"Besok jadi kan Ra?" Hira yang sedang mengerjakan soal kimianya lantas mendongak dan menemukan Barata berada di depannya. Kemudian Gaby melirik penuh tanya ke arah Hira dan terlihat menahan sesuatu.
Hira kemudian mengangguk dan disambut dengan senyuman Barata yang begitu menawan. Lalu Barata memilih pamit untuk pergi ke kantin.
"Lu udah baikan? kenapa nggak bilang aku sih?" cerocos Gaby langsung. Sedangkan Hira hanya bisa meringis."Nah ketahuan kan? kamu ada hubungan apa dengan Bara?"
"Apa sih Gab. Nggak ada apa-apa kok."
Gaby lantas memutar bola matanya malas, "kamu jadi temenku berapa lama sih Ra? kamu bohong itu terlihat banget."
"Iya iya. Aku sama Bara mau makan bareng nanti. Puas?" Gaby mendelik ke arah Hira karena merasa salah dengar. Apa kata Hira tadi? makan bareng?
"Ngapain? Udah baikan atau gimana? atau jangan-jangan kalian,"
"Kita nggak ada hubungan apa-apa kok. Iya kita udah baikan. Nggak enak lama-lama nyimpen dendam Gab. Aku juga pengen hidup tenang tanpa bayang-bayang Bara yang begitulah. Lebih baik aku berdamai saja." ucap Hira bijaksana.
Gaby mengangguk di tempatnya. "Benar juga. Syukurlah kamu udah bisa maafin Bara. Aku harap kalian baik-baik saja dan mungkin saja kalian jadian." Gaby terkekeh di akhir kalimatnya. Ia merasa lucu dengan kisah Hira dan Barata yang banyak dramanya itu.
"Apaan sih Gab."
"Aduh cie-cie, kamu juga suka Bara kan?" goda Gaby pada Hira yang nampak salah tingkah.
"Au ah!"
"Habis ini pasti ada yang jadian." Goda Gaby lagi. Sedangkan Hira sudah memerah mukanya karena kesal dan salting di goda terus oleh Gaby yang jahil.
*****
Hari ini sekolah Hira pulang lebih awal yaitu sekitaran jam 12 siang karena ada rapat. Lantas hal itu membuat para siswa senang. Ayolah dulu ketika sekolah yang di tunggu adalah guru tak masuk, jam kosong dan pulang lebih awal. Ketiga hal itu bagai surga untuk anak-anak sekolah terutama anak SMA.
Hira sudah di tunggu Barata di parkiran. Kemudian gadis itu menemui Barata di sana.
Barata menyodorkan helmnya, "kita mau kemana sih Bar?"
Barata tersenyum dan tak menjawab. "Udah ayo naik dulu." Kemudian Hira memilih naik sepeda motor Barata. Jika membayangkan sepeda motor Barata adalah sejenis motor sport itu salah. Kendaraan laki-laki itu hanyalah kendaraan matic dengan cc yang lebih tinggi. Padahal jika mungkin Barata seperti yang lainnya pergi ke sekolah menggunakan mobil atau motor sport pun bisa, tetapi remaja laki-laki itu tak seperti yang kebanyakan. Walaupun terlahir dari keluarga berada karena orang tuanya yang bekerja sebagai manager di salah satu perusahaan minyak milik negara, Barata tak menyalahgunakan hal itu untuk sekedar menuruti gengsi.
Hira pun tak memandang temannya dari segi materia. Gadis itu menganggap semua teman itu sama. Bahkan terkadang Hira lebih suka berteman dengan anak sederhana. Mereka lebih tulus dan tidak neko-neko dalam bersikap. Mereka lebih tampil adanya dan menerima dengan ikhlas apa yang telah di berikan kepada mereka.
Sebelum ke tempat tujuan, Hira meminta Barata untuk mampir ke SPBU untuk mengganti pakaian. Hira tak suka berpergian dengan masih menggunakan seragam sekolah. Ia sudah membawa pakaian dari rumah sebab sudah tahu akan pulang lebih awal dan hendak pergi dengan Barata. Begitupun dengan Barata, laki-laki itu juga mengganti pakaiannya setelah sebelumnya di ingatkan oleh Hira. Hira mengatakan tak akan mau pergi jika tak berganti pakaian terlebih dahulu. Jadilah mereka sepakat berganti pakaian terlebih dahulu sebelum pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hira
General FictionApasih yang buat kamu bahagia? Uang, wajah cantik atau mungkin kebebasan. Bagi gadis bernama Hira Nirbita Airlangga Hirawan kebebasan adalah hal yang ia tunggu sejak dulu. Uang tak memberinya kebahagiaan yang hakiki. Hanya sebatas formalitas yang me...