Jer Basuki Mawa Beya

15.2K 1.2K 65
                                    

Perlahan namun pasti, Hira sudah mengikhlaskan Barata dengan baik. Ia juga sudah kembali ceria dan bercerita panjang dengan teman-temannya di kantor maupun perkuliahan. Hira juga sudah tidak menangis lagi ketika ingat dengan Barata. Apalagi kemarin, Rosa datang mengunjungi dirinya ketika perempuan itu pergi ke Sleman. Rasanya senang sekali Hira bertemu dengan mentor tanpa disangkanya itu.

Hira kembali bercerita banyak dengan Rosa, begitupun dengan Rosa. Hira rasanya sudah menyatu dengan Rosa walaupun mereka baru kenal. Tetapi Hira yakin jika Rosa adalah orang baik. Hira dan Rosa bagai dua manusia bernasib sama dan dipertemukan untuk saling menyembuhkan luka duka yang pernah mendera.

Secara mengejutkan pula, Hira akan di kirim ke Sulawesi untuk membantu kebencanaan disana. Gadis itu mendapat tugas akhir untuk membuat disertasi dan laporan lainnya di sana. Spesialnya juga, kantor pusat pun juga mengirimkan dia untuk mengabdi di sana selama sebulan atau bisa saja lebih, tergantung nanti kebijakan lanjutannya.

"Assalamu'alaikum Mah." Ucap Hira begitu wajah mamanya muncul di layar gawainya. Hira beberapa minggu ini tak bisa pulang ke Semarang karena sibuk dengan berbagai macam pekerjaan dan tugas perkuliahan.

"Wa'alaikumussalam... Ada apa nduk?" jawab Kencana di seberang sana.

"Ayah mana?"

"Ini di samping mama kenapa?"

"Kalian sehat kan? maaf ya Ma, Hira nggak bisa pulang."

Kencana tersenyum memaklumi. Kencana juga bersyukur Hira bisa kembali bangkit dari kesedihannya. "Iya nggak papa. Yang penting kamu sehat disana."

"Ma, Hira dapat tugas ke Sulawesi nih, tugas dari pusat sama penelitian. Mungkin sebulan atau lebih disana. Maaf Hira nggak bisa pamit langsung."

Lalu ayahnya yang giliran berbicara, "Iya nggak papa. Kamu nggak usah pulang kalau masih sibuk. Cukup nanti kalau sampai sana, hubungi ayah sama mama."

"Siap Ayah! kemungkinan minggu depan Hira berangkat. Ini masih koordinasi terus di sini." Ujar Hira. Ia rindu dengan orang tuanya, ia rindu gelendotan dengan ayah dan manja dengan sang mama. Walaupun ia sudah besar, akan tetap menjadi putri kecil bagi ayah dan mamanya.

"Ya udah, sehat-sehat disana. Kalau nggak sibuk, hubungin ayah sama mama. Jangan lupa jaga pola makan."

Hira tersenyum kecil, "oke siap Ayah!"

Lalu mereka berbincang sebentar dan mengakhiri panggilan mereka ketika azan maghrib. Hira langsung menutup laptop dan mematikan komputer di depannya. Sering kali Hira bekerja dengan dua perangkat, hal itu memang untuk memudahkan pekerjaan yang terlihat ribet agar cepat selesai dan memperoleh hasil yang maksimal.

Hira kali ini pulang agak telat dari biasanya. Ia masih mengerjakan laporan dan sebagainya. Tadi ia menyempatkan menelpon via video call dengan orang tuanya. Hira rindu sehingga ketika pekerjaannya selesai, Hira langsung menghubungi kedua orang tuanya.

Setelah membersihkan meja kantornya, Hira langsung beranjak dari duduknya. Ia langsung pulang ke kontrakannya karena harus bersiap untuk pergi ke Sulawesi. Ia hendak menyelesaikan urusannya yang masih nunggak disini sebelum ia pergi.


*****


Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya Hira sampai di Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie, Palu, Sulawesi Tengah. Hira disana membawa misi pemulihan kembali pasca bencana yang telah terjadi.

Bencana kemarin cukup membuat duka di seluruh Nusantara. Gempa dan tsunami merupakan dua macam bencana yang tak dapat di hindari oleh manusia dan manusia sendiri pun tak dapat memprediksinya. Kedua bencana itu sulit sekali diprediksi kapan terjadinya. Oleh karena itu, manusia diharapkan siaga dengan alam karena manusia tidak tahu dengan apa yang akan terjadi.

Hira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang