7 | Hanif

47 5 0
                                    

Hari ini gue mau antar Ica. Membuat dia makin cinta. Ditambah lagi buat teman-temannya iri terhadapnya.

Siapa coba yang ga mau sama gue, udah ganteng, pinter, perhatian, ditambah lagi romantis. Ya udah pada ngantri nih buat jadi pacar gue.

Ga tau kenapa, hati ini bisa tertarik sama perempuan bar bar seperti Ica. Katanya sih, gue jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi entahlah.

Gue turun dari mobil dan segera membuka pintu untuk Ica. Romantis, satu kata yang diucapkan Kayla—sahabat Ica.

"Icaaaaaa," panggil Kayla.

"Kayla, gue kangen banget sama Lo," ucap Ica memeluk Kayla.

Adegan ini benar-benar lebay. Mereka itu seperti tak bertemu berbulan-bulan. Padahal, baru sehari mereka tidak bertemu dan itu membuat gue jijik sebenarnya cuma disenyumin aja deh.

"Ya sudah, Abang berangkat kerja dulu." Ica hanya mengangguk.

Gue berjalan meninggalkan Ica dan Kayla. Namun, ada suatu hal yang gue lupa dan gue putuskan berbalik badan, mencium kening Ica lalu dengan pelan gue membisikkan, "Pulang nanti Abang ke rumah Adek."

Ica diam. Termenung atas kejadian yang tidak disangka. Membuat gue senyum tipis dan melanjutkan perjalanan menuju kantor.

Tentang gue yang mau ke rumah Ica itu karena gue mau bilang sesuatu sama keluarganya. Ya walaupun gue masih belum bisa ajak ayah bunda datang bersama.

Kadang gue juga heran sama mereka, sibuk amat kerjaannya. Pantes Abang gue gila, ya karena mereka. Ish, tapi tetep aja tiada ampun buat Abang Harun.

Oh ya, sebelum itu gue udah bicarain dulu sama Emak dan Abah Ica. Jadi, ya mereka ga kaget dengan kedatangan gue nanti.

'Busyet, ini bener kagak berkas segini gue ngerjain sendiri. Udah kek gunung aje,' batin gue merontah tak tahan melihat betapa bejatnya atasan.

<°><°><°>

Setelah berkutik seharian bersama berkas yang tiada ampun. Akhirnya, gue bisa terbebas dengan semuanya. Ya walaupun ada yang belum selesai, tapi gue udah ga sabar buat ketemu Ica.

Dengan segera, gue melangkah keluar dari gedung bertingkat milik orang konglomerat. Dinyalakan mesin kendaraan kebanggaan gue. Dan tanpa basa-basi, gue tancap gas.

Diperjalan hanya ada satu dipikiran, yaitu Ica akan menerima kenyataan kalau dia akan menjadi keluarga Syathibi. Tepat, hari ini gue bakal ngelamar dia di depan orang tuanya. Nice bukan?

Alasan untuk gue percepat lamaran ini ya karena gue ga mau tambah dosa aja ngelakuin hubungan yang terlarang oleh Allah SWT.

Eits, ada lagi, tapi tidak boleh diberitahu saat ini sebab bakal ada saatnya buat Ica tau.

Tok... Tok... Tok...

Ketukan pintu sangat jelas gue ketuk. Perlahan, tapi pasti teteh Ica membukakan pintu.

"Masuk, Nif," ucap Hana.

"Iya. Terima kasih," balas gue.

'Eh sial, hati ini makin ga karuan. Kenapa kayak ga siap mengungkapkan?'

Tbc~

Sip👌
Jangan lupa vote and coment ☺️

Bumi dan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang