Ojo Ngubak-Ubak Banyu Bening

18K 1.4K 68
                                    

Hira dan Eling sibuk menata barang-barang yang dipindah ke rumah dinas Eling di Malang. Akhirnya Hira pindah dan direkomendasikan menjadi dosen kembali di sini. Namun sementara waktu Hira mungkin istrahat dulu sembari menunggu panggilan kerja karena proses penerimaan dosen baru kali ini agak rumit.

Sedari tadi Hira membereskan berbagai macam barang-barang dan pakaian. Perempuan itu juga membersihkan sekalian semua seluruh rumah. Ia ingin merubah bentuk rumah yang terlihat biasa dengan design yang ia sukai dan Eling? tentu laki-laki itu tak ambil pusing.

"Mas, ini taruh gudang ya? biar kelihatan rapi." Hira mengangkat satu kardus besar untuk di singkirkan ke gudang, sementara Eling yang sedang menata kursi di ruang tamu pun mengangguk.

Setelah puas bersih-bersih, Hira membuka kulkas dan hanya ada air putih dan telur. Lantas selama ini Eling makan apa? lalu tangannya bergerak membuka kabinet dapur dan menemukan sekitar sepuluh mie instan dengan berbagai rasa. Lantas Hira menggelengkan kepalanya. Hira langsung mengambil semua mie instan itu dan meletakkannya di kabinet paling pojok yang kosong.

Hira malah ingin membuang semua mie instan itu, tetapi sayang jika di buang. Lagipula boleh saja makan mie instan tapi jangan sering-sering, kadang kala kalau kepengen banget.

Hira lapar ingin makan, tetapi malas untuk pergi ke pasar. Akhirnya ia memilih ke depan untuk menemui sang suami. "Mas, tukang sayur lewatnya jam berapa?"

Eling yang sedang memangkas rumput lantas meletakkan guntingnya, "udah lewat tadi. Tapi jam segini masih ada yang jual sayur sama ikan, tapi di depan sana." Jawabnya.

"Kunci motor dimana?" tanya Hira kembali.

"Di atas bufet." Jawab Eling kembali. Lalu Hira kembali masuk dan mengambil jaket serta kerudung instan. Perempuan itu langsung mengambil kunci dan mengeluarkan motor bebek yang jarang di pakai Eling itu.

"Mau kemana?" tanya Eling.

"Beli sayur dan ikan di depan."

"Mau mas antar? nggak sekalian ke pasar besar biar belanja buat kebutuhan?" Hira menggeleng. "Besok aja mas. Udah siang ini."

"Jangan keluar gerbang." Peringat Eling.

Hira menatap sang suami kembali, "iya Mas, bawel." Ucapnya kesal lantaran Eling yang kadang cerewet.


*****


Hari-harinya di asrama hanya di isi dengan membuka laptop menutupnya kembali dan memasak untuk sang suami. Selain itu sembari menunggu panggilan, Hira menyibukkan diri dengan menulis artikel di blog, entah itu tentang lingkungan sampai kebencanaan. Setidaknya ia tidak gabut di rumah.

Hira juga sudah berbaur dengan ibu-ibu persit lainnya. Ia bersyukur setidaknya ibu-ibu di sana sangat ramah dan tidak julid seperti yang Hira temui di beberapa tempat. Hira sendiri sudah paham di luar kepala bagaimana kehidupan militer seperti itu sehingga ia tak perlu belajar lagi. Ibu-ibu disini juga ramah dan sangat baik. Utamanya ibu komandan yang sangat terbuka dengan anggotanya namun juga tegas dan akan menegur jika ada yang melakukan kesalahan. Hal itu membuat Hira menemukan oase baru.

Sementara wacana tentang pemindahan ayahnya pun menjadi kenyataan. Sekarang ayahnya kembali di pindah ke Jakarta padahal sebentar lagi hendak pensiun, namun yang namanya prajurit harus siap sedia dipindah ke mana saja. Sedangkan mamanya pun turut serta pindah.

Hari ini Hira diajak Eling ke Batu untuk ke rumah ayah dan bundanya Eling. Bunda mengundang semua anaknya untuk berkumpul dan makan bersama.

Sekitar satu jam lebih akhirnya mereka sampai di rumah bunda. Angga beserta istri pun datang ke rumah bunda. Angga sekarang bekerja di satuan khusus angkatan udara di Madiun.

Hira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang