Pain

313 29 9
                                    

Apakah kau merasa takut saat melihat ibumu dipukul oleh ayahmu hingga tidak sadarkan diri?

Apakah melihat ibu mu mati dihadapanmu membuatmu sedih?

Apakah diabaikan ayahmu sendiri membuatmu marah?

Ketika ayahmu menikah lagi dan memiliki keluarga baru, lalu kau tidak dianggap lagi akankah itu menyakitkan?

Kau diculik sekelompok penculik yang menginginkan uang ayahmu, namun ayahmu seolah menutup mata pada mu bahkan tidak peduli bagaimana penculik itu menyiksamu hingga babak belur dan kehabisa nafas, tidak ingin membuang sedikit uangnya untuk anak laki-lakinya, bagaimana rasanya?

Aku tidak tahu rasanya, aku.. Kimmon Warodom, sejak ibu ku meninggal aku menjadi mati rasa, aku tidak memiliki emosi lagi, aku tidak bisa merasakan namun rasa hangat yang diberikan wanita pemilik panti asuhan yang menolongku terasa seperti saat bersama ibu.

Kehangatan itu juga terasa saat melihat Copter pertama kali di sekolah senior, dia penuh dengan berbagai emosi

Rasa hangat itu semakin panas saat Copter menggenggam tanganku dan memintaku menjadi kekasihnya. Aku tidak tahu emosi apa ini, tapi aku rasa aku menyukai ini. Jadi aku menerimanya.

Aku mencoba belajar merasakan emosi darinya, dia juga bukan sekedar hangat tapi juga nyaman. Terutama saat dia menyentuh bibirku dengan bibirnya, manis, itu yang ku rasakan. Apa ini di sebut bahagia?

Benarkah bahagia? Seperti ini kah?

Lalu apa nama emosi saat aku mendengar sendiri Copter ketika mengatakan dia memacariku hanya untuk taruhan?

"Suka apanya Zom? Aku dan Kim? Sial, aku memacarinya hanya untuk taruhan. Aku kalah taruhan dari Tae, dan aku harus melakukan perintahnya ini."

Marah? Bagaimana perasaan marah? Apa seperti ini? Rasanya meluap-luap di dada, sedikit nyeri, tapi juga panas.

Lalu aku harus apa saat melihat Copter hampir behubungan sex dengan gadis bernama Zom dari kelas lain di depan mataku?

Haruskan aku menangis? Tapi aku tidak bisa merasakan sedih lagi. Kecewa? Perasaan mana yang namanya kecewa? Hancur? Yaaa.. mungkin harapanku pada Copter hancur.

Aku hanya bisa membawa diriku ke atap sekolah. Menikmati angin semilir di tempat tertinggi di sekolah. Aku berdiri di tembok pembatas menatap seberapa tinggi aku berpijak. Itu sangat tinggi, jika aku jatuh dari sini pasti akan mati kan?

Suara gebrakan pintu rooftop mengalihkan pandangam ku. Di sana ada Copter yang telah ngosngosan dengan pakaian tak beraturan, pasti baru saja mengejarku ke sini.

"Kim, maafkan aku. Turunlah, kita bicara dulu." Cecarnya, menahan kaki ku yang masih berpijak di atas tembok pembatas.

"Jika aku melompat dari sini, lalu terbentur di lapangan, apakah akan sakit, Ter?"

Copter menggeleng kencang, dia memeluk kakiku makin kencang. "Itu menyakitkan, Kim. Sangat sakit, jangan lakukan."

"Maka biarkan aku merasakan sakit, bukankah itu yang harus aku rasakan saat ini? Tapi aku tidak bisa merasakannya, Ter."

Aku lihat Copter mulai menangis tersedu-sedu. Andaikan aku juga bisa menangis.

"Tidak Kim, jika kau marah jangan begini. Maafkam aku, aku menyesal, aku bersalah, jangan begini aku mohon.. turun lah."

Maaf Copter, tapi kali ini aku tidak bisa mendengarkan mu lagi.

-End

Pokoknya End, ga ada lanjutan :)

Kemarin ada yang komen; terus Copter aja yang disakiti, gantian Kim dong. Jadi lahirlah cerita ini. Semoga suka dan membuat kalian senang 🤭

Chocolate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang