3: makan siang

4.7K 662 76
                                    

Aku sedang sibuk meneliti berkas yang Yeosang berikan sembari sesekali mengecek ulang jadwal San beberapa hari ini hingga satu minggu ke depan. Mengingat ucapannya yang akan membawaku ke Maldives, aku perlu memastikan jika tidak ada acara yang benar-benar penting untuk dilewati.

Aku mendongakkan kepalaku ketika pintu ruangan San terbuka. Eunwoo muncul dari sana, masih dengan senyumnya, meskipun rona wajahnya sedikit abu. Mungkin aku tahu apa yang telah terjadi di dalam sana.

"Gimana?" tanyaku, setelah Eunwoo menarik kursi di depan mejaku.

Eunwoo menghela napasnya, "Cerita di bawah aja. Kamu belom makan siang, kan?"

Aku menggeleng, "Belom, kan belom jam makan siang juga."

"Aah, gitu?" Eunwoo melirik jam tangannya, "Yaudah, kita makan siang duluan aja. San juga pasti ngerti kok, kan aku yang ngajak kamu makan."

Aku mengangguk, "Oke."

Aku merapikan kertas-kertasku dan mengunci komputerku. Aku mengikuti langkah Eunwoo menuju lift. Teman-temanku kembali menghujaniku dengan tatapan aneh. Ah, siapa peduli.

Seperti biasanya, Eunwoo mengajakku makan siang di kantin kantor. Tidak banyak orang di kantin, tentu saja, makan siang masih setengah jam lagi.

Kami memesan beberapa makanan dan duduk di meja yang berada di pojok ruangan, sedikit lebih jauh dari kerumunan. Eunwoo terlihat sedikit murung hari ini.

"Tadi aku bawain San makan siang," Eunwoo memulai pembicaraan, "Aku juga masakin makanan kesukaannya, tapi dia masih cuek sama aku."

Eunwoo menekuk kedua lengannya. Ia menelungkupkan kepalanya di atas lengannya. Bahunya sedikit bergetar.

Aku mengulurkan tanganku, menepuk bahunya sekilas. Ku pikir situasi ini lucu sekali, bagaimana aku adalah orang yang menodai rumah tangga mereka dan aku juga yang menenangkan Eunwoo.

Jika kau berpikir bahwa Eunwoo tahu tentang apa yang terjadi antara aku dan San, maka buang jauh-jauh pikiranmu itu.

"Mungkin kalian perlu waktu luang lebih banyak," ucapku.

Ya, waktu luang yang lebih banyak daripada waktu luang yang ku habiskan bersama dengan San, tepat di depan hidungmu.

Eunwoo menegakkan tubuhnya dan bersandar pada punggung kursi dengan lesu. Ia menghela napas, "Gak pernah ada waktu, kalaupun ada waktu, San pasti gak mau. Lagipula, beberapa hari lagi dia bakal dinas. Aku bahkan ga inget kapan terakhir kali aku pergi berdua sama dia."

Wanita itu mengetuk-ngetukkan jarinya yang dihiasi nail art mahal ke atas meja. Penampilan Eunwoo mungkin terlihat sangat menawan, ia terlihat selalu ceria, padahal ia memendam banyak masalah di pikirannya.

Siapa yang tega merusak kebahagiannya? Aku, orang jahat yang merusak kebahagian wanita sebaik Eunwoo untuk egoismeku.

"Edith, apa San bener-bener harus dinas ke luar? Aku pengen banget minta dia cuti, beberapa hari aja, buat jalan-jalan berdua," ucap Eunwoo lagi.

Aku menganggukkan kepalaku, meskipun aku ragu akan bagaimana aku menjawab pertanyaan itu. "Rapatnya udah direncanain dari jauh-jauh hari, menyangkut personalia cabang soalnya," jawabku, dengan sedikit kebohongan. Atau banyak kebohongan, barangkali, karena sebagai direktur personalia pusat, San bisa mengatur jadwal meeting sesuka hatinya.

Eunwoo tampak kecewa dengan jawabanku. Entahlah, ia mungkin sudah mempraktikkan berbagai macam saran yang pernah ku berikan padanya untuk menaklukkan hati San kembali padanya, meskipun sayang sekali, San lebih memilihku.

Air mata Eunwoo mulai muncul di pelupuk matanya. "Aku ngabisin banyak waktu buat San. Aku pergi ke salon, ke dokter, bahkan sampe ambil kursus masak. Aku bikinin dia makan siang, aku hias, segimana mungkin biar dia bisa liat effort aku, tapi dia tetep gak peduli," ucap Eunwoo, suaranya bergetar, "Aku gak ngerti kenapa susah banget buat dia buka hati, padahal aku udah nerima semuanya dengan lapang dada."

Aku bangkit dari kursiku, berpindah ke kursi di sebelah Eunwoo. Aku merentangkan kedua tanganku, memeluknya dari samping, berusaha sedikit menenangkannya yang terisak.

"Pasti akan datang waktunya kamu baikan sama San. Bertahan sedikit lagi, ya?" ucapku, dengan beribu-ribu bumbu kebohongan, ketidaktulusan, dan penghianatan di tiap jeda kata-kataku.

Aku selalu tidak tahu perasaan apa yang ku rasakan ketika aku keluar bersama Eunwoo, seperti siang ini. Dalam sudut pandang normal, aku merasa iba padanya, bagaimana wanita sebaik Eunwoo dihianati oleh suaminya. Sebaliknya, dalam sudut pandangku sebagai simpanan San, aku justru tidak merasakan apa-apa. Perasaanku bagai mati begitu saja. Begitupun ketika aku memberi saran-saran pada wanita itu. Aku menggunakan otakku, tetapi tidak dengan hatiku.

"Aku kehabisan cara buat bikin San ngeliat aku. Emang sejak awal, dia gak pernah sama sekali peduli sama aku. Bahkan setelah waktu berjalan, semua gak ada artinya," ucap Eunwoo. "Aku capek, capek banget, tapi aku gak pernah bisa berhenti buat cinta sama dia."

"Aku cuma berharap, kalo emang garisku bukan sama San, Tuhan akan tunjukin aku jalan untuk pergi. Juga, aku harap akan ada wanita baik yang setia dan selalu dukung San. Perempuan baik yang San cintai, entah siapa orang itu,"

 Perempuan baik yang San cintai, entah siapa orang itu,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



note.
somehow aku mikir kalo aku udahlah resign aja bikin buku bucin kayak time of our life, la la lost you, kak yunho, yang begituan lah pokoknya.
macet bos.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet Chaos ➖ATEEZ San [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang