18: maaf?

2.3K 422 35
                                    

Bruk

Aku mengalihkan pandanganku dari layar komputer dan menemukan sebuah boks ponsel keluaran terbaru yang masih rapat terbungkus dengan plastik segelnya.

"Kata Yeosang, hp kamu pecah? Aku ganti yang baru," ucap San.

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, San berlalu masuk ke ruangannya. Dengan tangan yang sedikit bergetar, aku meraih boks ponsel yang San berikan. Ternyata ada sticky notes di sisi bawahnya.

'Maaf, Edith, maaf. Aku tau, kata maaf mungkin gak akan cukup, but I love you more than anything in this world. Forgive me, madam, I miss you so much.'

Air mata mulai menggenangi pelupuk mataku. Berbagai perasaan aneh mulai merasuki pikiranku. Aku marah, sedih, merasa bersalah, kecewa, cemburu, semuanya bercampur aduk.

Aku memilih bangkit dari tempat dudukku dan menyusul San menuju ruangannya. Aku membuka pintu ruangan pria itu dengan tergesa-gesa. Di dalam sana, Choi San berdiri membelakangi mejanya sambil menatap ke arah luar jendela, persis seperti yang ia lakukan saat pertama kali kami mengetahui jika Eunwoo hamil.

Tanpa aba-aba, aku berjalan mendekat dan memeluk tubuh pria itu dari belakang. Aku mengeratkan pelukku, menumpahkan segala keluh kesahku di punggungnya.

"Edith,"

San memutar tubuhnya dan menarikku ke dalam peluknya. "Kamu marah sama aku, kecewa sama aku, kan? Maaf, aku minta maaf," ucapnya sambil membelai rambutku.

Kau tahu, aku kecewa padamu, kecewa sekali.

San melepas pelukannya dan menatapku. Buku tangannya ia usapkan di tulang pipiku, menghapus air mata yang telah terlebih dahulu jatuh.

"Aku minta maaf karena sebelumnya aku gak ijin sama kamu. Tadi Eunwoo tiba-tiba bilang kalau dia ada di lobi dan bilang kalau dia udah bikin appointment di rumah sakit. Maaf, aku gak berani bilang sama kamu," ucap San.

Aku menganggukkan kepalaku. "Gi–gimana anak kamu? Sehat, kan?" tanyaku terisak-isak.

"Edith, udah," San kembali menarikku ke pelukannya, "Lupain Eunwoo dulu, ya?"

"Lupain Eunwoo? Kamu pikir semudah itu buat aku bertindak seolah-olah gak pernah ada apapun terjadi?" Aku sedikit mendorong tubuh San menjauh, "Ah, udahlah, kamu bener, aku harus berusaha gak mikirin Eunwoo. Aku capek berantem terus."

San tersenyum, "Aku minta maaf, ya? Kamu mau maafin aku, kan?"

"Iya, udah lah jangan minta maaf mulu, bosen dengernya," balasku.

San maju satu langkah dan mengecup dahiku. Dengan tatapan hangatnya, ia seakan memberiku harapan dan kesempatan untuk mencintainya, lagi dan lagi.

"Aku janji sama kamu mau ngajak keluar. Kamu mau ke mana? Atau mau beli apa?" tanya San. Ia menyambar kunci mobilnya di atas meja.

"Apa ya? Aku maunya kamu," jawabku sambil tersenyum.

"Oh? Pulang aja kalau gitu, kita cuddle di rumah," balas San, ia menyunggingkan senyum penuh arti.

Aku menggelengkan kepala, "Maunya kamu aja kali."

"Silahkan masuk, tuan puteri,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Silahkan masuk, tuan puteri,"

Kami akhirnya bertandang di sebuah toko es krim besar yang cukup kondang namanya di kota ini. San hampir membeli seluruh jenis es krim di buku menu untukku, tetapi kami berakhir dengan satu mangkuk besar es krim yang kami habiskan bersama-sama. Gila saja jika ia membeli semuanya.

"I'm getting bored with Eunwoo, kapan kita bakal ke rumah kamu? Ketemu orangtua kamu? And we'll life happily ever after," ucap San.

Aku terkekeh, "Gak sabar banget sih?"

San merentangkan tangannya dan merangkul bahuku erat, "Gak sabar dong, kan aku sayaaaaang banget sama kamu. Oh ya, tadi hp yang baru aku beli udah kamu aktifin?"

Aku menepuk dahiku. "Astaga, aku tinggal di atas meja! Biarin lah, aku buka nanti aja," ucapku, "Kamu kenapa pake beliin hp baru sih? Punyaku masih bisa dipake kok."

San menyunggingkan alisnya, "Oh ya? Coba liat hp kamu, Yeosang bilang hpnya kamu banting?"

Aku meraih ponselku dari dalam tas dan menyodorkannya pada San. Oke, San boleh terkejut melihat keadaan ponselku, pria itu barangkali langsung membeli ponsel baru ketika ponselnya tergores.

"Astaga, udah jelek banget, buang aja," ucap San, "Kalau kamu gak suka sama hp yang baru, bilang aja, nanti kita ke toko bareng, beli yang kamu mau."

"Kamu kapan sih berhenti hedon? Uang kamu gak berseri ya?" tanyaku retoris.

"Itu keluaran terbaru loh, yang kameranya empat," San menunjukkan ponselnya, "Biar samaan sama aku."

Aku terkekeh, "Kayak anak muda banget ya, hpnya sampe kembar gitu."

"Iya dong, apa sih yang enggak buat kamu," jawab San, meskipun aku yakin seribu persen jika jawaban San ini tidak ada korelasinya dengan apa yang telah ku ucapkan sebelumnya.

"Sini deh, aku kangen banget sama kamu," San menyenderkan tubuhnya pada punggung kursi dan menarikku bersandar di ceruk lehernya, "Dari kemaren kamu galak mulu. Kayak gini dong, enak diuyel-uyel."

"Squishy kali diuyel-uyel, aku kan bukan squishy!" omelku.

"Iya, kamu kan bidadari, jadi pengen aku gigit saking gemesnya."

"San... Bidadari gak bisa digigit!"

 Bidadari gak bisa digigit!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

note

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

note.
tengil banget pak direktur abis diomelin edith

mmf banget kalo chapter ini unfaedah 😭

hari ini aku dobel yaa~

Sweet Chaos ➖ATEEZ San [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang