Lagi-lagi. Airmata ini jatuh. Sejak menahan perih beberapa waktu ini, hatinya sering rapuh. Ia seakan jatuh dalam jurang tak bertepi terombang ambing, hingga hanya udara tipis yang terhirup. Namun masih membuatnya sesak. Ia sakit. Sangat sakit. Padahal masih banyak yang harus ia persiapkan untuk menghadapi sidang. Kenyataan dan kenyataan.
Iqbal menyeka airmatanya. Membuang nafas berat. Menutup mushaf Al-qur'an tempatnya bercengkerama kepada Yang Maha Kuasa. Hanya kepada-Nya tempat curhat terbaik, yang pasti tidak akan mengumbarnya. Dan Maha Yang Memberi solusi pada masalah hambanya.
Allah beri yang kita butuhkan dari yang kita inginkan.
Desah hati Iqbal. Menghibur diri sendiri. Ia menatap secarik nomor diatas meja. Nomor pemberian dari wanita itu. Dengan ujung jarinya Iqbal mengambil carik itu. Melihatnya seksama.
Terbersit keinginan untuk menghubungi si wanita. Dengan dalih menanyakan kabar putranya? Segera Iqbal membuang fikiran jahiliyah itu. Tindakan bodoh. Dia sama sekali tak mengenal mereka dan tahu seluk beluk mereka. Kenapa ia begitu ingin bersimpati pada mereka?
"Mas Iqbal, Gofood nya udah sampek! " seru Akbar dari ruang tengah.
Hujan-hujan begini Iqbal memang memesan Bakmi Setan di dekat Iniversitas Bhayangkara. Terkenal enaknya dan murah.
"Iya. " Iqbal segera keluar kamar menemui gojol yang memenuhi order nya. Setelah membayar dan ojol pergi, Iqbal memanggil dua adik kembarnya.
"Kalian mau Bakmi Setan nggak? " tanya Iqbal.
"Mau lah. Emang Mas Iqbal beli banyak ya? " tanya Akbar mendekati kakaknya.
"Iya. Ambil piring! Kita makan di ruang tv aja!! " perintah Iqbal pada Akbar.
Hasan menyembul dari kamarnya menghidu bau Mie yang sedap. "Anjay, hujan-hujan gini cocok nih. " komentar Hasan. Cowok bernama lengkap Hasan Khazim Setiawan itu duduk disamping kakaknya. Merapat.
"Sabar napa." Iqbal mulai galak.
Setelah Akbar menyiapkan piring sendok, mereka makan bertiga. Kedua orangtua mereka sedang pergi ke resepsi pernikahan teman Bapak. Setelahnya kedua orang tua yang masih saja hangat itu merencanakan untuk kencan dan makan diluar. Tiga putra mereka yang sudah gerang biarlah mencari makanan sendiri.
"Hihi.. Hihi.. " Akbar terkikik sendiri memandangi layar ponselnya setelah Mie nya habis. Dua kakaknya memandang si bungsu penuh curiga.
"Hihi.. ""Hei Bar! " Iqbal gemas melihatnya.
"Iya? "
"Kenapa lo? Chattingan sama pacar? "
"Astaghfirullahadziim.. Ya enggaklah. Ni, facebook sedang memperingati foto tepat 5 tahun yang lalu. Foto pas Mas Iqbal cacar air. "
"Coba liat Bar! " pinta Hasan.
Akbar memperlihatkan postingan foto 5 tahun silam. Dulu mereka yang masih remaja disuruh Bapak untuk menjadi model perlengakapan mendaki. Iqbal yang saat itu cacar air selalu menggunakan masker saat difoto.
"Wkwk.. Mas Iqbal kaya teroris. Jadi keinget waktu itu temen-temen sekelas Mas Iqbal njenguk tapi dia malah kabur sama kita makan mie ayam. "
"Iya San. Soalnya kan ada pujaan hati. Jadi Mas Iqbal malu. "
Dua jeweran sekaligus mampir di masing-masing kuping si kembar membuat mereka meringis.
"Terus kenapa? Kalian mau apa? "
"Aw, Mas, ampun! Kita kan cuma bercanda!! " Akbar mengaduh. Memohon belas kasih.
"Nggak! Kalian tuh jangan sembarangan makanya!! "
Lagi-lagi si Kembar kena semprot kakaknya.Hp di samping Iqbal berdering. Nomor bernama ALI itu memanggil dirinya. Ngapain ujan-ujan telepon juga?
"Halo? "
"Bar! Ban motor gue kempes. Tolongin gue! "
"Apa? Ya dibawa ke bengkel lah! "
"Udah Bal. Gue udah nuntun 2 kilo nggak nemu bengkel. Sekarang gua lagi di depan toko kelontong yang udah tutup. "
"Ada-ada aja. Sebelah mana? "
Ali menyebutkan alamat detail. Iqbal mengangguk samar. Kasihan Ali. Dia anak tunggal. Orangtuanya hanya tinggal ibu seorang. Berbeda dengan Iqbal yang masih punya banyak saudara untuk dimintai tolong, Ali sering mengandalkan dirinya bila terjadi emergency seperti sekarang.
"Mas Iqbal mau pergi dulu. "
"What? Hujannya disertai angin lho mas! Mas Iqbal gila? "
Gila? Tentu saja tidak. Apa menolong sahabat sendiri dianggap gila? "Lah. Bilang 'Ati-ati' kek!"
Iqbal tak menggubris lagi. Ia memacu motornya dalam guyuran hujan. Meski menggunakan jaz hujan, dinginnya masih menusuk tulang. Dalam 20 menit Iqbal sampai di tujuan.
"Motor lo gimana? "
"Aku titipin sama yang punya toko. Besok diangkut pake pick up aja. " kata Ali. Dia juga sama kedinginan.
"Lagian. Ngapain sih hujan-hujan keluyuran? "
Ali nyengir. "Rahasia. "
"Hhh... Terus gimana? Pulang? "
"Enggak. Ke RSUD Bal. "
"Ngapain? "
"Udah, cepet!" Ali terus mendesak Iqbal untuk ke RSUD. Kembali mereka menerobos tirai hujan yang cukup rapat hingga sampai di RSUD.
"Li. "
Mereka sudah sampai di gedung parkiran. Iqbal heran melihat respon Ali yang lambat.Rupanya Ali sedang mencopot jaz hujannya. "Lo boleh pulang Bal. "
"Edan! Emang gue tukang ojek apa?. Gue kepo. Ngapain lo ke sini? "
"Hmm.. "Sejenak Ali tampak ragu. Dia tidak akan membagi penderitaannya pada siapapun. Tetapi dia ingin sekali membagi beban ini pada orang lain. "Adenokarsinoma. " kata Ali mengakui penyakitnya.
"Hah? " perasaan Iqbal mencelos seketika.
Wajah Ali memang sangat pucat. "Lo? Kenapa? "
"Keluarga gue punya Chron. Jadi, yah, mungkin ini udah takdir gua Bal. "
Perut Ali kram lagi. Dia terus berjalan cepat memasuki RS. Dikejar Iqbal yang merasa khawatir dengan kondisi sahabatnya. Kenapa? Dari sekian milyar orang, harus sahabatnya yang menderita Adenokarsinoma?
Adenokarsinoma kolon merupakan salah satu jenis kanker ganas yang terjadi pada epitel mukosa saluran cerna kolon sampai dengan rektum. Pemeriksaan histopatologik menun-jukkan hampir semua kanker usus besar ialah adenokarsinoma yang terdiri atas epitel kelenjar.
Latar tempatnya masih karangan Penulis. ✍️✌
Kenalin nih.. ALI
Sahabat baik Iqbal Indra
KAMU SEDANG MEMBACA
PANJI (Completed)
EspiritualBagaimana rasanya saat hidup hanya dihantui dosa besar? Dosa itu bahkan menjadi penyebab ia harus putus kuliah. Dosa itulah yang membuat ia pergi jauh dari keluarganya, dan menjalani kehidupan di jalan dengan terlunta-lunta. Dosa itu tak terhapuskan...