Aku menyeruput secangkir teh hangatku sambil menatap jalan raya melalui jendela kantin. Jam istirahat pun masih lama sekali, tetapi aku sudah bersemayam di kantin kantor seorang diri, tanpa Eunwoo, San, atau siapapun.
Aku mengalihkan pandanganku dari jendela ke arah televisi besar yang terpasang di dinding dekat meja kasir. Aku menyunggingkan senyum getir, pasalnya televisi itu menampilkan berita terbaru tentang konferensi pers yang sedang diadakan oleh San dan Eunwoo, bahkan menyiarkannya secara langsung.
"Kencengin volumenya!"
Aku menolehkan kepalaku ke arah suara. Tampak seisi kantin ㅡyang sebenarnya hanya ada aku, petugas kantin, serta beberapa petugas kebersihan kantorㅡ begitu bersemangat melihat bos mereka tampil di televisi. Entah mereka yang memang tertarik dengan peresmian cabang perusahaan baru, atau hanya penasaran dengan interaksi antara San dengan Eunwoo, seperti yang aku lakukan.
"... perusahaan ini akan dijalankan bersama oleh saya dan istri saya, tetapi segala keputusan bergantung pada istri saya ..."
Aku kembali tersenyum pahit dan memalingkan wajahku kembali ke arah jalan raya. Yeosang, kau bisa mengatakan jika aku bermuka dua, tetapi San juga tidak ada bedanya denganku.
Sungguh, San adalah aktor yang sangat lihai. Melihat bagaimana ia harus bersikap di depan media benar-benar berbanding terbalik dengan apa yang sebenarnya terjadi. Hanya di depan media San berdiri bersebelahan dengan Eunwoo dengan jarak yang cukup rapat, bahkan sesekali merangkul wanita itu di bahunya.
"Hey,"
Aku menolehkan kepalaku, Yeosang datang dengan segelas besar kopi dengan logo 'S' di gelas plastiknya. Tanpa ku persilakan, pria itu menarik kursi di depanku dan duduk di sana.
"Kamu ngeliat berita?" tanyanya.
Aku mendengus. "Gimana gak liat, tuh," aku menunjuk ke arah televisi, bahkan benda sialan itu masih menampilkan kebersamaan San dan Eunwoo.
"Wow, wow, chill," ucap Yeosang, "Apa kamu berpikir kalau harusnya kamu yang ada di sana?"
"Aku? Haha, omong kosong," aku terkekeh, "Aku gak suka ngejual muka cuma buat kebahagiaan yang semu, but she seems like she kinda loves it."
Yeosang mengangguk-anggukkan kepalanya, "Seriously, Edith, apa kamu gak pernah berpikir untuk pergi duluan? Sorry to say, tapi cepat atau lambat, hal yang kamu bilang sebagai kebahagiaan semu itu bakal jadi kebahagiaan yang nyata."
"It won't," aku menenggak teh milikku dan kembali menatap Yeosang, "Terakhir kali, he going to make me his second."
Yeosang membulatkan matanya, ia barangkali hampir menyemburkan kopi di mulutnya. "Sumpah?? Dan istrinya??"
"Dia gak tau, tentu, ya apa kamu segila itu kalau mau nikah lagi?" aku balik bertanya, "He don't love her either. Kalau dia milih untuk gak peduli, kenapa aku harus peduli?"
"Apa kamu pernah kepikiran tentang reputasi kamu, just in case misalkan media tau?" Yeosang mendorong ponselnya ke arahku. Ponsel pintar itu menunjukkan sebuah artikel dengan judul 'Potret Kemesraan Pasangan Konglomerat, Choi San dan Choi Eunwoo', judul bodoh yang membuatku hampir tertawa keras, "Banyak orang yang dukung mereka, apa kamu pernah mikir hujatan yang bakal kamu terima kalau orang-orang ini tau?"
Aku terkekeh, "Harusnya Choi Edith, artikel ini harus direvisi," aku berucap dengan santai, "Ini tentang aku sama dia, tentang dua hati dengan detak yang beriringan."
"Kamu emang susah dibilangin," ucap Yeosang kesal.
Aku hanya tersenyum, kemudian menenggak lagi minumanku. Yeosang pun begitu, kami sepakat saling diam sambil menunggu, entah apa yang kami tunggu.
"Edith!"
Aku mengangkat pandanganku, begitupun Yeosang. Pemandangan apa lagi yang ku lihat kali ini, Eunwoo datang bersama San, menghampiri meja kami. Bagian yang menggelikan sekaligus mengesalkan, tangan San tampak hinggap di pinggang wanita itu.
"Hai!" sapa Eunwoo dengan bersemangat.
"Hai," balasku.
San tampaknya tahu jika aku tidak nyaman. Segera saja, pria itu melepaskan tangannya dari pinggang Eunwoo dan berpura-pura mengecek ponselnya. Aku kembali menyunggingkan sudut bibirku, diam-diam pria itu menampilkan wajah seperti bersalah.
"Aku mau sama Edith," ucap Eunwoo pada San.
"Y-ya? Sana," ucap San agak tergagap.
San kemudian menolehkan pandangannya pada Yeosang. Sudut matanya terlihat tajam, seakan hendak mencabik-cabik Yeosang dengan tatapan matanya.
"Err, aku balik duluan. Edith, see you," ucap Yeosang.
Akhirnya, Yeosang berjalan dengan San, berdua meninggalkan kantin. San tampak menepuk-nepuk bahu Yeosang dengan keras, kemudian merangkulnya. Aku terkekeh geli melihat mereka, San barangkali menegur Yeosang karena bersamaku.
"Kamu deket ya sama dia?" tanya Eunwoo tiba-tiba.
Jantungku kembali berdebar. 'Dia' siapa yang Eunwoo maksud?
"Hah?" tanyaku.
"Itu," Eunwoo mengerling pada San dan Yeosang, "Yang di sebelahnya San. Kayaknya kalian sering bareng."
Huft, aku kira Eunwoo membicarakan tentang San.
"Enggak ah, biasa aja, aku sama Yeosang kan satu ruangan," jawabku. "Temen kantor biasa."
Eunwoo tersenyum, "Dia keliatannya orang baik. San aja sampe ngerangkul dia begitu."
Aku mengangkat bahu, Eunwoo hanya tidak tahu betapa sering suaminya itu mewanti-wanti Yeosang agar menjaga jarak denganku. Haha, pikiran Eunwoo memang terlalu polos.
"Edith, kamu udah tunangan, ya?"
note.
두군 두군 두군masih galau aja aku inget fellowship
tim edith, atau tim eunwoo?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos ➖ATEEZ San [✔]
FanfictionI don't gotta know if you're taken, I'll just let ya know bedroom's vacant, No one's gotta know, Just us and the moon, Until the sun starts waking up. Originally written by Penguanlin, 2020.