"Audi nggak pernah bohongin kak Melvin" Audi membalas ucapan Melvin dengan pelan
"Kamu putus sama Arsen?" pertanyaan Melvin membuat Audi terdiam dan menunduk
" Arsen sebenernya udah punya pacar dan pacarnya adalah Rea?" lagi lagi Audi terdiam, memang benar semua yang dikatakan Melvin
Melvin langsung memeluk Audi yang masih diam
"Kakak akan balas semuanya" gumam Melvin yang masih di dengar oleh Audi"Jangan kak, Audi mohon" Audi mencoba mencegah Mereka Melvin, tanpa sepatah kata pun Melvin keluar meninggalkan Audi yang menangis
Audi duduk dilantai dengan cairan bening yang membasahi pipinya
"Audi" mendengar ada yang memanggilnya Audi bergegas bangun dan menghapus sisa air matanya dan membuka pintu kamarnya
"Kenapa ma?" tanya Audi saat melihat Jenia yang ada di depan pintu kamarnya
"Turun yuk ada tamu, katanya mau ketemu sama kamu" Jawab Jenia seraya tersenyum
Audi hanya mengangguk dan berjalan bersama Jenia
Audi melihat seorang lelaki yang duduk di sofa"Dika" Ucap pelan Audi setelah tau siapa yang duduk disana
"Hai" Dika tersenyum ke arah Audi
"Kenapa Dika ke sini?"
"Mau ngajak jalan kamu" jawab Dika
"Audi lagi males Dika" Audi mencoba untuk menolak
"Tidak ada bantahan Audi, kita pergi sekarang" Dika menarik tangan Audi
"Eh tunggu, masak Audi pake baju ini?" Audi berhenti dan memperlihatkan penampilannya saat ini, kaos dengan celana jeans
"Udah nggak apa apa, kamu tetep cantik kok" Audi hanya bisa mengangguk, kenapa sekarang Dika pemaksa sekali
"Eh tapi Audi belum izin"
"Udah aku izinin"
"Tunggu Audi nggak bawa uang"
"Aku bawa"
Audi mendengus kecil dan akhirnya pasrah mengikuti Dika yang akan membawanya entah kemana
"Ngapain kesini?" Tanya Audi saat mereka sudah sampai di sebuah danau
"Ini tempat Favorite aku" Jawab Dika, Audi menoleh menatap Dika yang memandang ke depan
"Aku tahu kamu lagi sedih, keluarin semua yang ada dihati dengan teriak sekencang kencangnya oke" lanjutnya menatap Audi
Audi mengangguk dan mengambil nafas sedalam dalamnya
"AUDI BENCI KAK ARSENNN" setelah berteriak Audi tersenyumKeduanya duduk ditepi danau dengan berdekatan
"Kamu tahu, dulu aku pernah menyukai seseorang. Dia orang yang sangat baik, tapi aku sadar hatinya bukan buat aku" ucap Dika"Siapa?" Audi penasaran dengan orang itu
"Orang itu ada disamping aku" Audi terkejut mendengar perkataan Dika
"Tapi tenang, aku bersyukur kita bisa menjadi sahabat, bahkan aku bisa dekat sama kamu Audi lebih dari Arsen, aku akan selalu ada buat kamu sebagai sahabat" lanjutnya menatap Audi yang juga menatapnya"Maaf"
"Kamu nggak salah, aku tau kamu cinta sama Arsen karena hatimu yang memilih"
Audi langsung memeluk Dika dan dibalas kembali oleh Dika
Ditempat lain
"Pergi" Ucap Rea memandang keluar jendela
"Rea aku-"
"Aku bilang pergi Arsen" Rea memotong ucapan Arsen dengan penuh penekanan, dengan langkah gontai Arsen meninggalkan ruang rawat Rea
Rea menangis dalam diam tanpa menatap Arsen yang telah pergi dari sana
"Sayang, Arsen nya mana?" tanya Ibu Rea yang baru saja masuk kedalam
"Kamu kenapa nangis? Arsen nyakitin kamu?" lanjutnyaRea langsung memeluk ibunya dan menangis dalam dekapannya
'Sakit ma, Rea sakit' Rea hanya mampu mengucapkannya didalam hati, ibunya hanya mampu diam mungkin anaknya sedang tak ingin bercerita, ia akan menanyakan langsung pada Arsen
Berdeda dengan Audi yang saat ini meminta untuk pulang
"Dika ayok pulang, Audi capek" Audi menarik tangan Dika
"Iya iya sabar" Dika gemas sendiri dengan tingkah Audi, setelah Dika membeli sesuatu ia pun mengantar Audi pulang kemansionnya
"Kamu nggak mau es krim?" tanya Dika dibalik helm nya
"Hah apa? Audi nggak denger" dengan sedikit berteriak Audi bertanya kepada Dika
"Nggak apa apa" Dika tersenyum melihat Audi dari spion yang sedang cemberut
Dika menambah kecepatan motornya menuju mansion keluarga Anderson, setelah menempuh perjalanan yang lumayan, akhirnya Audi sampai di mansionnya. Tak lupa berterima kasih kepada Dika yang sampai saat ini masih menjadi sahabatnya
"Audi pulang" Audi melewati ruang tamu dan menuju ruang keluarga
"Dari mana?" tanya Melvin dengan nada ketus membuat Audi terdiam
"Melvin" Ronald menatap Melvin tajam
Melvin berdiri dan meninggalkan ruang keluarga, sebenarnya ia tak mau bersikap seperti ini namun hanya ini cara satu satunya
'Maafin Audi kak'
"Kak Audi mau kekamar aja ya" tanpa menunggu jawaban dari kakak kakaknya, ia menuju lantai atas
Yang dibawah hanya bisa menatap kepergian Audi dengan tatapan yang sulit diartikan
S
K
I
PMalam harinya keluarga Anderson berkumpul di ruang keluarga
"Bagaimana dengan Arsen Audi?" tanya pranadipta memecah keheningan
Dengan senyuman Audi menjawab
"Baik baik aja kok yah nggak ada masalah" seketika Melvin membanting sendok yang ia pegang"Melvin" pradipta sedikit membentak putranya itu
"Hubungan Arsen dan Audi sudah berakhir" setelah mengucapkan itu Melvin pergi meninggalkan mereka yang terdiam
"Katakan" giliran Edric bersuara menatap Audi yang sedang menunduk
"Edric kamu membuat adikmu takut" saut Andini mengelus punggung Audi
"Katakan sayang, ada apa sebenarnya?" lanjut Andini lembut membuat Audi mendongak dengan mata berkaca kaca"Kak Arsen dia"
"Dia apa Audi?" tanya Jenia tak sabar saat Audi menggantungka kalimatnya
"Kak Arsen bohong sama Audi, kak Arsen ternyata udah punya pacar sebelumnya" Audi melanjutkan ucapanya semakin pelan, semua yang ada disana diam membisu
Edric beranjak dari tempat duduk dan memberi isyarat pada Ronald untuk mengikutinya
Semuanya menatap Audi yang hanya bisa diam"Audi tidurlah, besok kamu sekolah kan?" mendengar perkataan Anderson, Audi mengangguk pelan kemudian berjalan menuju kamarnya
"Apa yang akan kita lakukan dengan keluarga Arsen yah?" pranadipta menatap Anderson meminta jawaban
"Edric pasti bertindak tanpa kita suruh" bukannya menjawab, Anderson malah memberi sebuah pernyataan. Yang ada disana membenarkan ucapan Anderson
"Semoga kak Arsen baik baik aja" gumam seorang gadis yang berada dibalkon kamar dengan menatap bintang yang ada dilangit
❤❤
Capek:")
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother's (TAMAT)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA! _________ Kehidupannya berubah saat keluarga kandungnya datang untuk membawanya, merasa bahagia saat disayngi oleh semua keluarganya. Namun dia harus terluka saat pertama kalinya mengenal kata 'cinta' dalam hidupnya