Chapts 33 - Ini benar Masalah

63 5 0
                                    

Tolong beri kritik dan saran supaya saya bisa memperbaiki kesalahan pada cerita ini!✌✌

SELAMAT MEMBACA MANTEMAN!

****

Kini Faiz sudah berjalan menuju pintu utama rumah Nindi. Perasaannya saat hanya takut, khawatir, dan juga gelisah. Ia takut jikalau nanti Nindi tidak mau mendengarkan penjelasannya, Ia khawatir Nindi akan berbuat sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan, dan ia tidak tahu kenapa ia segelisah ini.

Ayo Fa! Jangan pesimis gini! Nindi pasti mau mendengarkan penjelasan lo. Ini kan cuma salah paham, Faiz memberi semangat pada dirinya sendiri.

Faiz mengangkat tangannya untuk menekan bel rumah Nindi.

Ting tong! Ting tong!

"Assalamualaikum!" ucap Faiz yang sama sekali tidak bersemangat.

Terdengar jawaban salam dari dalam yang disertai dengan langkah kaki yang terdengar semakin mendekat.

Cklek

"Eh nak ganteng, ayo masuk!" sapa tante Dina yang selalu bersemangat ketika Faiz datang.

"Iy-iya tante." Faiz melangkah mengikuti tuan rumah masuk ke dalam.

"Em Nindinya ada tante?" Faiz langsung to the point. "Oh Nindi, ada tuh di kamarnya. Dia gak keluar-keluar mulai dari tadi pagi. Gak tau kenapa. Tapi tenang, udah ada Rena kok di sana." ucap tante Dina.

"Oh yaudah tante saya ke kamar Nindi dulu ya!" tante Dina langsung mengangguk senang. "Ya, sekalian liatin tuh mereka lagi ngapain!" Faiz mengacungkan jempolnya sambil tersenyum ke arah tante Dina. Senyum Faiz itu, hanya senyum palsu yang digunakannya sebagai topeng penutup dari rasa gelisahnya yang berkecamuk.

****

Rena masih menenangkan Nindi yang tengah terisak. Sejak Rena datang, Nindi terus saja menangis tanpa memberi tahu apa penyebab ia menangis. Rena terus membujuknya agar menceritakan masalahnya, tapi apa? Nindi tidak mengindahkan ucapannya.

Entah dengan cara apa lagi agar cewek itu bisa berhenti menangis dan mau menceritakan masalahnya. Karena sudah berbagai macam cara yang Rena lakukan tapi tetap saja tidak membuahkan hasil. Mulai ia membujuk Nindi untuk hangout barenglah, berlibur barenglah, ke pantai barenglah, bahkan di ajak ke planet Mars saja, Nindi tidak mau. Untuk ajakan ke planet, itu hanya kekonyolan Rena. Jadi abaikan saja.

Rena sementara ini berpikir keras bagaimana cara membujuk Nindi agar berhenti menangis. Terlintas dibenaknya suatu kekonyolan lagi. Apakah kekonyolan ini bisa meredakan tangis Nindi? Entahlah, Rena saja belum mencobanya.

"NINDI LO KENAPA SIH! DARI TADI NANGUS MULU LO! KEK ANAK KECIL TAU GAK! ASTAGA! SIAPA SIH YANG BUAT LO BEGINI HA? DIMAS?" Nindi menggeleng. "KALO BUKAN DIMAS, SIAPA DONG NINDI ALASYA! GAK MUNGKINKAN KALO FAIZ!" bentak Rena yang membuat Nindi semakin menangis.

Rena terkejut. Kenapa pas ia menyebut nama Faiz, Nindi langsung menangis begitu? Apakah Faiz? "Beneran Faiz, Nin?" Nindi tidak menjawab, ia malah menangis semakin keras.

Kini Rena sudah yakin kalau benar Faiz yang membuat sahabatnya itu menangis. "Wah bejat juga ya si otak jenius itu, bisa-bisanya bikin sahabat gue nangis kek gini. Emang Faiz ngapain, sampe lo nangis kek gini?" Nindi tidak menjawab pertanyaan Rena.

Rena langsung bangkit dari duduknya. Ia menyalakan ponselnya dan langsung menghubungin Faiz.

"HALO!" teriak Rena.

"Ha-halo Ren, gimana Nindi?" tanya Faiz yang terdengar gelisah.

"HE! LO MASIH NANYAIN GIMANA NINDI HA?" Rena sudah tak bisa menahan emosinya.

Love In Trauma (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang