehat heheheSip, semoga kalian suka cerita kali ini😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi dan Bulan
Teen Fiction"Mulai hari ini, Adek jadi pacar Abang." Sebuah kalimat terlontar saja dari pria tampan. Menatap wanita pujaan yang disayang dan selalu dinanti kehadirannya. "Bang, maaf sebelumnya. Adek ini kan jauh dari kata sempurna sedangkan Abang itu lebih dar...