Sepatu (end)

383 35 2
                                    

Kit

Suara Ming memang tidak sebagus suara Phana, mereka tidak bisa disandingkan.

Tapi lirik lagu yang dinyanyikan Ming di acara kelulusan kami sungguh membuatku terbawa perasaan. Bagaikan sepatu, selalu bersama, tapi tak bisa bersatu?

Untuk siapa lagu ini Ming persembahkan?

Bolehkah aku berharap jika lagu itu untuk ku?

Ah, tidak mungkin. Ming menganggapku sebagai sahabatnya, tidak mungkin lagu itu untukku, lagipula Ming lebih populer diantara gadis-gadis dan tidak pernah menunjukan ketertarikan pada pria.

Aish.. andai Ming tau, aku sangat menyukainya! Jika saja dia lebih cerdas sedikit mungkin dia paham apa arti perlakuanku padanya selama ini.

Aku ingin berteriak padanya betapa aku mencintainya sejak kelas sepuluh! Tapi aku masih waras untuk melakukan itu, aku tidak tau Ming menyukai pria atau wanita, jika aku menyatakan cinta padanya, lalu Ming menyukai wanita, mau ditaruh dimana wajah tampan ini?

Belum lagi Ming akan menjauhiku, dan sia-sia sudah persahabatan kami selama tiga tahun di sekolah tingkat akhir. Aku tidak sampai berpikir bagaimana aku hidup tanpa Ming?! Aku tidak ingin itu terjadi!

Aku memendam perasaan ini begitu lama, dan Ming sekarang seolah sedang menggoda perasaan ini dengan lagu yang dinyanyikanya. Jadi sudah aku putuskan, aku akan menemui Ming dibelakang panggung saat ini juga!

Tidak peduli apa tanggapan Ming, setidaknya lebih baik gagal dari pada tidak pernah mencoba. Lagipula kami sudah lulus, dan tidak akan bertemu lagi di sekolah ini jika Ming akan membenciku.

"Ming!"

Ming yang baru turun dari panggung menoleh ke arahku, dan segera mengahampiriku.

"Gimana? Suara gue bagus kan?" Tanya Ming dengan binaran di matanya. Selalu saja seperti itu setiap menatapku.

"Buruk!"

"Aw. Seburuk itu kah? Hehe." Ming megaruk leher belakangnya sambil terkekeh.

"Ming!" "Kit!"

Sial. Kami memanggil bersamaan, dan kenapa malah detak jantungku berdetak lebih cepat?

"Lo aja duluan." Ming berucap.

"Ahh.. anu.. gue pengen ngomong beberapa hal yang perlu gue kasih tau ke lo sebelum kita pisah."

"Gue juga."

"Dengerin gue, jangan ngintrupsi oke?"

Ming mengangguk.

Oke saatnya bicara. Tapi mengapa rasanya panas sekarang? Panas itu juga menjalar ke wajahku, apakah wajahku memerah sekarang?

"Ming, gue cinta sama lo. Lebih dari seorang sahabat, mencintai lo sebagai seorang kekasih. Gaimana menurut lo?"

Ming terlihat linglung, ia menatapku tanpa kata. Aku takut Ming akan menamparku lalu pergi jadi aku menambahkan,

"Oke kalo lo ga mencintai gue dengan cara yang sama. Tapi tolong jangan berhenti menjadi sahabat gue, tolong--"

"Gue juga cintai sama lo dengan cara yang sama, asal lo tau!"

"Ah?"

"Bisakah kita akhir persahabatan ini-- dan menjadi kekasih?"

Bajingan Ming! Kamu bajingan! Jika kamu mencintaiku kenapa tidak bilang dari dulu?! Kamu membuatku menanggung malu hingga tubuhku terasa panas semua!

"Persetan! Lo pacar gue sekarang!!"

Aku tak tahan lagi ketika bibir hangat dan tebal Ming telah menyetuh bibirku, aku membalasnya menghisap kuat meski belum pernah melakukan hal ini. Ughh malunya.

--end

Absrud ahhh😅

Chocolate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang