"Apa?"
Aku mengangkat kepalaku, mendadak membelalakkan kedua bola mataku. "Apa?!" aku kembali mengulang pertanyaanku.
San menyandarkan tubuhnya ke tembok. Di sebelahnya, tanpa pria itu sadari, pintu ruangannya terbuka dan Eunwoo muncul dengan senyumnya dari sana.
"Edith!" serunya riang. Oke, kali ini aku yang bingung dengan kelakuan wanita ini. "Ke dalem yuk, aku mau cerita sesuatu."
Eunwoo mendahului kami masuk ke dalam ruangan San. Aku segera menolehkan kepalaku ke arah pria itu, San menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Apa sih?! Apa?!" seruku frustasi.
Astaga, aku tidak tahan lagi. Aku menarik tangan San dan membuka pintu ruangannya dengan keras. Tetapi, aku seperti membeku saat itu juga.
"Hai," Eunwoo duduk di kursi kerja San sembari tersenyum, tetapi bagian mengejutkannya adalah, ada dua paspor di atas meja.
Aku tidak ingin berpikiran buruk jika salah satu paspor di sana adalah milikku, tetapi untuk apa ia memanggilku dan San masuk ke dalam hanya untuk melihat paspor mereka?
"Aku denger, paspor kamu hilang, ya? Beruntung, kamu jadi gak perlu repot-repot bikin surat kehilangan di kepolisian karena aku nemuin paspor kamu," ekspresi wajah Eunwoo berubah muram, "Aku heran, kenapa ada banyak penerbangan San ke tempat-tempat wisata, such as Maldives, St. Petersburg, Hawaii, apalagi kalian berdua punya penerbangan yang sama," wanita itu menyunggingkan senyum getir, "Aku harap aku salah."
Eunwoo membuka tasnya, menarik keluar beberapa lembar foto dari dalam sana. Mataku kembali membelalak melihat foto tersebut, diantaranya ada beberapa foto saat aku dan San pergi ke toko es krim tempo hari.
Tubuhku seperti membeku, lidahku kelu. Perlahan, aku menundukkan kepalaku, entah bagaimana aku tiba-tiba tidak berani menatap Eunwoo.
"San? Kamu gak pernah pulang akhir-akhir ini. Ke mana? Kamu ke mana??" Eunwoo bangkit dari kursi dan berjalan ke arahku, tetapi aku tetap tidak berani menatapnya, "Aku pikir, aku bisa percaya sama kamu, sebagaimana San percaya sama kamu. Tapi, ternyata aku salah, ya?"
"Dan kamu," Eunwoo berbalik, menatap San, "Aku tau, kamu gak pernah cinta sama aku. Aku tau, kalau pernikahan kita, semuanya cuma rekayasa, cuma setingan. Tapi, apa kamu pernah mikir, San, kalau aku benar-benar cinta sama kamu dan menerima kamu apa adanya? Dan anak ini?!"
brakkk!
"Cukup, Eunwoo! Kalau kamu ke sini cuma mau bikin ribut, lebih baik kamu pulang!"
Aku menolehkan kepalaku dengan cepat seiring teriakan San yang bergema di ruangan kecil ini. Benarkah yang baru saja aku dengar? San membelaku?
San tampak marah sekali. Matanya menatap Eunwoo dengan sangat tajam, dahinya berkerut, napasnya naik turun, bahkan urat-urat di lehernya sampai terlihat. Tidak pernah aku melihat San sampai seemosi ini sebelumnya.
"Dan kamu lebih milih Edith, selingkuhan kamu, daripada aku, istri sah kamu??!" seru Eunwoo yang sama emosinya seperti San. Telunjuknya ia acung-acungkan kepadaku.
"Ya! Aku milih Edith, terus kenapa?!" San membalas dengan kencang, "Kamu sadar diri, Eunwoo, dari awal aku gak pernah cinta sama kamu, dan harusnya kamu sadar kalau kamu gak bisa nuntut aku!"
"Tapi aku bisa, San, aku bisa banget," ucap Eunwoo penuh penekanan, "Aku istri kamu, aku berhak marah dan gak terima kalau kamu main di belakang aku, apalagi sama diaㅡ satu-satunya orang yang tadinya aku percaya di sini, dan kalian ngelakuin semuanya dengan rapi di depan mata aku?!"
"Apa lagi yang kurang?! Kamu mau rumah, aku beliin kamu rumah yang besar. Kamu mau belanja, aku selalu kasih kamu uang yang gak kehitung jumlahnya. Aku udah kasih semuanya, masih gak cukup??!"
"ENGGAK!! Kamu pikir, hidup cuma tentang materi?! Aku emang gak ada harganya di mata kamu, dan kamu pikir dengan begitu kamu bisa pergi begitu aja? Nikahin cewek ini?!"
"Ya! Aku mau nikahin Edith, terus kenapa?!!" San menarik tanganku dan membuatku berdiri sejajar dengannya, "Aku berhak untuk memilih siapa yang aku cinta, lebih baik kamu ingat porsi kamu, dan kamu gak pernah berhak untuk ngatur kehidupan aku!"
Air mata Eunwoo mengalir dengan sangat deras. "Seandainya kamu kasih tau aku lebih awal, kamu lepas aku lebih awal, aku mungkin masih bisa relain kamu pergi. Di saat kita udah sejauh ini, bahkan anak yang kamu tunggu udah hadir di dunia ini, kamu mau pergi begitu aja?"
Eunwoo menyeka air matanya dengan kasar dan pergi begitu saja dari ruangan San. Tubuhku masih bergetar hebat, tetapi San tetap menggenggam erat tanganku.
San menghela napas, "Edith, aku minta maaf."
"Tolong... Biarin aku nenangin diri dulu," ucapku lirih.
Aku melepaskan genggaman San pada tanganku perlahan dan melangkah keluar. Tidak seperti saat kami bertengkar kemarin, kali ini San melepasku dan membiarkanku pergi sejenak untuk sekedar bernapas dengan tenang.
Aku tahu penampilanku sudah sangat berantakan, barangkali teman-teman kantorku bisa menebak apa yang telah terjadi padaku. Terserah saja jika mereka ingin menggosip tentangku, aku tidak peduli.
"Yeosang," aku memilih untuk mampir di meja Yeosang, "Ayo pergi, sejauh-jauhnya dari sini."
note.
yang tebakannya bener dapet choi santuh aku kasih bonus 7
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos ➖ATEEZ San [✔]
FanfictionI don't gotta know if you're taken, I'll just let ya know bedroom's vacant, No one's gotta know, Just us and the moon, Until the sun starts waking up. Originally written by Penguanlin, 2020.