"Amarah akan kalah dengan kerinduan yang membara."
🌵🌵🌵
Sebenarnya Hanif ingin sekali memberi kabar Ica, tapi dia takut kekasihnya itu tak membalasnya.
Bukan hanya itu, Hanif pun masih harus mengurusi semua pekerjaan yang tertinggal di kantornya. Banyak berkas-berkas menumpuk di meja bahkan sampai membuat dia geleng-geleng kepala.
"Gue harus cepet nih ngerjain semua pekerjaan biar cepet juga ngelamar Ica."
Dengan semangat, Hanif melajukan roda empatnya menuju ke kantor. Setelah tiba, dia langsung menuju ruangannya.
Gila banget. Ini kertas udah kayak percetakan, banyak amat.
Tak tau apa yang kemarin2 Hanif lakukan itu berpengaruh kepada pekerjaannya ini. Kalau berpengaruh mah gak bakal mungkin ninggalin ini semua.
Dengan seksama, Hanif kembali mengetik dan melirik ke beberapa berkas. Huft, sungguh hari yabg melelahkan.
Beberapa jam kemudian, pundaknya mulai lelah, matanya pun sudah tak kuat menahan kantuk. Terlebih lagi, tubuhnya kini mulai merangsang agar segera ke kasur. Makanan yg disajikan pun belum sempat Hanif makan. Dibiarkan hingga dingin karena kesibukan berkas-berkas yang menggunung itu.
"Gila, ini kagak selesai-selesai. Kapan mau selesai coba?"
Bang
Apa kabar?Dering terdengar dari gawai Hanif. Ada pesan masuk. Dan itu dari ....
Alhamdulillah, baik
Dari Ica
Ya, Hanif kaget. Wanita itu menanyakan kabar perihal dirinya. Apa benar-benar dia akan menerima lamarannya nanti? Sungguh, hati wanita tidak ada yang tau.Bahagia, tentu. Namun, Hanif masih takut. Takut jikalau Ica akan menolaknya karena dia pasti tidak akan bisa hidup lagi tanpa bidadari di sampingnya.
Hm maafin Adek, ya!
Apa? Memang Adek salah apa? Kan gak punya salah
Hanif tentu paham apa maksud perkataan Ica. Hanya saja jika dia pura-pura tidak mengetahui apa maksudnya.
Dan juga ....
Abang mah. Intinya Adek minta maaf
Apapun kesalahan Ica, Hanif akan segera maafkan karena bidadari pun pasti mempunyai kesalahan yang akan dimaafkan.
Hanif tersenyum sendiri. Senyumnya pun sangat tipis. Hampir bisa dibilang itu bukan senyum. Namun, dari situ dia paham. Bahwa Ica lah seseorang yang bisa membuat hidupnya berwarna.
Wanita itu benar-benar sudah membuat Hanif jatuh dan mencinta.
lya
Ica seharusnya gak usah minta maaf. Kan Adek kesayangan Abang gak salah.Oh ya, tunggu Abang kembali ke rumahmu
Benar. Banyak sekali tingkah lucu Ica yang telah merebut hati Hanif. Darinya Hanif paham, bahwa sebuah kebahagiaan bukan perihal harta saja melainkan kasih sayang.
Ah, wanita ini. Karenanya berkas Kembali dikesampingkan.
Hanif menatap gawainya yang tak kembali berdering. Dilempar sudah hingga terjatuh di sofa. Kembali fokus terhadap berkas-berkas gila itu.
Matanya pun melirik kanan-kiri. Menatap seluruh tulisan yang dianggap penting. Jarinya pun dengan lihai mengetik satu persatu.
Sungguh. Ini kantor apa kapal pecah. Semua berserakan entah kemana. Huft, melelahkan. Namun, Hanif rela melakukan ini hanya karena Ica seorang.
Yap, sang pujaan hati yang sebentar lagi akan menjadi pasangannya. Tidak akan lama semuanya pasti terjadi.
Sesuatu yang tidak akan mungkin ditolak Ica. Sangat spesial atau mungkin hari itu akan menjadi hari yang bersejarah.
Bang, maksud tunggu ke rumah Adek kembali apa? Gak paham Adek
Gawainya kembali berdering. Mencarinya ke deretan sofa, tapi mengapa belum terlihat juga. Padahal, Hanif yakin gawainya itu jatuh di atas sofa.
"Sial, ini deringnya doang. Mana gawai sialan itu," gerutu Hanif.
Mencari kembali sumber suara itu. Akhirnya setelah beberapa menit ketemu juga. Ternyata berada di bawah sofa.
Senyumnya pun sumringah melihat isi chat dari bidadarinya. Sungguh hal yang lucu bagi Hanif.
Maksudnya itu ....
Ya tunggu dong Abang kan bakal balik lagi buat nerima jawaban dari Adek
Jawaban yang akan menjadi sempurna dan akan selamanya bersama bukan sekarang saja, tapi sampai di akhir hayat nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi dan Bulan
Teen Fiction"Mulai hari ini, Adek jadi pacar Abang." Sebuah kalimat terlontar saja dari pria tampan. Menatap wanita pujaan yang disayang dan selalu dinanti kehadirannya. "Bang, maaf sebelumnya. Adek ini kan jauh dari kata sempurna sedangkan Abang itu lebih dar...