Happy Mother's Day - KimCop

301 26 5
                                    

Tung Weeraphong.

Tung Weeraphong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda tegap itu menatap bayangan tubuhnya di depan cermin, semakin kurus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda tegap itu menatap bayangan tubuhnya di depan cermin, semakin kurus. Dia tersenyum kecut, tubuhnya penuh dengan memar, padahal dia bukan tipe seorang anak yang suka berkelahi ataupun suka mencari masalah.

Bagaimana dia harus mengatakan jika kedua orang tuanya yang membuat memar di tubuhnya?

Pemuda itu Weeraphong Kheemmonta atau sering disapa Tung. Usianya baru tujuh belas, dan seumur hidupnya pula dia menerima penolakan dari kedua orang tuanya. Namun dia tetap tersenyum meski perlakuan orang tuanya tidak pernah bersahabat padanya.

Menghela nafas berat, Tung segera memakai seragam dan bersiap ke sekolah. Ini adalah tahun terakhirnya, dia masih ingin membanggakan orang tuanya meski nanti tidak dihargai, lagi.

Tung tersenyum lebar saat melihat ibu nya telah duduk di meja makan sambil menikmati sarapan. Tung segera duduk di hadapannya tanpa melepas senyum sedikitpun. Meski dia tidak memiliki dimples seperti sang ibu, tapi tetap dia terlihat tampan dengan senyum tipis miliknya.

"Pagi, Mom."

Tung hanya mengharapkan balasan ucapan selamat pagi, namun jangankan membalas, ibunya, Copter Panuwat bahkan tidak melihatnya.

"Mom, sebentar lagi Tung akan menghadapi ujian kelulusan, apa Mom tidak ingin memberi sedikit semangat?"

Sekali lagi tidak ada jawaban, Tung menunduk lesu. Dia kehilangan berselera makannya seketika. Harusnya dia sudah terbiasa seperti ini selama tujuh belas tahun, tapi kenapa dia masih merasa perih di dada kirinya?

Tidak lama kemudian ayahnya, Kimmon Warodom datang dan duduk di meja makan. Di saat bersamaan ibunya malah pergi dari meja makan tanpa mengucapkan sepatah katapun, bahkan dia tidak menghabiskan sarapannya.

Hah, Tung jadi ingat bahwa mereka tidak saling mencintai, mengingatkan Tung bahwa dirinya hanya hasil dari kecelakaan, menyadarkan Tung bahwa dia anak yang tidak pernah diharapkan.

Dulu memang pernah diharapkan. Nyonya besar Kheemmonta, Neneknya dari pihak ayah sangat mengharapkan kelahiran Tung. Namun setelah wanita itu meninggal delapan tahun lalu, tidak ada lagi yang mengharapkan apalagi mencintai Tung.

Chocolate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang