Chapter 6 : Perpisahan di Kalemandalle

141 16 42
                                    

Tahun 2015.

Panji sudah hafal dan kebal dengan omongan tak mengenakkan yang ditujukan pada dirinya. Rasanya semua ototnya menegang saat omongan pedas itu tersangkut di telinganya. Termasuk omongan pedas yang membuat dadanya sesak dan amarahnya meluap. Sepertinya beritanya saat di kampus sudah sampai di telinga para pemuda. Entah siapa yang menyebarkan aibnya, Panji tidak tahu.

Sabar Panji. Pasti ada jalan.

Panji tidak peduli sekarang. Semua itu hanya omongan dari mulut kotor orang-orang yang tak berpihak padanya.

"Panji. " sapaan Arka membuat Panji beralih atensi dari membersihkan jala. Apalagi ini?

"Ya? "

"Temenin yuk! Hari ini kan Ando libur melaut."

"Eh, Kemana, Mas? "

"Udah. Mandi saja dulu lalu dandan yang rapi. "

Arka menunggu Panji mandi dan meminjamkan bajunya yang bagus. Selama ini Panji hanya pakai kaos oblong longgar seadanya. Dan beberapa kaos yang ia bawa di ranselnya.

"Kalo didandanin kamu ganteng juga Ji. Terlihat lebih berpendidikan. "

"Terimakasih. "

"Ayo! Kita pergi. "

Setelah berpamitan dengan Ando Samparan dan Amma Khadijah keduanya pun pergi.

Arka memboncengkan Panji menggunakan motor. Keduanya hanya diam, kelut dalam pikiran masing-masing. Arka yang merintis bisnisnya di Galesong dan Panji yang kalut apakah ia harus pergi dari Beba Galesong.

Setelah berkendara dua puluh menit, Arka menghentikan motornya di Masjid Nurul Yaqin Pattarungan Kalemandallee. Yang Panji tahu ini sudah ikut kecamatan Bajeng kabupaten Gowa SulawesI Selatan. Masih ada satu jam menjelang dzuhur. Dan Arka memutuskan rehat sejenak.

"Turun dulu Ji. Istirahat." ajak Arka.

"Iya, Mas."

Panji mengikuti Arka duduk di selasar masjid.

"Bisa adzan Ji?"

"Bisa, Mas."

"Nanti kamu tolong adzan ya," pinta Arka. Nadanya bersahabat.

Usia Arka kira-kira sepantaran dengan kakak pertama Panji yang bernama Akhnaz. Panji memiliki tiga kakak yang usinya hanya selisih dua atau satu tahun.

Setelah manjing solat dzuhur, Panji menyalakan mic dan mengumandangkan adzan. Mata Arka terpejam mendengar merdunya suara adzan. Hatinya teriris mengingat keputusan yang akan ia buat.

Setelah melaksanakan solat, Arka mengajak Panji makan siang. Sikap Arka mulai serius dengan gestur tegas.

"Ji." kata Arka dingin.

"Iya, Mas?"

Arka meletakkan sesuatu di atas meja.

"Ini apa, Ka? " Panji mulai gelisah.

Arka menatap Panji tanpa ekspresi.

"Kau pura-pura bodoh selama ini?"

"Apa? " Panji masih berfikir keras. Mencari-cari alasan kenapa sikap Arka berubah. Panji mengambil beberapa lembar foto tak berbusana itu. Meski farji mereka tertutupi selimut, Panji melihat ia dengan wanita yang bukan haknya, perasaannya menjadi hancur. Rasa laparnya bahkan menguap saat itu juga, entah kemana.

"Mas Arka dapat darimana?"

"Temanku," jawab Arka. "Sebaiknya kau pulang Ji! Jangan pernah kembali ke keluargaku!" tegas Arka.

PANJI  (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang