Bab 7 - Keberuntungan atau kesialan?

7 1 0
                                    

"Yeeah kita sudah sampai!" teriak Aletta histeris sambil berlari-lari disepanjang bibir pantai.

Aletta menoleh kebelakang dan mendapati Sifanny sedang sibuk dengan tas miliknya. Entah apa yang dia periksa.

"CIPANI, BURUAN KESINI. FOTOIN GUE!" teriak Aletta pada Sifanny.

Sifanny mendengus kesal sambil berjalan kearah Aletta. "Nggak, gue mau main air aja," tolak Sifanny mentah-mentah. Sifanny berbelok dan malah berjalan mendekat kearah bibir pantai untuk merasakan desiran ombak menyentuh kakinya. Sensasi ini sangatlah menyenangkan!

Aletta berjalan mendekat kearah Sifanny dengan raut cemberut. "Sifanny, ayo dong fotoin gue biar nanti bisa gue pamerin di instagram. Biar bisa bikin orang-orang iri. Sif, gue ini kan sering nemenin lo ke toilet. Masa lo gak mau balas jasa gue dengan fotoin gue sebentar?" pinta Aletta sambil menggoyang-goyangkan lengan Sifanny.

Sifanny menghela napas pasrah. Jika dia sudah diingatkan dengan kebaikan-kebaikan seperti ini, Sifanny paling tidak suka. Pasalnya hal itu sama saja dengan Aletta mengatakan bahwa dia tidak pernah ikhlas melakukannya.

"Iyaudah cepet!"

Aletta bersorak gembira. "Yeey, sayang deh sama Cipani."

Bahkan saking gembiranya, Aletta sampai langsung memeluk Sifanny padahal ini tempat umum. Dasar Aletta.

Sekarang Sifanny sudah siap dengan kamera ponsel yang mengarah ke Aletta.

Disana, Aletta mulai berpose. Pose pertama. Pura-pura candid.

Pose kedua. Memasang muka sok imut.

Pose ketiga. Tersenyum manis kearah kamera.

Pose keempat. Tertawa lebar sambil memejamkan mata.

Pose kelima. Berdiri seolah sedang menikmati angin.

Dan banyak lagi pose-pose lainnya sampai membuat Sifanny jadi kesal sendiri. Pasalnya Aletta ini sangat cerewet. Dia akan meminta Sifanny mengulang foto jika hasilnya tidak perfect. Sifanny hanya bisa mengelus dada mencoba bersabar. Entah kenapa juga dia bisa berteman baik dengan spesies seperti Aletta.

"Ih Sifanny kok gue jadi candid beneran sih? Jelek banget. Gamau ah, ulang lagi!" Aletta menyerahkan ponselnya ke tangan Sifanny.

"Al, gue belum foto sama sekali loh!" Sifanny memprotes.

"Habis ini gue fotoin deh beneran," balas Aletta sambil nyengir lebar.

Sifanny kembali mengangkat ponsel dan Aletta mulai berpose imut menghadap ke kamera. Tapi beberapa detik kemudian, Aletta mengernyit saat melihat beberapa orang tengah berkerumun entah mengerumuni apa.

"Eh Sif, ada apaan disana?"

Sifanny menoleh kearah yang ditunjuk Aletta. "Nggak tau."

"Kita lihat yuk, gue penasaran." Dan tanpa menunggu persetujuan Sifanny, Aletta langsung berjalan menuju kerumunan itu.

Dari kejauhan Aletta bisa mendengar orang-orang berteriak histeris, hal itu semakin membangkitkan jiwa kepo Aletta.

"Permisi." Aletta mencoba untuk merangsek maju kebarisan terdepan. Meski dengan susah payah, bahkan Aletta sempat menabrak bahu seorang ibu-ibu yang membuat ibu-ibu itu melotot garang pada Aletta. Tapi akhirnya Aletta berhasil juga sampai ke barisan paling depan.

Aletta mengernyit melihat apa yang dikerumuni oleh orang-orang disini. Dia mencoba memahami keadaan. Seorang pria tengah berdiri membelakangi Aletta, beberapa pasang kamera menyoroti pria itu, ada juga orang yang berdiri membawa kertas teks, juga ada beberapa orang tengah berdiskusi sambil melihat-lihat lokasi sekitar. Tapi tunggu dulu. Kenapa rasanya Aletta seperti mengenal punggung tegap itu.

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang