"Bukan berarti aku cinta, lalu dengan mudah menerima dia tanpa seizin Allah SWT."
🌵🌵🌵
"Kak, Lo itu ya. Nikah bukan perihal berkali-kali kayak pacaran. Bisa putus terus nyambung lagi. Ini nikah woy! Cuma sekali seumur hidup. Ya walau gue emang udah sangat cinta sama Bang Hanif, tapi tetep kita harus minta restu juga sama Allah." Kata-kata Ica buat bungkam Hana. Tak menyangka adiknya ini bisa dewasa.
"Karena hanya Allah yang tau apakah Bang Hanif bener jodoh gue atau bukan," lanjut Ica.
Hana bengong. Matanya tak sanggup melihat bagaimana adiknya ini sangat dewasa.
Hana harus memberi tau semuanya kalau Cacamarica bisa ngomong bener. Biar mereka tau, si jelek kesayangan ini udah berubah. Gak kayak dulu lagi.
Hana keluar tiba-tiba dari kamar Ica. Ica tak menggubris, dibiarkan saja kakaknya itu keluar.
"Emakkkkkkkk," teriak Hana.
"...."
Suara Hana bagaikan petir yang menyambar rumah. Melengking, tapi tak sedap.
Ica dengan sigap keluar. Takut terjadi apa-apa terhadap kakaknya itu. Begitu pula emak, babeh, dan Sandi mereka keluar dari sarangnya.
"Eh anak konda, Lo berisik amat sih!" kesal Sandi mengacak-acak rambutnya.
"Ish, diem lo, Bang. Gue ada berita baru," ucap Hana membuat seluruh orang penasaran. Ica diam.
"Ica udah dewasa," teriaknya joget menghampiri emak. Lalu, menariknya untuk ikut joget bersama.
Babeh dan Sandi bingung. Mereka hanya berpikir realita kalau si jelek emang udah dewasa. Gak paham mereka berdua.
"Anak konda, becak emang udah dewasa, kan?" tanya Sandi polos.
"Beda, Bang beda. Masa tadi dia sok puitis gono. Bahasanya buat gue terkagum-kagum," kata Hana.
Semakin bingung Sandi. Emak yang paham cuma bisa tertawa melihat tingkah para pria yang polos.
Sedangkan Ica, semakin maju itu mulut. Sudah seperti corong panjangnya. Keluarganya ini konyol. Kayak gitu aja bisa jadi bahan ocehan.
"Udah, Sandi sama babeh mah emang gak paham aja. Eh tapi bersyukur loh si jelek udah dewasa. Berarti emak gak sia-sia makanin dia ya," jelas Emak.
"Mak, jelasin dulu tadi maksudnya apa? kan babeh juga mau tau. Ya kan, Dan?" tanya babeh diikuti anggukan Sandi.
"Lo berdua sih lemot jadi orang. Pegel kalau jelasin. Lebih baik Lo berdua gak usah paham lagi dah." Emak pergi meninggalkan mereka semua.
Ica pun masuk ke kamar. Merasa aneh dalam kondisi begini, tapi cukup sedikit bahagia karena tingkah mereka.
Ini yang paling Ica suka dari keluarganya. Pasti ada hal yang unik dalam setiap waktunya. Makanya, Ica betah banget ada di rumah karena seberapa sedih hatinya pasti ada saja yang buat bahagia.
Sedangkan di luar masih saja ribut. Sandi dan babeh minta penjelasan perihal tadi kepada Hana. Perihal yang tidak penting, tapi buat penasaran.
Dengan sabar, Hana menjelaskannya. Sandi dan babeh hanya ber-oh ria. Cukup membuat Hana kesal.
"Udahkan?" tanya Hana. "Ya udah ah, Hana mau ke kamar dulu."
Belum juga dijawab Sandi dan babeh, Hana malah pergi terlebih dahulu. Jadi deh babeh ngoceh kayak anak bayi. Sandi juga ikutan pergi tak mendengarkan babeh berbicara. Sungguh anak-anak yang budiman.
Ica yang mendengar dari dalam hanya bisa mengelus dada. Tingkah konyol mereka sangatlah patut diapresiasi. Kalau ada keluarga yang paling konyol. Ya keluarga Ica bisa nih masuk nominasi. Kalau perlu harus jadi pemenangnya.
"Dasar anak-anak kurang ajar, malah ninggalin babeh," celotehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi dan Bulan
Teen Fiction"Mulai hari ini, Adek jadi pacar Abang." Sebuah kalimat terlontar saja dari pria tampan. Menatap wanita pujaan yang disayang dan selalu dinanti kehadirannya. "Bang, maaf sebelumnya. Adek ini kan jauh dari kata sempurna sedangkan Abang itu lebih dar...