"Ayo,"
San melepaskan genggaman tangannya dan berpindah ke pinggangku. Sembari berjalan, pria itu menarik bahuku semakin mendekat ke arahnya.
Kami berhenti di salah satu meja dengan pemandangan indah pantai Maladewa yang bercahaya bak lautan bintang. San menarik kursi untukku, "Here you go, madam," ucapnya.
Aku tak kuasa menyembunyikan senyumanku. San, ia tersenyum sambil sesekali memainkan alisnya. Ah, pria itu benar-benar tahu bagaimana membuatku dimabuk oleh penampilannya.
Bertepatan saat aku merapatkan posisi dudukku, lampu sorot di atas panggung dinyalakan, menandakan dimulainya live music malam ini, juga sang acara utama, makan malam romantis. Aku memperhatikan para maestro di atas panggung, mereka mulai menyapukan tangan mereka di atas cello dan biola, beriringan menciptakan musik jazz yang memanjakan telinga.
"Kamu suka?" tanya San.
"Lebih dari apapun," jawabku. Aku menoleh ke arah jendela kaca, menatap ribuan, mungkin jutaan plankton yang memancarkan cahayanya di tepi pantai, "Aku gak nyangka, pemandangannya bisa sebagus ini, juga live music-nya, semua sempurna."
Aku menolehkan kepalaku kembali ke arah dalam ketika aku mendengar dentingan alat makan di sebelahku. Pelayan restoran yang bahkan juga memakai pakaian formal bergerak menyajikan pesanan para tamu. Di meja kami, mereka membawakan dua potong besar steak daging sapi dan menuangkan anggur di gelas kami.
"Thanks," ucap San pada pelayan.
"Berapa uang yang kamu habiskan buat ini semua?" tanyaku setelah pelayan pergi. "It must have been so expensive."
"Kalau itu untuk kamu, aku gak akan pernah perhitungan," ucap San sambil memotong steak-nya, kemudian memakannya.
Gajiku satu tahun saja belum tentu cukup untuk membiayai liburan kami selama satu minggu ini, apalagi dengan makan malam mewah di tepi the sea of stars. Astaga, untung saja ini uang San.
Sampai beberapa menit ke depan, kami fokus pada makanan kami masing-masing. Sesekali, aku melempar pandanganku ke luar jendela. Satu kata yang bisa mendeskripsikan malam ini adalah 'menakjubkan', suara live jazz dari dalam restoran seakan beradu dengan suara ombak Maladewa, memberikan kesan nyaman dan menenangkan di saat yang bersamaan.
"Cheers," ucapku dan San bersamaan ketika kami saling mengangkat gelas kami dan bersulang.
"Edith, we need to talk about something," ucap San.
Aku menenggak anggur terakhirku dan bertanya padanya, "Apa?"
San mengangkat tangannya, memberi instruksi pada pelayan agar membawakan satu botol anggur lain untuk kami, kemudian kembali menatap ke arahku. "Apa pendapatmu tentang aku?" Ia balik bertanya.
"Pendapat?" aku menyangka kepalaku dengan tangan kananku di rahangku, "Kamu baik, perhatian, bertanggung jawab, peduli, ya at least buat aku. We ain't talk about you and your wife, right?"
San mengibaskan tangannya, "No, it's about us. Yah, aku lega kalau opini kamu tentang aku gak seburuk itu," ia menuangkan anggur di gelas kami secara bergantian, "Don't talk about Eunwoo, it's our night."
Aku meraih gelasku, menenggak setengah isinya, "Alright, sorry."
San tiba-tiba meraih tangan kananku, membelainya lembut. Aku menatapnya, pria itu kembali tersenyum manis, memberiku tatapan penuh afeksi.
"I got way too much time wandering alone, would you accompany me in my ship?" ucapnya.
"What do you mean?" tanyaku.
San melepaskan tangannya. Dari saku jasnya, ia mengeluarkan sebuah benda yang karena berwarna gelap, aku tidak bisa melihat bentuknya secara jelas.
Pria itu berdiri dari kursinya. Sejenak ia membenahi pakaiannya, membuat dahiku berkerut karena aksinya. Hingga ia merendahkan posisi tubuhnya dan berlutut di hadapanku,
"Will you marry me?" ucapnya sambil menyodorkanku sebuah cincin bertahtakan berlian manis berwarna merah muda.
Aku kehilangan kata-kata.
"San, tapiㅡ"
"Ini tentang kita, Edith, jangan pedulikan orang lain di sekitar karena ini kisah tentang kita," ucap San, memotong ucapanku. "This broken me need to be fixed. Would you be my bandage to my broken soul? Edith, would you write the stars with me?"
Aku menutup mulutku menggunakan tangan kananku. Jantungku berdetak kencang, mataku sedikit berair karena terharu.
Perlahan, aku menganggukkan kepalaku.
"Yes," ucapku pelan.
San meletakkan kotak cincinnya ke atas meja dan menarikku ke pelukannya. Seisi restoran bahkan memberi kami tepuk tangan. Sementara itu, aku memeluk erat San, menumpahkan air mata bahagiaku.
Bahagiakah aku? Dengan semuanya?
Perasaanku mendadak tercampur aduk kembali. Perasaan bahagia itu, juga rasa bersalahku pada Eunwoo karena langkahku yang semakin jauh, kian menjauhkan dan menjatuhkan Eunwoo dari posisinya yang seharusnya.
"We'll get married, as soon as possible," bisik San.
Bersamaan dengan itu, ponsel San di atas meja bergetar, layarnya menyala.
Eunwoo is calling...
note ㅎ
ceritanya gak berhenti secepat ini gais, bersabarlah, ini masih awal
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos ➖ATEEZ San [✔]
Hayran KurguI don't gotta know if you're taken, I'll just let ya know bedroom's vacant, No one's gotta know, Just us and the moon, Until the sun starts waking up. Originally written by Penguanlin, 2020.