Every journey must come with an end,
Every book needs an ending.
***
Tak terasa sudah 1 minggu waktu yang dihabiskan oleh Putri dan Ando di London. Mereka terpaksa harus pulang ke Jakarta karena urusan mereka, dan tidak mungkin juga mereka berlama-lama atau tinggal di sini.
Seluruh koper sudah tersusun rapih sejak malam tadi, barang belanjaan mereka juga sudah dibereskan untuk siap dibawa pulang ke Jakarta. Satu hal yang belum siap untuk pulang, yaitu hati Putri. 1 minggu yang mereka habiskan juga membawa Ando semakin dekat dengan Thiffani, jadi biar aku ralat pernyataan tadi. Dua hal yang belum siap untuk pulang, hati Putri dan hati Ando. Kedua nya benar-benar tidak siap untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Aldi dan Thiffani.
Putri mengecek kamar hotel untuk terakhir kalinya memastikan tidak ada satu pun barangnya yang tertinggal disana. Setelah mengecek semuanya, Putri menggeret koper nya keluar dari kamar hotel. Ia keluar dari tempat itu dengan perasaan yang berat. Sesampainya diluar gedung, air matanya kembali berjatuhan tanpa ia mau ketika ia kembali melihat sosok Aldi yang membantu Ando memasukan barang-barang yang mereka bawa ke dalam bagasi mobil.
"Put udah dong nangisnya, jangan gini gua jadi gak tega lu pergi." Ucap Aldi seraya menghampiri Putri lalu memeluknya.
"Kalau gitu ikut kita ke Jakarta Di, kita hidup kayak dulu lagi ya? Gua mohon Aldi, lu gak harus tinggal disini, ayok kita balik ke Jakarta." Ucap Putri dengan air mata yang masih deras mengalir dari kedua matanya.
"Putri we've talk about this before. Gua gak bisa pergi ke Jakarta begitu aja, gua masih ada kerjaan dan beberapa urusan yang belum selesai disini." Aldi mengeratkan pelukannya lalu mengambil koper Putri dan memasukannya ke bagasi mobil.
Ketiga nya lalu masuk ke mobil dan bersiap menuju bandara. Thiffani tidak ikut kali ini, entah apa yang terjadi padanya namun dirinya tidak bisa dihubungi sejak kemarin.
"Lu serius masih belum bisa hubungin Thiffani Ndo?" Tanya Aldi seraya menyetir mobilnya, pandangannya melirik ando yang duduk dibelakang melalui cermin mobilnya.
"Belum. Gua juga gak ngerti banget kenapa dia tiba-tiba gak bisa dihubungin dari kemarin, gua ada salah kah? Tapi sehari sebelum dia ngilang kita oke-oke aja kok".
"Mungkin dia masih gak bisa nerima fakta lu hari ini pulang aja kali Ndo".
***
Sesampainya mereka bertiga di bandara Putri kembali meneteskan air matanya, ia sejak tadi masih belum bisa melepaskan pelukan eratnya dari tubuh Aldi.
"C'mon Put, let Aldi alone. Jadwal keberangkatan pesawat kita bentar lagi loh nanti kita ketinggalan pesawat" Ando sejak tadi berusaha menenangkan Putri dan melepas pelukannya dari Aldi namun usahanya nampak sia-sia, tangisan Putri justru malah semakin kencang sehingga ia tidak punya pilihan lain selain membiarkan Putri untuk berpamitan sedikit lebih lama lagi.
"ANDO!" Seseorang berteriak dibelakang mereka dengan suara yang hampir hilang karena nafasnya yang hampir habis akibat berlari.
"Thiffani?" Ando, Aldi dan Putri berucap bersamaan akibat terkejut melihat keberadaan Thifanni.
"I can't see you leave, but I don't want to regret for not saying goodbye to you." Air mata ikut berjatuhan dari kedua mata Thiffani ketika melihat Ando membuka tangannya lebar membuka akses untuk memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Friend To You (COMPLETE)
Dla nastolatkówPutri Nagasa. Cewek pertama yang pernah nempatin diri dihati gua, entah apa yang membuat gua selalu kagum saat liat dia. Dia sahabat gua, orang yang mengerti gua, tapi bukan... Dia bukan pacar gua, seandainya keadaan kayak gitu, tapi semesta berkata...