Aku mengikuti langkah San menuju ruangannya. Tak lupa, aku membawa serta beberapa berkas, termasuk yang Yeosang bawa tadi, semata-mata agar teman-temanku melihat bahwa urusan ini adalah urusan pekerjaan.
San menepi ke sofa empuk di ujung ruangan. Ia menepuk ruang kosong di sebelahnya, memberi kode agar aku duduk di sana.
"Come here," ucap San.
Aku meletakkan bermacam-macam kertas tak berguna yang tadi ku bawa di atas meja dan mendudukkan tubuhku di sebelahnya. San menggeser posisinya, merentangkan tangannya untuk merangkulku.
"Nih, kita refreshing sebentar ke Maldives, tapi cuma satu minggu. Gapapa, kan?" ucap San. Ia menyerahkan tiket pesawat padaku.
"Kita beneran berangkat lusa? Gimana kalo ada meeting yang lain?" tanyaku.
"Bisa diatur ulang, aku pengen banget nyium bau pantai," jawab San. "Dan seperti biasanya, gak usah bawa banyak barang, kita beli apa yang kita perlu di sana."
Aku mengangguk. Perlahan-lahan, senyumanku terangkat. Aku memang hanya sebatas wanita simpanannya, tetapi selayaknya perempuan, sulur cinta tumbuh tak terkendali tanpa ku rencanakan.
"Yaudah, berarti aku tetep lembur hari ini," ucapku. "Buat ganti cuti."
"Gak," San menggelengkan kepalanya, "Gak usah, sayang, nanti aku minta Yeosang yang kerjain tugas kamu. Nanti aku kasih bonus juga, kompensasi untuk bantuin kamu."
Aku tersenyum lebar, "Wow, thanks!"
San mengecup singkat pipiku, "Anything to make you happy," ucapnya.
Aku merentangkan tanganku, memeluk San, dan menyenderkan kepalaku di bahunya. "Yeosang bilang, istri kamu mau dateng," ucapku.
San meraih rambutku dan membelainya perlahan, "Oh ya? Ah, paling mau ketemu kamu. Aku sibuk, mau ngurus kerjaan."
"Alesan," sahutku. "Kasian loh, istri kamu udah jauh-jauh ke sini."
"Ya kan ada kamu yang nemenin, sayang," balas San. "Udah hampir jam makan siang, kamu temenin dia dulu. Kalau udah pulang, nanti kita pergi makan."
"Oke," ucapku, kemudian bangkit dari posisiku.
"No, no, Edith, wait!" seru San, ia menahan tanganku.
"Apㅡ"
Right before I take my step, he pulls me back to his arm. With his soft kiss after my lip, I closed my eyes, feel the love he share with me.
Aku melingkarkan kedua tanganku di lehernya, seiring dengan kedua tangannya yang hinggap di pinggangku, menarik dan mengikis jarak antara kami. Bahwa kami melanggar batas di antara kami, bahkan semakin jauh.
San melepaskan tangannya dari pinggangku, begitu pula aku. Aku menengadahkan kepalaku, menatap matanya.
"Fix your look, don't give my wife any chance," ucap San.
San mungkin terlihat seperti seorang bajingan, mengingat ia menduakan istrinya untukku. Aku pun tidak tahu keputusan apa yang akan pria itu ambil, karena sampai sejauh ini, ia menyebutku dan istrinya sebagai wanitanya. Ia mempertahankan keduanya dari kami.
Aku tidak pernah menggodanya, tidak seperti cerita-cerita tentang para perusak rumah tangga. San, ia terlebih dahulu mendekatiku. Awalnya aku bahkan tidak tahu jika ia telah beristri, hingga kemudian ia menyakinkanku untuk berdiri berdampingan dengannya sebagai pacarnya.
Aku menatap kedua bola mata San. Aku selalu suka sinar matanya, begitu berkilauan dan membuatku selalu merasa jatuh cinta padanya berkali-kali.
"See you after lunch," ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos ➖ATEEZ San [✔]
FanfictionI don't gotta know if you're taken, I'll just let ya know bedroom's vacant, No one's gotta know, Just us and the moon, Until the sun starts waking up. Originally written by Penguanlin, 2020.