Aditya tidak banyak bicara setelah makan malam berakhir. Aku pun tidak ingin mengkonfirmasi apa yang sebenarnya terjadi, yang jelas dia berbohong. Tetapi apa tujuannya mengajakku makan malam berdua saja? Apa ini modus untuk mulai mendekatiku karena dia mulai menyukaiku? Aditya menyukaiku? Tidak mungkin! Sangat-sangat tidak mungkin.
Ini pasti bagian dari rencana jahatnya untuk menyingkirkanku. Racun ... jangan-jangan makanan yang baru saja kumakan beracun. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk racun bereaksi? Aku menggosok-gosok kedua telapak tanganku. Menenangkan diri.
Kami sampai di rumah. Aditya langsung turun dengan cepat. Saat pintu terbuka dan dia melihat siapa yang ada di depannya, dia berhenti.
“Sayaaang, kalian makan di luar juga? Waaah ada kemajuan,” Bu Diani langsung menyambut kami, wajah senang terpancar dari wajahnya. Kemajuan?
Aditya tidak mengubris mamanya, dia langsung naik ke lantai atas.
“Ay.” Sekarang Bu Diani beralih padaku dan memelukku. Sepertinya dia sangat terharu, padahal semuanya tidak seperti yang dia bayangkan. Tidak ada kemajuan apa-apa dalam hubungan kami.
“Kami hanya makan malam biasa Bu,” ucapku menetralkan pikiran Bu Diani yang sekarang mungkin sedang berpikir tentang hal lain soal hubungan kami.
Di kamar, Aditya lebih banyak diam. Aku juga tidak ingin mengusiknya. Aku masih cemas soal reaksi yang akan timbul karena makanan yang baru saja kumakan. Jam 11 malam, aku sudah bersiap tidur setelah menyelesaikan beberapa tugas kuliah. Aku baik-baik saja. Tidak terjadi apa-apa. Apa aku yang terlalu berprasangka buruk padanya.
Aku melewatinya, dia belum tidur. Sambil rebahan dia sepertinya memainkan gawainya.
“Ayesha.” Dia mengagetkanku. Dia duduk dan menatapku.
“Soal makan malam tadi, aku hanya ingin membalas kebaikan kamu karena pernah menyelamatkan aku waktu di pulau,” ucapnya.
Aku mengangguk.
“Jangan salah paham. Tidak terniat sedikitpun untuk modus mengajak kamu makan malam berdua. Aku masih tidak menyukaimu,” tambahnya lagi.
Untuk kedua kalinya aku mengangguk. Jawabannya membuatku cukup lega. Baguslah! Siapa juga yang berharap disukai oleh dia.
♫♫♫♫♫
Aku mulai menikmati keseharianku sekarang. Tinggal dan tidur sekamar dengan Aditya mulai tidak menjadi beban. Dia juga banyak berubah. Tidak lagi terlalu banyak mempersulitku. Bahkan sekarang dia bisa dikatakan jauh lebih baik.
Aku juga memiliki kesibukan. Chanel youtube yang dengan tema komedi animasi yang kubangun mulai menunjukkan peminatnya. Terbukti dari jumlah subscriber yang terus naik. Aku harus memikirkan cerita baru setiap minggu.
Aditya juga mulai menikmati pekerjaannya. Dia sudah terlihat seperti pekerja kantoran sungguhan, dia sudah mulai sibuk rapat dengan kontaktor serta meninjau lokasi proyek. Pulang dari kantor, dia juga sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
Semuanya mulai nyaman.
“Antar Ayesha ke kampusnya sekalian ya Dit. Hari hujan. Kasihan jika Ayesha basah-basah naik motor,” ucap Bu Diani saat kami sarapan. Bisanya aku memang mandiri, berangkat kuliah sendiri dengan motorku dulu.
“Tidak apa-apa Bu, aku bisa pakai mantel hujan,” jawabku. Aku takut Aditya mulai kumat dan meninggalkanku di tengah jalan seperti dulu lagi. Apalagi sekarang sedang hujan. Aku bisa kebasahan dan tidak jadi kuliah.
“Baik Ma,” ucap Aditya. Keduanya tidak mendengarkan apa yang kukatakan.
Aditya sudah selesai dengan sarapan.