Trauma.

366 25 6
                                    

Hanya kisah tentang seorang pemuda kecil dari kehidupan nya terlihat sangat bahagia dari luar, namun tidak dengan kenyataannya.

Tentang pemuda kecil yang selalu mengalami kekerasan sejak kecil, dididik dengan keras bahkan ketika pemuda itu belum mengerti apa kesalahannya, setiap kesalahan yang ia lakukan baik kecil maupun besar selalu mendapatkan hukuman pukulan. Kayu dan selang karet adalah musuhnya, baik ayah maupun ibu ya selalu menggunakan itu untuk memukulnya. Awalnya ia pikir orang tuanya mendidiknya dengan kasar agar dia bisa menjadi pria yang tangguh, namun seiring waktu tidak juga, dia malah berpikir orang tuanya tidak mencintainya.

Pemuda itu tumbuh dengan trauma masa kecil sehingga menjadi pribadi yang penakut, meski dia terlihat periang dari luar, namun disisi dalam dirinya dia hanya penakut. Takut mendengar geretakan keras dari orang lain, takut mendengar pertengakaran, tidak percaya diri sendiri, cengeng, dan paling takut jika orang tuanya mulai marah.

Orang berpikir dia sangat beruntung memiliki keluarga lebih dari mampu, apapun bisa dia miliki tanpa harus berusaha keras. Namun mereka tidak tau, pemuda bahkan tidak berani meminta apapun dari orang tuanya, jika dia ingin, dia harus mengabulkannya sendiri.

Kehidupannya bahkan diatur oleh orang tuanya, seolah dia tidak punya hak hidup. Mereka memintanya melakukan hal-hal yang mereka inginkan tanpa peduli apakah dia suka atau tidak. Tapi beruntungnya mereka memiliki anak yang penurut yang mau melakukan apapun perintah mereka.

Termasuk menikahkannya dengan pria yang tidak ia cintai.

Sebenarnya pemuda kecil bernama Kit itu sudah menyukai Forth sejak sekolah junior, namun ia tidak berani membantah dan hanya menuruti kemauan orang tuanya, lagi.

-

Bahkan dalam kehidupan pernikahannya, Kit masih menerima kekerasan. Pria yang ia nikahi, Mingkwan, sama sekali tidak mencintainya, lebih tepatnya membencinya karena telah menerima pernikahan ini.

Kit tidak bisa melawan, bahkan traumanya bertambah parah. Ming juga sama kasarnya dengan orang tua Kit, dia memperlakukan Kit seperti peliharaannya saja, dan bahkan tidak mempedulikan perasaan Kit dengan membawa kekasihnya ke rumah yang mereka tinggali bersama.

"Kau boleh memperlakukan dia sesuka hatimu, lagi pula aku juga membencinya." Ucapan Ming kala itu, sekali lagi Kit harus menghadapi kekerasan dari Moowan, kekasih Ming.

Kekerasan yang paling parah adalah ketika Ming menyetubuhinya dengan penuh amarah, itu tidak terasa nikmat sama sekali, tubuh Kit tidak bertahan hingga ia harus berbaring di ranjang seharian.

-

Kit mengetahui dirinya hamil ketika janinnya telah berusia empat bulan. Keinginan untuk bunuh diri terhapus dari benatnya ketika ia berpikir akan memiliki malaikat kecil yang akan menjadi tempatnya bersandar.

Kit bersumpah akan menjaganya dengan sangat baik meski Ming tidak menginginkannya.

"Kalau begitu biarkan aku pergi dengan bayiku." Ujar lirih Kit. Ia bahkan tidak berani menatap wajah suaminya.

"Kau pikir aku bodoh? Kau akan melahirkannya dan mendidiknya untuk menuntut haknya padaku suatu saat nanti bukan? Tidak! Gugurkan saja, aku tidak ingin memiliki anak dari mu." Balas Ming dengan suara menggelegar membuat tubuh Kit gemetar.

"A-aku tidak akan begitu. A-aku hanya butuh di-dia untuk menjadi penyemangat hidup saja. A-aku bersumpah dia tidak akan tahu jika k-kamu ayahnya." Nada ucapan Kit bergetar, ia sudah menangis sejak awal dan kini menjadi semakin takut saat Ming menarik kerah kaos longgarnya.

"KENAPA KAU KERAS KEPALA SEKALI?! JIKA AKU BILANG GUGURKAN YA GUGURKAN!" Teriakan Ming seketika membuat Kit menutup telinganya, ia memejamkan matanya erat dan berteriak ketakutan.

"Jangannnn! Jangan pukul aku lagi! Tolong hentikaaan!" Teriak parau Kit membuat Ming tersentak, lima bulan pernikahan mereka Kit bahkan tidak pernah melawan perkataanya sedikitpun.

"Aku hanya ingin hidup bahagia dengan sederhana! Kenapa kalian selalu menyakiti aku!! Kenapa tidak bunuh aku sajaa?!!!" Teriak Kit lagi, ia meremas rambutnya sangat kencang, bahkan Ming dapat melihat wajahnya yang merah padam.

"BUNUH AKU DAN ANAK MU MING! Hikss.. hikss.. Bunuhh.. hikss.. BUNUH AKUU!!!"

Tarikan di kerah kaos Kit perlahan mengendur, teriakan frustasi Kit; sesuatu yang tidak pernah Ming lihat sebelumnya membuat hatinya perih, seolah kesakitan Kit dapat ia rasakan dari tangisan parau itu.

Perlahan Ming menarik kepala Kit ke dadanya, memeluknya dengan erat sambil mengusap punggungnya.

"Hiksss.. biarkan aku bahagia dengan anakmu di surga, Ming. Sejak kecil aku hanya bermimpi punya kehidupan bahagia,namun sepertinya aku hanya bisa memiliki kebahagiaan di akhirat saja. Ming, percepat kebahagiaanku, bunuh aku Ming."

Ming menggeleng dan mengeratkan pelukannya. "Tidak! Tidak! Aku akan membuatmu bahagia di kehidupan ini, Kit. Maafkan aku."

Tubuh Kit amat gemetar, ia hanya bisa membalas pelukan Ming sama eratnya, ia sangat trauma dengan perlakuan kasar begini. Bisakah ia memegang janji Ming kali ini?

--fin.

Chocolate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang