Tolong beri kritik dan saran supaya saya bisa memperbaiki kesalahan pada cerita ini!✌✌
SELAMAT MEMBACA MANTEMAN!
****
Faiz dan yang lain kini sudah berada di pantai itu. Mereka bermain sambil tertawa bersama. Terlihat raut wajah mereka yang begitu bahagia.
Tak terkecuali Faiz. Ia sangat senang bisa tertawa bersama orang terdekatnya. Yang menerima semua kekurangannya. Yang selalu membantunya bangkit ketika dirinya terjatuh.
Ia tersenyum melihat mereka tertawa bahagia.
"Guys! Gimana kalo kita naik bananabut?" Ajak Ijal. Dirinya sudah lama sekali tidak menaiki wahana yang satu itu. Mumpung ada, kenapa tidak? Iya kan?
Mereka mengangguk setuju. "Yaudah tunggu ya, gue mau pesen dulu bananabutnya." Ijal berlari menjauh dari mereka dan menuju ke penjaga banana boat nya.
Tak lama kemudian, ia kembali bersama penjaga banana boat nya. Mereka dipasangkan pelampung demi keamanan dan keselamatan bersama.
Satu persatu dari mereka menaiki banana boat yang bermuatan maksimal delapan orang itu.
Saat banana boat itu ditarik oleh kapal bertenaga mesin, teriakan kegembiraan mereka terdengar nyaring sampai pinggir pantai.
Mereka terus berteriak bahagia sampai banana boat itu ditarik beberapa putaran dan akhirnya di bawah ke tepi pantai.
Mereka turun satu persatu lalu melepaskan pelampung yang melekat pada tubuh mereka. Terlihat raut gembira wajah mereka. Itu menandakan mereka menikmati wahananya.
"Anjir! Seru bat naik begituan. Gue pengen lagi, tapi wahana lain seperti memanggilku untuk memainkannya." Ucap Ijal lebay. Dari tiga cowok sebaya itu, memang Ijal lah yang paling lebay.
"Yaudah! Hayuklah woy! Gue juga udah gak sabar naik itu!" ajak Genta. Ia menunjuk wahana watersport lain yang ada di sebelah kirinya.
Mereka setuju dengan ajakan Genta dan akhirnya mereka memainkan wahana lain yang ada di pantai itu sampai senja menyapa mereka.
"Guys! Udahan yuk! Udah petang ini!" Teriak Dirka memanggil mereka yang masih berenang di pinggir pantai.
Mereka yang mendengar dirinya dipanggil, langsung menuju ke sumber suara. "Yah Kak, kita kan masih mau main." Ujar Rena dengan memasang wajah cemberut.
Dirka langsung mencubit pipi Rena yang sangat menggemaskan itu. "Ini sudah mau maghrib Rena sayang, masa mau main terus. Emang kamu gak lapar?" Ucap Dirka sambil mengelus rambut panjang Rena.
"Pacarnya aja terooss diperhatiin, adeknya dilupain. Emang abang lucnut!" Dirka langsung mendekat kearah adik bontotnya itu.
Ia langsung mencolek pipi Nindi yang agak tembem itu. "Ck! jan ngambek dong dek, lagian gimana caranya coba abang merhatiin kamu, kalo kamunya aja nempel terus sama Faiz." Ucapan Dirka memang ada benarnya.
Sedari tadi ia memerhatikan Nindi dari jauh. Ia melihat adiknya selalu menggenggam tangan Faiz. Kalau tidak, memeluk lengannya. Sebegitu tidak bisanya kah Nindi berjauhan dengan Faiz? Entahlah Dirka pun tidak tahu.
Nindi baru sadar akan hal itu, langsung melepaskan genggamannya dari Faiz dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia malu. "Ehehehe biar Faiznya gak ilang tadi, makanya dipegangin." Alasan yang sungguh konyol. Tapi hanya itu yang terlintas di otaknya.
Vivi langsung mencolek dagu Nindi. "Halah, alasan lo gak masuk akal banget dah Nin. Si Faiz kan udah gede, bisa jaga diri sendiri. Bilang aja lo gak bisa jauh dari Faiz. Ya kan?" Goda Vivi. Nindi hanya diam. Ia malu. Sungguh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Trauma (TAMAT)
Teen FictionSiapkan hatimu, buatlah tameng yang kokoh sebab cerita ini akan menjungkir balikkan hati serta menguras emosi pembacanya. Love In Trauma bercerita tentang Trauma dan Ketakutan pada masalalu, Pertikaian dan Kesalapahaman dalam Persahabatan, Kemampuan...