21: shoulda known

2.3K 428 127
                                    

Di rumah, kami melakukan hal yang sama seperti yang kami lakukan di kantorㅡmencari di segala sudut rumah sekaligus memberantakinya. Aku mungkin bisa gila jika harus kembali membereskan semuanya, tetapi sepertinya lebih baik jika aku membayar orang lain untuk mengurus semua kekacauan ini.

"Sayang, ketemu gak?" seru San dari ruang tamu padaku yang ada di kamar.

"Belum!" balasku.

Paspor sialan, bisa-bisanya hilang di saat kepalaku benar-benar butuh relaksasi, membuat kepalaku semakin ingin meledak rasanya. Ah, persetan dengan paspor, aku lelah mencarinya.

"I give up searching," keluhku sembari berjalan ke sebelah San.

"Aku udah bilang, kan, lupain aja, kita bikin berita paspornya hilang," ucap San. Ia menarik pinggangku dan memelukku erat, "Maaf karena aku tiba-tiba minta kamu nyari paspor, kamu jadi ribet begini. Leave it, abis ini atau besok kita ke kantor polisi."

Drrrt! Drrrt!

Aku dan San kompak menoleh ke arah ponsel San yang ia letakkan begitu saja di atas meja. Sebuah nama yang kompak membuat kami menghela napas berat, melayangkan panggilan masuk pada ponsel tersebut.

Aku menjauh dari San menjambak rambutku, "Dia maunya apa sih?! Hah, sumpah, bikin gila!"

Aku berjalan cepat kembali menuju kamarku, mencoba mencari sedikit ketenangan. Sementara itu, San tetap berdiri kokoh di posisinya sambil menatapku.

"Boleh aku angkat?" tanyanya.

"Terserah," balasku ketus.

Aku ingin pergi dan mengurung diri di kamar sampai San selesai dengan Eunwoo, tetapi sisi lain diriku ingin tetap tinggal dan menguping apa saja yang pasutri itu bicarakan. Yeah, atau calon mantan pasutri, barangkali.

Dahi San berkerut selama ia menempelkan ponsel di telinganya. Dalam hati aku pun sedikit jengkel karena San terlihat sedikit melunak pada Eunwoo akhir-akhir ini, atau hanya perasaanku saja?

San tiba-tiba menoleh padaku dan mematikan sambungan teleponnya. Aku bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, sampai-sampai San terlihat kaget begitu.

"Kenapa?" tanyaku.

"Eunwoo di kantor," jawab San, "Bagian buruknya, dia nyariin kita."

"Aku?" aku menunjuk diriku sendiri dan terkekeh, "Mau curhat apa lagi sih, ibu negara? Apa aku harus bener-bener ngebanting meja biar dia berhenti muncul di hidupku? Hidup kita??!"

"Aku gak tau apa yang terjadi but I feel like something bad happened, and we can't stay still," ucap San. "Feelingku bilang kita harus balik ke kantor, secepatnya."

Aku mendadak berhenti tertawa dan mengatupkan bibirku rapat-rapat. Aku menatap San tajam, "Sejak kapan kamu jadi peduli sama Eunwoo? Sejak kapanㅡoh, the new comes baby got its father, right? Shoulda known earlier."

"Edith, no, aku gak mau kita berantem sekarang. Stop it, babe, aku gak mau kita berantem lagi," ucap San memohon.

"I'M NOT OKAY, SAN, I AM NOT!!" aku berteriak, semua kekesalan yang telah ku pupuk dalam-dalam, aku mengeluarkannya lagi, "Kamu tau kan, perempuan lebih pakai hati dan laki-laki lebih pakai akal. It's pretty simple for a man, having two women at once, but isn't that simply for me, a woman. Do you ever know how much it hurts? Did you ever thought how much I bleed, because of you?! Your damn wife?! And that fvcking baby out there?!!"

"Edithㅡ"

"Gak, gak, step back," aku mengulurkan tanganku, memberi gestur agar San berhenti mendekat. Dengan bahu yang terasa sangat berat, aku berusaha menetralkan napasku, mencoba menjernihkan pikiranku yang sudah benar-benar berantakan, "Oke, kita balik ke kantor, tapi aku gak mau ketemu istri kamu, apapun yang terjadi."

Sweet Chaos ➖ATEEZ San [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang