Chapter 34 : Rela

95 6 12
                                    


Kesehatan Tris berlangsung membaik. Namun Sena maupun Tris belum mempunyai tempat untuk tinggal. Selama ini mereka tidur di tempat dimanapun mereka jumpa.

Mereka bertiga, Panji, Sena, dan Tris sedang menikmati teh hangat di Rumah Makan Padang sebrang jalan RS SW.

"Inget nggak waktu kita jalan-jalan ke Losari? Aku makan somay terus mencelat? "Tris memulai pembicaraan.

"Ingatlah. Kalian berdua itu kan yang tukang berantem? " kata Panji. Sikapnya ramah sekali. Jauh berbeda saat Tris mengenal Panji saat di Makassar. Ia sangat tertutup dan pendiam saat itu.

"Wkwk.. Habis Sena ngeselin! " gelak Tris.

"Ngeselin apaan? Kamu aja yang alay! " kata Sena membela diri.

"Panji sekarang nemu kebahagiannya ya? " tanya Trisni. Ia jeli memandangi Panji yang terlihat lebih cerah dan tampan. Tubuhnya juga sudah cukup berisi nggak kerempeng seperti dulu.
"Awas nanti jadi Om Om tambun,"

Selalu saja jeli dan perhatian seperti dulu. "Apaan sih Tris? Berada di rumah sendiri kan beda rasanya saat merantau? "

"O yaaa ... Tapi itu bukan jawaban valid deh. Kalau tanpa alasan, aku yakin kamu nggak mau pulang ke rumah. Jadi, apa sudah ada yang jadi istri kamu? Kamu bawa mantu ke rumah ya? " tebak Tris.

Panji tersipu. Dia hanya tersenyum menanggapi. Benar. Dia mungkin tak punya nyali pulang ke rumah sendirian. Ia mau kembali ke rumah, karena ia ingin memiliki Lina. Tapi, apakah Tris baik-baik saja?

"Bener kaaaan ... Kamu nggak bisa nyembunyiin wajah malu kamu. Panjiii, kamu lucu banget sih. " goda Trisni.

"Kau udah nikah Nji? Walaaah cepet amat? Dimana ketemunya? "

"Mungkin kalian akan Tertawa. Tapi kedatangannya seperti lagu Coboy Junior berjudul 'EAaa'. Dia bidadari, turun dari mobil di hadapanku. Eaaa. "

Sena dan Trisni tertawa terbahak. Konyol sekali sikap Panji saat ini.

"Jadi dia bidadari turun dari mobil? " tanggap Sena.

"Yups. "

Trisni menghela napas. "Selamat yaa .... " katanya.

Sikap Trisni sedikit berubah. Ia tampak berusaha menutupi luka dalam hatinya. Panji tahu itu. Trisni sedang galau.

"Kamu nggak papa Tris? " tanya Panji.

"Kenapa kamu tanya begitu? "

"Karena kamu tiba-tiba aja diam? "

"Trisni patah hati Nji, kau tinggal kawin. " jelas Sena yang mendapat toyoran dari Tris. Dasar nggak punya perasaan. Trisni sudah sakit, jangan diperjelas lagi dong! Cowok-cowok nggak peka!

"Mulut kamu pingin aku sumpel pake sendal tahu nggak Sen! " omel Trisni.

"Iyeee... Maaf deh. "

"Jadi, rencana kalian apa selanjutnya? " sela Panji diantara pertengkaran Sena dan Trisni.

"Mau mengembara di Jawa Nji." jawab Trisni.

"Ngasal! Kita mau cari kerja aja Nji. Buruh-buruh atau apa kek yang halal. Selama ini kita juga serabutan. " Sena meralat. Jadi pengembara? Memang menggiurkan. Tapi dia juga banyak keinginan yang belum ia capai.

"Ya udah, lancar barokah buat kalian ya? "

Ponsel Panji berdering. Nama bapak Tertera disana. Pasti Bapak sudah sampai di toko dan marah mendapati toko yang masih tutup.

"Assalamualaikum pak? "

"Wa'alaiku salam. Mas Panji kemana? " tanya bapak.

"Di depan RS SW nganterin teman sakit pak. "

PANJI  (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang