Bab 9 - Pulau.

5 1 0
                                    

"Sifanny, ternyata cowok yang lo temui di kapal itu temennya Erlan!" ucap Aletta sambil memandang Erlan yang tengah berbicara sambil sesekali tertawa dengan cowok yang tak sengaja ditabrak oleh Sifanny dikapal waktu itu.

Sifanny mengikuti arah pandang Aletta dan langung terhenyak ditempat.

Sebenarnya syuting sudah selesai sejak beberapa jam yang lalu. Kini Aletta dan Sifanny tengah bersantai sambil meminun es kelapa muda yang baru dibeli dari kantin kapal. Itung-itung sebagai traktiran atas gaji pertama Aletta. Meski jumlahnya tidak terlalu besar, tapi Aletta tetap bersyukur. Siapa tau setelah ini dia dapat tawaran syuting jadi pemeran utama?

Hehe.

Aletta kalau halu emang suka ketinggian. Maklumin aja.

"Gue peringatin sama lo ya Sif, lo sendiri kan udah tau sifat busuknya Erlan. Jadi mending lo jangan dekat-dekat sama temennya Erlan yang itu deh. Siapa tau sifatnya gak jauh beda!" ucap Aletta yang malah tidak direspon oleh Sifanny. Sifanny sendiri masih asyik melongo tak percaya.

"Sifanny, denger gak?!" Aletta melotot garang sehingga membuat Sifanny langsung memusatkan perhatiannya kembali ke Aletta.

"Eh iya, santuy aja kali Al. Gue kan gak suka sama dia," balas Sifanny dengan ekspresi sesantai mungkin. Padahal kentara sekali kalau ekspresi itu dibuat-buat.

***
Sifanny memasuki area kantin kapal. Dia merasa haus lagi padahal tadi sudah minum es kelapa muda bareng Aletta.

"Satu ya mbak," ucap Sifanny pada si mbak pelayan. Dan dalam beberapa menit, pesanan itu sudah siap.

Sifanny mengambil gelas esnya. Dia mengedarkan pandangan mencari tempat yang cocok untuk meminum es ini sendiri. Dia memang sengaja tidak mengajak Aletta karena takut Aletta akan meminta esnya. Memang terkesan pelit sih, tapi Sifanny tak peduli.

Sifanny menyeruput esnya sambil memikirkan cowok yang dia ditemui di kapal waktu itu. Jadi dia adalah temannya Erlan? Kenapa dunia sesempit ini sih?

Hari ini, Aletta bertemu dengan Erlan. Sosok yang dulu Aletta damba-dambakan. Disisi lain, Sifanny juga bertemu dengan cowok yang mampu membuat hatinya dag-dig-dug der.

Sifanny bimbang.

"Kursi ini kosong nggak?" Seseorang tiba-tiba saja berdiri di depan Sifanny. Sifanny mendongak dan seketika tatapannya langsung melebar.

Itu kan cowok tadi. Temennya Erlan.

"Eh ah iya, kosong kok," balas Sifanny kikuk.

Cowok itu tersenyum lalu duduk di depan kursi Sifanny. "Gusti." Tanpa aba-aba, cowok itu mengulurkan tangannya pada Sifanny. Membuat Sifanny mengerjap heran, tapi kemudian Sifanny segera menjabat uluran tangan tersebut.

"Sifanny," jawab Sifanny kalem.

"Nama yang lucu," puji Gusti yang malah membuat Sifanny jadi tersipu sendiri. Padahal cuma dipuji nama loh ya. Belum dipuji penampilan. Ah iya, cewek kan mudah baper.

"Makasih."

Hening.

Sifanny memutuskan untuk meminum esnya dan menyembunyikan rasa gugup yang tiba-tiba saja melanda.

Gusti juga diam dengan tatapan mata memandang kearah Sifanny yang sibuk meminum es kelapa mudanya. Karena merasa diperhatikan, Sifanny mendongak dan pandangannya langsung bertemu dengan mata Gusti.

"Ada apa?" tanya Sifanny memecah keheningan.

"Enggak papa kok. Kamu keliatan lucu aja kalau lagi minum," jawab Gusti yang mampu membuat hati Sifanny berdesir hebat. Pipinya langsung merona seperti kepiting rebus. Rasa-rasanya Sifanny ingin meloncat kegirangan saat ini juga.

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang