Part 22 End

4.7K 91 9
                                    

Rasanya tidak percaya dengan apa yang kudengar. Diseberang sana kudengar Bu Diani terisak.

“Siapa yang melakukannya, Bu?”

“Kar-ti-ka, Ay.” terbata Bu Diani menyebutkan nama pelakunya, tangisnya pun kembali pecah.

Tungkaiku terasa lunglai, seolah tidak mampu lagi menopang tubuhku. Musibah apa lagi ini? Aku pernah sangat begitu terpukul saat menerima kenyataan kalau mama harus ditahan. Dan sekarang?

Bibirku tidak mampu bersuara. Rasanya seperti mimpi. Mimpi buruk. Bu Diani tidak mungkin bercanda.

“Wanita itu memang ibl*s, bisa melakukan tindakan sekeji ini.”

“Kita harus bagaimana Bu?”

“Bapak yang akan mengurus semuanya Ay. Kamu tenang ya. Wanita jalang itu menginginkan semua harta Bapak. Dia memang tidak tahu diri.”

Aku tahu Kartika itu jahat tetapi tidak kusangka dia sebusuk ini. Kalau terjadi sesuatu dengan Adityaku, aku tidak akan biarkan wanita itu hidup tenang.

Aku tidak bisa hanya tinggal diam dan menunggu.

“Kartika mengacam, kalau kita sampai lapor polisi, Aditya akan dia habisi.” Bu Diani meraung, tidak bisa membayangkan putra satu-satunya akan berakhir ditangan sang madu.

“Ya sudah. Ibu tenang ya, Aditya akan baik-baik saja.”

“Kamu mau kemana Ay?”

Aku tidak menjawab pertanyaan dari Bu Diani lagi, otakku terlalu fokus berpikir baimana caranya membebaskan suamiku. Aku segera mencari kunci motor, jaket dan masker. Jiwa liarku merasa tertantang dengan kejadian ini. Namun hati ini tetap sangat cemas, Kartika itu terkadang bisa bertindak di luar nalar. Bagaimana kalau Aditya dibunuh? Ditusuk pakai pisau?

Aku mengendaraiku motorku dengan kecepatan tinggi, padahal masih di gang depan rumah belum sampai ke jalan besar. Tidak sabar rasanya segera sampai di kediaman Kartika.

“EEEEE.”
Aku hampir menabrak seseorang, saking tidak konsentrasinya.

“Maaf-maaf.”
Seorang laki-laki tersungkur, karena kaget. Untung aku tidak melindasnya.

“Kamu Ay?”

“Bang Hafid?

“Kamu mau kemana, buru-buru sekali?”
Bang Hafid membersihkan sisa tanah yang menempel di kopiahnya. Aku membuka masker yang kupakai.

“Suamiku diculik Bang,” ucapku.

Kening Bang Hafid berkerut. Terlalu banyak ceritaku dan Aditya yang tidak dia tahu. Kuceritakan semua sesingkat mungkin biar Bang Hafid paham seperti apa keluarga suamiku sebenarnya.

“Abang ikut kamu Ay.”
Jiwa Bang Hafid pun sepertinya terpanggil. Waktu sekolah dulu kami sama-sama anggota ekskul taekwondo.

“Tapi Bang?”
Aku tidak ingin melibatkan Bang Hafid.

“Kamu sudah seperti keluarga bagi Abang Ay. Kesulitan kamu adalah kesulitan Abang juga. Apalagi Aditya juga teman Abang sekarang.”
Bang Hafid memang seorang hati seluas samudera.

“Kamu pergilah duluan. Nanti abang susul.”
Aku mengangguk. Alamat Kartika telah kuberikan pada Bang Hafid. Bagus juga, bisa saja nanti aku bituh bantuan. Sepertinya kali ini Kartika tidak main-main. Kalau hanya sekedar menghadapi dua bodyguardnya yang kemarin aku sih masih sanggup. Tetapi kalau sudah penculikan seperti ini, skalanya mungkin sudah besar, bisa saja Kartika membayar lebih banyak orang.

Aku sampai di komplek perumahan Kartika. Rumah mewah berlantai dua pemberian Pak Iswaya. Memang tamak tuh wanita, sudah diberi harta sebanyak ini masih saja merasa kurang, malah sekarang menginginkan semuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PARASITE OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang