Thanks, Di

61 15 2
                                    

Putri Nagasa POV

Jarak gua dan Ficky sekarang benar-benar dekat, dada gua sesak seakan udara disini habis tidak tersisa. Badan gua lemas, gua gak punya tenaga untuk lawan dia karena badan dia juga jauh lebih besar dari gua.

Disini lah gua, terpojok. Entah apa yang akan orang pikirkan jika ada yang melihat posisi gua dan Ficky saat ini, mungkin orang akan berpikir macam-macam atau bahkan berpikir gua adalah penggoda atau semacamnya.

Gua menutup mata, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya hingga gua dengar seseorang seperti membuka kunci pintu aula, bagaimana ini? Bagaimana kalau mereka berpikir yang tidak-tidak. Pikiran gua melayang entah kemana hingga pintu benar-benar terbuka memperlihatkan Aldi dan bu Indah sedang menatap kearah kami. Tangis gua pun pecah, gua gak bisa menahan tangin ini lagi. Gua lihat Aldi dengan tatapan nyalang nya siap menerkam siapa saja yang ada didepannya. Benar saja, dalam hitungan detik Aldi sudah membogem wajah Ficky, seakan tidak puas dengan bogemannya, Aldi melanjutkannya dengan tinjuannya membuat wajah Ficky babak belur.

Jika saja pak Mamat tidak ada disana, mungkin hari ini Ficky sudah ada di UGD atau bahkan lebih parah, gua benar-benar ketakutan melihat itu. Hingga Aldi memeluk gua. MEMELUK SODARA-SODARA. Pelukannya hangat, nyaman dan buat gua jadi lebih tenang dari sebelumnya.

Pak Mamat pun menyuruh kamu bertiga untuk pergi ke ruang BK, menyelesaikan masalah disana, huh ruangan itu, gua kan hindarin banget ruangan itu.

Gua, Aldi dan Ficky pun ke ruang BK diantar oleh pak Mamat untuk menghindari perkelahian antara Aldi dan Ficky.

Pak Mamat mengetuk pintu ruangan tersebut menampilkan bu Indah disana sambil berkacak pinggang ketika melihat wajah Ficky yang babak belur tidak karuan.

"Ada apa ini? Kamu berantem Aldi? Kamu? Untuk apa anak sepandai kamu bertengkar Aldi" Ucap bu Indah dengan suara cemprengnya membuat pak Mamat menutup kupingnya keberisikan.

"Sudah-sudah bu, lebih baik diselesaikan didalam saja, sepertinya kasus ini harus dibicarakan tanpa ada yang mendengarnya, banyak anak lain disini takutnya malah jadi gossip" Ujar Pak Mamat lalu kami pun memasuki ruangan tersebut.

Ruangan minimalis dengan AC, ketegangan pun membuat gua nambah kedinginan bahkan tangan gua pun sudah seperti es batu, gua merapatkan tangan gua, berusaha menghangatkannya dengan kondisi seperti ini. Seakan melihat itu dan peduli Aldi mengambil alih tangan gua mengusapnya menimbulkan sedikit kehangatan disana, nggak, nggak itu bahkan lebih dari sedikit. Bahkan pipi gua pun ikut memerah akibat usapan itu.

"Jadi ada apa ini?" Tanya Bu Indah ketika dia sudah menaruh pantatnya ke kursi kebesarannya tepatnya dihadapan kami.

Gua menceritakan semua detail kejadian barusan, jujur gua masih takut ketika mengingat kejadian tadi, tapi mau bagaimana lagi disini gua harus kasih tau semua detail kejadiannya.

Bu Indah mengangguk-angguk ketika cerita gua selesai, tatapannya langsung tajam mengarah pada Ficky, menginterogasinya, mendesaknya untuk memberi tahu kenapa dia melakukan itu.

"Sudah lama saya tertarik sama Putri bu, tapi tidak pernah ada kesempatan untuk mendekatinya, dia sibuk terus. Jadi saya manfaatkan acara tersebut untuk mendekatinya, tapi tiba-tiba pikiran saya khilaf dan tanpa sengaja hampir melakukannya" Ucap Ficky beralasan kepada Bu Indah.

"Gak sengaja?! Kata lu gak sengaja, lu nyaris ngelecehin orang dan lu bilang lu gak sengaja?!!" Ucap Aldi nyaris saja meninju wajah Ficky lagi, jika saja Bu Indah tidak meneriaki mereka, tinju meninju pasti sudah terjadi.

"Dan kalian? Apa rumor itu benar? Bahwa kalian berdua berpacaran?" Tanya bu Indah sambil melihat kearah tangan kami yang masih mengait satu sama lain.

Just A Friend To You (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang