Tolong beri kritik dan saran supaya saya bisa memperbaiki kesalahan pada cerita ini!✌✌
SELAMAT MEMBACA MANTEMAN!
****
Hari ini Nindi Cs akan meeting untuk membahas bahan yang dipersiapan ospek minggu depan. Rencananya mereka akan ketemu di rumah Gita karena di sana tidak ada orang selain Gita sendiri yang otomatis membuat Gita tak boleh meninggalkan rumahnya.
Entah di mana mereka, Gita dan Ijal sudah seperti batu yang lumutan menunggu mereka yang tak kunjung datang. Janjiannya mereka harus datang jam dua pas, tidak boleh jam karet.
Sedangkan sekarang sudah hampir jam tiga dan batang hidung mereka belum juga kelihatan. "Astaga Jal, coba deh kamu hubungin mereka, udah dari tadi kita nungguin tapi apa? Satupun belum ada yang datang!" omel Gita yang sudah bosan, sebosan-bosannya.
"Iya tunggu, kamu jangan marah-marah gitu dong, nanti gak cantik lagi. Senyumnya mana coba?" Gita tersenyum yang agak dipaksa.
"Lah, yang tulus dong Gigit. Kalo senyum kek gitu mana bisa cantik kamunya!" Ijal memang suka sekali membuat ocehan yang receh.
Gita langsung memukul lengan Ijal. "Ihhh apaan sih Jal, cepat hubungin mereka!" Gita menatap tajam Ijal. Mau tidak mau, Ijal langsung merogoh ponselnya lalu menghubungi Faiz. Karena kalau tidak, Gita bakal marah dan susah lagi untuk membujuknya.
Terdengar nada yang menandakan ponselnya terhubung ke ponsel Faiz.
"Ah halo Fa! Lo dimana sih? Kok blum datang? Udah jam berapa nih?"
"Wouu santai dong Jal, kita udah ada di depan gerbang nih! Otw masuk teras rumah Gita. Tunggu aja!"
"Yaudah dalam hitungan satu sampe sepuluh kalian belum sampe di depan teras, gue kasi hukuman"
"Eh siyal lo! Tunggu nap-"
"Satu....
Dua....
Tiga....
Empat....
Lima....
Enam....
Tujuh....
Delapan....
Sembilan....
Sembilang setengah....
Sep-...."
"WOY GUE UDAH SAMPE! GAK USAH NGEHITUNG LAGI!" Teriak Faiz yang masih dalam sambungan telepon.
"Santai aja dong Fa, pengang nih kuping gue!" ucap Ijal sambil mengusap-usap telinganya. "Lo juga sih, kita udah mau nyampe juga. Pake acara ngehitung segala." Ijal hanya menyengir sambil menggaruk tengkuknya. "Ya maap Fa ehehehe." Faiz menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya yang satu ini.
"Btw nih, apa aja yang mau dicari nih?" Pertanyaan itu yang seharusnya keluar dari tadi, bukan ocehan dan debatan. Dan yang bertanya itu Vivi.
Gita mengambil selembar kertas dari dalam sakunya. "Nah ini dia! di kertas ini ada semua bahan yang harus dikumpulkan oleh jurusan yang udah gue ama Ijal tanyain ke panitianya kemarin." Gita memperlihatkan selemba kertas yang dipegangnya.
"Wah gila! Lo peka juga ya sama kita yang gak sempat cari tau informasi bahannya." wajah Genta terlihat bersemangat dibuatnya. Jujur, mereka benar-benar lupa akan informasi bahan yang akan dibawa itu. Yang hanya mereka ingat adalah mereka harus kumpul di rumah gita jam sekian.
"Aih biasa aja yee, gue kan emang yang paling peka diantara kalian-kalian ini ehehehe." Gita memuji dirinya sendiri. "Yeee gak usah muji diri sendiri, gak baek Git!" Gita menyengir mendengar ucapan Rena. "Ehehe iya maap ye pemirsa gue lupa diri." mereka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Gita yang konyol itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Trauma (TAMAT)
Ficção AdolescenteSiapkan hatimu, buatlah tameng yang kokoh sebab cerita ini akan menjungkir balikkan hati serta menguras emosi pembacanya. Love In Trauma bercerita tentang Trauma dan Ketakutan pada masalalu, Pertikaian dan Kesalapahaman dalam Persahabatan, Kemampuan...