Bab 4 - Meet you.

11 2 11
                                    

Aletta menatap cewek disebelahnya dengan sebal. Kenapa bisa-bisanya Sifanny hanya terdiam tak peduli saat Aletta sedang heboh menceritakan tentang rencana masa depan indahnya bersama Erlan. Rencana tentang mereka yang akan menikah di London, lalu berbulan madu di Paris dan memiliki anak sebanyak mungkin dengan Erlan. Jadi jika seandainya Erlan sibuk bekerja dan Aletta akan ditinggal sendirian, setidaknya dia punya kesibukan dengan mengurus anak-anaknya.

Bahkan Aletta sudah menyiapkan nama anak pertama mereka. Allan. Yaitu gabungan dari nama Aletta dan Erlan.

Tapi jika anak mereka nanti cewek, maka Aletta sudah menyiapkan sebuah nama. Letter. Panggilannya Rani.

Gak nyambung banget emang kayak hidup Aletta.

"Sif, haragin gue dikit kek yang daritadi nyeletuk ngomongin masa depan gue sama Erlan. Jangan diem mulu elah berasa kek ngomong sama patung tau. Eh apa jangan-jangan lo iri ya karena gue bisa nyusun rencana hidup seindah itu bersama Erlan? Sedangkan elo? Pacar aja gak punya, mangkanya ngenes terus kalau gue nyeritain kisah cinta romantis gue sama Erlan ya kan?" tuding Aletta sambil menunjuk muka Sifanny tepat didepan hidungnya.

Sifanny menepis jari telunjuk Aletta dengan sebal. "Gue tuh nggak iri sama lo, tapi kasian! Kapan sih otak lo bener sedikit aja? Lo nggak takut apa kalau Erlan jadi ilfeel sama sifat narsis lo terus lo ditinggal sendiri ditengah restoran?"

Aletta menekuk bibirnya kebawah. "Huaaaaa, Sifanny kampret! Tega-teganya bilang kayak gitu." Aletta mencak-mencak sambil melemparkan semua benda yang ada diatas meja dengan asal. Moodnya benar-benar berubah memburuk gara-gara perkataan Sifanny barusan.

Aletta melirik Sifanny tajam. "Tapi setelah dipikir-pikir lagi, emang Erlan tega apa ninggalin gadis imut kayak gue direstoran sendirian?"

Sifanny memutar bola mata malas. Aletta memang naif sekali, dia mudah dipengaruhi oleh siapapun. Sifanny jadi kasian bagaimana jika Erlan nanti akan memanfaatkan kenaifan Aletta untuk kepentingannya semata. Mengingat Aletta adalah fans fanatik Erlan dan rela melakukan apapun untuk Erlan.

Apalagi semua orang belum tahu bagaimana sifat asli Erlan. Bagaimana kalau dia tidak sebaik seperti dilayar kaca? Bagaimana jika semua sifat Erlan didepan publik hanyalah akting semata untuk menutupi kelakuan buruknya. Tapi itu hanya opini Sifanny saja sih. Tapi entahlah, Sifanny selalu merasa khawatir dengan gadis disebelahnya ini. Secara tidak disadari, dia punya perasaan yang sama seperti Rafa untuk selalu menjaga dan melindungi Aletta.

"Gimana kalau gue ikut nemenin lo ketemu Erlan?" tawar Sifanny.

"Enggak, gue nggak mau ada yang ganggu acara makan spesial gue sama Erlan termasuk lo dan Bang Rafa sekalipun!" tolak Aletta mentah-mentah.

Sifanny menghembuskan napas berat, memang ya yang namanya Aletta itu keras kepala sekali. "Gue bakal nunggu diluar deh, beneran," ucap Sifanny berusaha membujuk.

"Enggak usah Sifanny, gue kan udah gede dan gak butuh pengawal jadi selow aja. Gue yakin kalau Erlan itu orangnya baik luar dalam, percaya deh sama gue." Aletta tersenyum manis dan hal itu membuat Sifanny semakin tak tega. Sudahlah, jika Aletta sudah memutuskan maka tidak ada yang bisa mengubahnya.

"Alletakkk." Tiba-tiba Putra datang dari arah luar dan berlari menghampiri meja Aletta dengan heboh. "Selamat ya akhirnya penantian lo akan segera berakhir," ucapnya dengan raut bahagia.

Aletta memandang Putra sambil tersenyum bangga. "Kalau jodoh kan gak bakal kemana, dan jodohnya Erlan tuh sama gue. Sejauh apapun jarak memisahkan, kalau udah jodoh kita pasti bakal ketemu," jawab Aletta sombong.

"Umm ngomong-ngomong, lo gak ada niatan buat ntraktir gue gitu? Kan gue selama ini sering support dan juga sering ngaduin siapa aja yang suka ngaku-ngaku jadi jodohnya Erlan ke elo, masa lo senengnya disimpen sendiri?"

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang