Adjie Tama Panduwinata (31 tahun)
Mereka memanggilku Adjie Tampan kependekan dari Tama Panduwinata, selain itu memang wajahku diatas rerata.
Otak jangan ditanya memiliki IQ 125 pasti kalian tau bagaimana menghadapi orang cerdas sepertiku.
Tapi saat...
"Pak Pram saya sudah kemukakan saat saya menerima jabatan ini, saya minta sekretaris yang memiliki pengetahuan tentang perusahaan dan menguasai internet komputer," tukas Adjie pada pak Pram, asisten ayahnya.
"Mas Adjie tidak perlu khawatir sepuluh menit lagi sekretaris yang mas butuhkan akan menghadap."
"Ini sudah berjalan tiga pekan dan saya belum mendapatkan pengganti ibu Manda. Saya tidak bisa menggunakan beliau karena kita tau beliau sudah sepuh pak."
Pintu ruang kerja Adjie diketuk dari luar.
"Pak Pram.. sepertinya orang yang bapak pilih sudah datang, saya tutup teleponnya dulu. Terima kasih pak."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Google.com
Adjie berseru memberikan izin untuk masuk. Pintu terbuka tapi butuh tiga detik untuk melihat siapa yang datang.
Gadis mungil berkacamata, gayanya kasual tapi tetap memenuhi kaidah kerja perkantoran. Wajahnya tak jelas karena dia menunduk. Sepertinya gugup.
"Masih tetap mau diam dan berdiri disana?" Adjie berucap tajam.
Gadis itu gugup merasa belum apa-apa bosnya sudah galak begini. Ia mengangguk memberi hormat.
"Maaf pak.. saya diminta bu Vina HRD untuk menemui bapak dan menyerahkan salinan profil saya."
"Mana profil kamu, maju dong kamu menghabiskan waktu saya."
Dengan ragu gadis itu berjalan melewati sofa, mendekati meja Adjie dan meletakkan berkas disana.
Adjie membaca profil gadis itu. Beberapa kali alisnya bertaut. Akhirnya ia mengangkat pandang dari berkas ke wajah gadis didepannya, yang dipandang justru semakin menunjukkan gelagat aneh. Dengan suara dalam Adjie kembali berucap.
"Kamu kenapa?" Adjie heran dengan sikap kikuk gadis itu, kegelisahannya tertangkap jelas dimata Adjie.
"Boleh duduk pak?" Jawabnya dengan senyum tertahan.
Adjie sadar dia terlalu lama membaca profil gadis itu. Dengan mengedikkan dagu Adjie memberi instruksi untuk duduk didepannya.
"Ternyata kamu sudah bergabung disini empat tahun ya."
"Iya, sama dengan bapak."
Adjie berhenti menekuni berkas didepannya. Menelisik lebih dalam wajah gadis itu.
"Sama dengan saya?"
"Dulu saya ikut trainee bersamaan dengan bapak, saya divisi IT, bapak divisi pengembangan obat."
"Emm.. oke," Adjie kembali menatap berkas CV "kamu hebat ya, saya nggak nyangka kamu perempuan tapi mampu menjadi penanggung jawab di internet dan web disini."
Gadis itu tersenyum lima jari menunjukkan kepercayaan diri, berbeda dengan tadi saat gadis itu pertama kali memasuki ruangan Adjie. Kontan saja senyuman itu membuat Adjie tersentak.